ADVERTISEMENT
IPS Kelas 7

Praaksara: Masa bercocok tanam

ADVERTISEMENT

Praaksara: Masa bercocok tanam, setelah tahap hidup berburu dan mengumpulkan makanan dilampaui, manusia memasuki suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam. Masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman Neolithikum.

Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi.Manusia sudah memiliki kemampuan mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bercocok tanam dan mengembangbiakan binatang ternak.

Manusia sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.Mereka hidup menetap karena persediaan makanan sudah tercukupi.

Kehidupan Ekonomi

Pada bercocok tanam, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam.Manusia sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian.

Artikel Terkait

Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakan binatang ternak seperti ayam, kerbau dan hewan ternak lainnya. Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan.

Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan perdagangan yang bersifat barter. Barang yang dipertukarkan pada waktu itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, atau hasil laut berupa ikan yang dikeringkan.

Ikan laut yang dihasilkan oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat tinggal di pedalaman.

Kehidupan Sosial

Hidup menetap pada masa bercocok tanam memberi kesempatan bagi manusia untuk menata kehidupan secara teratur.Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan.

Perkampungan pada masa bercocok tanam terdiri atas tempat tinggal sederhana yang didiami oleh beberapa keluarga dan dipimpin oleh kepala kampung.

Biasanya kedudukan sebagai kepala kampung dijabat oleh orang yang paling tua dan berwibawa.Kepala kampung merupakan tokoh yang disegani, dihormati dan ditaati oleh penduduk kampung yang dipimpinnya.

Kegiatan-kegiatan dalam kehidupan perkampungan yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bersama mulai diatur dan dibagi antar anggota masyarakat.

Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga seperti, membabat hutan, menyiapkan ladang untuk ditanami, membangun rumah atau membuat perahu dilakukan oleh laki-laki.

Adapun perempuan melakukan kegiatan menabur benih di lading yang sudah disiapkan, merawat rumah dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar.

Kehidupan Budaya

Pada masa bercocok tanam, manusia semakin mahir membuat berbagai alat-alat atau perkakas.Alat-alat yang dihasilkan sudah dibuat halus dan fungsinya beraneka ragam.

Ada yangberfungsi untuk kegiatan sehari-hari, ada yang berfungsi sebagai perhiasan, ada pula yang berfungsisebagai alat upacara keagamaan.Alat-alat tersebut antara lain sebagai berikut.

  • Kapak Persegi digunakan mengerjakan kayu, menggarap tanah dan alat upacara keagamaan.
  • Kapak Lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai kapak biasa.
  • Gerabah
  • Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus.
  • Perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang.

Perkembangan Kepercayaan

Pada masa bercocok tanam, berkembang kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat meninggal dunia. Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya sendiri. Oleh karena itu, diadakan upacara pada waktu penguburan.

Orang yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersama-sama. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan orang yang meninggal menuju alam arwah dan kehidupan selanjutnya terjamin sebaik-baiknya.

Baca juga Pra Aksara Zaman Tembaga dan Zaman Besi di Indonesia

Pada masa ini, mulai berkembang pula tradisi pendirian bangunanbangunan megalitik (bangunan besar dari batu).

Tradisi ini didasari oleh kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari orang yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

Jasa seorang kerabat yang telah meninggal dunia diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar.Bangunan ini kemudian menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi lambing bagi orang yang meninggal tersebut.

Membaca Artikel
ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button