IPS Kelas 10Sejarah

Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas

Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas; menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan mereka dan memobilisasi mereka demi kemenangan Jepang. Seperti halnya Belanda, Jepang bermaksud menguasai Indonesia untuk kepentingan mereka sendiri.

Mereka menghadapi banyak masalah yang sama dengan yang dihadapi Belanda dan menggunakan banyak cara pemecahan yang sama (malah hukum kolonial Belanda tetap berlaku terkecuali yang bertentangan dengan hukum militer Jepang).

Akan tetapi, di tengah-tengah suatu perang besar yang memerlukan pemanfaatan maksimum atas sumber-sumber, pihak Jepang memutuskan untuk berkuasa melalui mobilisasi (khususnya di Jawa dan Sumatera) daripada dengan memaksakan suatu ketenangan yang tertib.

Berkembangnya peperangan

Mengakibatkan usaha Jepang semakin menggelora untuk memobilisasikan rakyat Indonesia dalam meletakkan dasar bagi Revolusi. Pada bulan Mei 1942 suatu serangan terhadap Australia terhenti dalam pertempuran Laut Koral.

Suatu serangan serupa terhadap Hawai terhenti di Midway pada bulan Juni. Pada bulan Agustus 1942 pasukan Amerika mendarat di Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan pada bulan Februari 1943 pihak Jepang telah dipukul mundur dari sana dengan menderita banyak kerugian.

Mulai tahun 1943 Amerika Serikat menjadi pihak ofensif di Samudera Pasifik. Oleh karena itu, maka kebijaksanaan Jepang di Indonesia berkembang dalam konteks militer yang terus-menerus memburuk.

Barulah ketika perang mendekati akhir, Jepang benar-benar menyadari bahwa kekalahan sudah tidak terelakkan lagi. Namun demikian sudah sejak tahap pertama pendudukan mereka atas Indonesia mereka merenungkan kemungkinan akan serbuan pihak Sekutu.

Jepang melarang menggunakan Bahasa Barat

Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia, untuk memusnahkan pengaruh Barat di Indonesia, pihak Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris dan memajukan pemakaian bahasa Jepang. Pelarangan terhadap buku-buku yang berbahasa Belanda dan Inggris, membuat pendidikan yang lebih tinggi benar-benar mustahil selama masa perang.

Kalender Jepang diperkenalkan untuk tujuan-tujuan resmi, patung-patung Eropa diruntuhkan, jalanjalan diberi nama baru, dan Batavia dinamakan Jakarta lagi.

Kampanye propaganda yang intensif dimulai untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa mereka dan bangsa Jepang adalah saudara seperjuangan dalam perang luhur untuk membentuk suatu tatanan baru di Asia. Para petani pun diberi pesan ini melalui pengeras suara radio yang dipasang pada tiang di desa mereka.

Propaganda pihak Jepang

Upaya propaganda ini mengalami kegagalan karena kesombongan dan kekejaman orang-orang Jepang pada umumnya, kekacauan ekonomi, teror polisi militer (kenpeitai), kerja paksa dan penyerahan wajib beras, pemukulan dan pemerkosaan, serta kewajiban memberi hormat kepada setiap orang Jepang.

Bagaimanapun juga, kampanye anti barat ini mempertajam sentimen anti Belanda di kalangan masyarakat Indonesia dan mendorong penyebaran konsepsi Indonesia di kalangan rakyat.

Baca juga Perlawanan di Bali terhadap Praktek Imperialisme

Karena bahasa Jepang hanya sedikit diketahui, maka bahasa Indonesia menjadi sarana bahasa yang utama untuk propaganda dan memperkokoh statusnya sebagai bahasa nasional.

Gambar 75a. Propaganda Jepang ditengah kekacauan ekonomi Indonesia (ilustrasi foto/PosKota)

Membaca Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button