IPS Kelas 8Pelajaran IPSSejarah
Trending

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia

ADVERTISEMENT

Sejarah Indonesia

Sudah membaca

Cukup Baik

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia

User Rating: 4.77 ( 3 votes)

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia, Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki akar kata Natie (Belanda), atau nation (Inggris) yang berarti bangsa. Nasionalisme adalah faham yang berkaitan denga kecintaan terhadap tanah air. Orang yang bersifat nasionalis adalah orang yang mencintai bangsa dan tanah airnya.

Kehadiran Jong Java mendorong lahirnya beberapa perkumpulan serupa, seperti lahirnya Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Selebes, Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan PelajarPelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/ Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond, Kepanduan, dan sebagainya. Semua organisasi tersebut mendorong timbulnya kesadaran nasional bangsa Indonesia.

1. Budi Utomo (BU)

Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang dokter di Yogyakarta dan termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan 1907 mulai mengadakan kampanye di kalangn priyayi di pulau Jawa.

Di bawah pimpinan Wahidin Sudirohusodo, diupayakan pengumpulan dana untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, didirikan Studie Fond. Studie ini merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan dana untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada bangsa Indonesia dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Cita-cita luhur itu ternyata kurang memperoleh dukungan, khususnya, dari golongan priyayi. Usaha Wahidin Sudiro Husodo tersebut, ternyata mempengaruhi jiwa Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA Jakarta. 

Berdiri Budi Utomo

Pada tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa STOVIA memproklamasikan berdirinya Budi Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya. Organisasi yang baru berdiri itu menentukan keanggotaannya, dari golongan terpelajar (intelektual). 

Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mengupayakan hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa Bumi Putera,
  2. Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
  3. Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan belanja anak-anak sekolah, dan
  4. Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam upaya mencapai kehidupan yang layak.

Susunan Pengurus Hasil Kongres Pertama

Budi Utomo mengadakan Kongres pertama di Yogyakarta, pada tanggal 3 Oktober sampai dengan 5 Oktober 1908. Dalam kongres yang dihadiri delapan cabang tersebut, dihasilkan susunan pengurus sebagai berikut:

  • Ketua : Raden Tumenggung Aryo Tirtokusumo (Bupati Karanganyar)
  • Wakil Ketua : Wahidin Sudiro Husodo
  • Sekretaris I : Mas Ngabei Dwidjosewojo Sekretaris II : Raden Sostrosugondo
  • Bendahara : Raden Mas Panji Gondoatmodjo
  • Komisaris : Raden Mas Arjo Surdiputro, R.M. Panji Gondosumarjo, R. Djojosubroto, dan Tjipto Mangunkusumo.

Terpilihnya R.T.A. Tirtokusumo, seorang bupati, ialah untuk lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo, walaupuin dipilihnya karena ditunjuk oleh Gubernur Jenderal. Sebagai bupati, ia diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam menggalang keanggotaan Budi Utomo. Oleh karena ketuanya seorang bupati, Budi Utomo memilih garis perjuangan kooperasi, artinya bersedia bekerjasama dengan Pemerintah Kolonial Belanda. 

Budi Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi ini menjadi model bagi gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo terbatas pada golongan terpelajar dan wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi Budi Utomo menjadi tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa Indonesia, kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.

2. Sarekat Islam (SI)

Semula, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Kelahiran SDI didorong dengan adanya keinginan untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa dalam monopoli perdagangan batik di Solo. Dengan sistem monopoli yang dilakukan oleh para pedagang Tionghoa itu, para pengrajin batik yang ada di Solo sangat dirugikan, terutama dalam penentuan harga. 

SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya sebagai berikut,

  • Mengembangkan jiwa berdagang,
  • Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,
  • Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra, dan
  • Menggalang persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan Agama Islam.

Ruang Lingkup SDI

Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama Islam). Itu merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, ada keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu, pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi organisasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menjangkau keanggotaan yang lebih banyak karena Islam menjadi identitas pribumi. 

Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah.

Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun. Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak belakang. Agus Salim adalah seorang yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis). Dalam Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak diperkenankan adanya keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI dengan oraganisasi lain. 

SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam (foto/Berdikari Online)

3. Perhimpunan Indonesia

Orang-orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun 1908, mendirikan organisasi yang diberi nama Indische Vereniging. Pelopor berdirinya organisasi ini adalah Sultan Kasayangan seorang mahasiswa dan Noto Suroto seorang penyair dari Jogjakarta. Tujuan yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan kepentingan bersama atas orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi, yang ada di Negeri Belanda.

Dalam perkembangannya, Indische Vereniging, pada tahun 1925, diganti namanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”. Hal ini menjadi penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya menunjukkan identitas kita.

Kedatangan tokoh-tokoh Pergerakan Nasional

Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda seperti Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dan Muhammad Hatta sangat menguntungkan perkembangan Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan Muhammad Hatta, aktivitas Perhimpunan Indonesia semakin meluas. 

Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional, seperti konferensi internasional yang diadakan di Paris dan Belgia, sehingga mereka dapat mengomunikasikan perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional. Perjuangannya bersifat non-cooperasi dan self help. PI memiliki media, yaitu majalah Hindia Putra. Melalui media ini perjuangan dan cita-cita Bangsa Indonesia disampaikan kepada pihak lain.

Untuk lebih menunjukkan sifat ke-Indonesiaannya, nama Hindia Putra diganti menjadi Indonesia Merdeka. Keberadaan PI dalam sejarah Pergerakan Nasional memiliki arti penting mengingat organisasi itu juga membuka keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.

4. Indische Partij (IP)

Indische Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai organisasi politik didirikan oleh Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan seorang keturunan Belanda yaitu E.F.E. Douwes Dekker.

Pendirian Indische Partij juga dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indische Partij adalah membangun patriotisme sesama “Indiers” terhadap tanah air yang memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah bekerja sama atas dasar persamaan ketatanegaraan dalam memajukan tanah air.

Upaya Mendapat Mendapatkan Pengakuan Hindia Belanda

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional, Dalam upaya mempertahankan keberadaannya sebagai organisasi, para pemimpinnya berupaya agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi usaha itu gagal karena pemerintah Hindia Belanda dengan segala cara selalu melarang berdirinya organisasi yang dianggap membahayakan. 

Dengan semboyan Indie voor Indiers yang artinya Indonesia untuk Bangsa Indonesia, organisasi itu berusaha membangkitkan semangat cinta tanah air walaupun tanpa badan hukum. Karena gerakannya yang radikal, organisasi itu dianggap berbahaya. Akibatnya, para pemimpinnya mendapatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas organisasi.

Lebihlebih setelah terjadi polemik Suwardi Surjaningrat dengan pemerintah Belanda dalam artikelnya “Als ik een Nederlanders was” yang dimuat dalam de’Express. Polemik itu terjadi setelah tulisaannya itu diterjemahkan dalam bahasa Melayu/Indonesia. Akibatnya para pemimpinnya ditangkap dan diasingkan ke negeri Belanda. 

5. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) 

Para pegawai Belanda di Indonesia, semula, mendirikan Indische Social Democratische Veregining (ISDV). Dalam perkembangannya, ISDV, pada tanggal 20 Mei 1920, diubah menjadi Partai Komunis Hindia. Setelah itu, diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pengurusnya ialah Semaun (Ketua), Darsono (Wakil Ketua), Bergsma (Sekretaris) dan anggota pengurus yang terdiri dari Baars, Sugono, dan H.W. Dekker sebagai bendahara. Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri tanggal 23 Mei 1920. Tokoh yang ada di belakang pendirian PKI adalah Sneevlit, seorang pegawai Belanda yang dikirim ke Indonesia.

Pada tanggal 13 November 1926, PKI mengadakan pemberontakan di Banten, Sumatera disusul tindakan kekerasan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Banyak penangkapan terhadap tokoh perjuangan, yang dibuang ke Digul dan Tanah Merah.  

Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pada tanggal 20 Mei 1920, diubah menjadi Partai Komunis Hindia (foto/Tribunnewswiki)

6. Partai Nasional Indonesi (PNI)

Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Kelahiran PNI tidak terlepas dari peranan Algemeen Studie Club, yaitu suatu kelompok studi para mahasiswa di Bandung.

Rapat pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Pada rapat pendirian tersebut, terbentuklah susunan pengurus yang disahkan dalam kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27 sampai 30 Mei 1928. Susunan pengurusnya adalah sebagai berikut:

  • Ketua/Pemuka : Ir. Soekarno
  • Sekretaris/Bendahara : Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo
  • Anggota : dr. Samsi Mr. Sartono Mr. Soenarjo Ir. Anwari

Kongres Menyepakati Perjuangan Indonesia Merdeka

Dalam Kongres tersebut juga mengesahkan program kerja yang meliputi bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian nasional, dan memajukan pelajaran nasional. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya kemudian didirikan sekolahsekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan perkumpulan koperasi. Garis perjuangan PNI adalah non-cooperative, artinya tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda.

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional, Karena ketatnya pengawasan politik oleh pihak kolonial Belanda, para tokoh PNI kemudian ditangkap pada tahun 1930. Akibatnya, Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Markum Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dajatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam sidang tersebut, Soekarno menulis pembelaan deangan judul Indonesia Menggugat.

Penangkapan terhadap tokoh PNI merupakan pukulan berat sehingga menggoyahkan kehidupan partai tersebut. Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931, diambil keputusan bahwa PNI dibubarkan. Pembubaran PNI ini membawa perpecahan pada para pendukungnya. Sartono kemudian mendirikan Partindo sedangkan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia).

Baca juga Peran Perempuan dalam Pergerakan Nasional

7. Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan, Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, dan Algmeen Studie Club. Kesepakatan itu terjadi dalam rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927. Tujuan yang ingin dicapai dari federasi ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi imperialisme Belanda.

Sebagai suatu federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu mengordinasikan gerakan yang ada, baik yang radikal maupun yang maderat. Upaya PPPKI yang memberikan sumbangan terhadap perjuangan Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

  • PPPKI mendirikan badan yang bertugas memberikan bantuan terhadap pembebasan pelajar di negeri Belanda.
  • PPPKI mengadakan rapat tahun 1930 karena terjadinya penangkapan terhadap para pemimpin Frond Nasional yang diharapakan dapat memberikan bantuan terhadap keluarga yang ditinggalkan karena masuk penjara Belanda.
  • PPPKI ikut menghadiri Kongres Indonesia Raya tahun 1932. Dalam kongres itu diusahakan peredaan ketegangan diantara organisasi-organisasi politik yang ada di Indonesia.

Baca juga Indische Partij (IP) Organisasi Partai Pergerakan Nasional

8. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional, TekananPemerintahan Kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI sebagai suatu federasi tidak dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rapat pendirian Concentrasi Nasional yang diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI, sebuah federasi baru. Yang menjadi anggotanya adalah Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai Katolik. Yang menjadi latar belakang berdirinya GAPI adalah:

  • kegagalan Petisi Sutardjo,
  • kegentingan nasional akibat timbulnya bahaya fasis, dan
  • sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentingan Bangsa Indonesia.

Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Semboyan yang dikumandangkan dalam konferensi pertamanya tanggal 4 Juli 1939 adalah Indonesia berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan kepada semua pihak untuk waspada terhadap bahaya fisis. Untuk pertama kalinya, GAPI dipimpin oleh M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono.

Baca juga Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia awal abad kedua puluh

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional, Adanya tekanan terhadap organisasi politik non cooperative oleh pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan Studie Club mulai memfungsikan dirinya dalam membina kader-kader bangsa. Karena itulah, Indonesische Studie Club Surabaya yang dipimpin oleh dr. Sutomo mulai mengembangkan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie Club menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu cikal bakal dari Parindra.

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button