Teori kepribadian yang lengkap memiliki dimensi, Pada dasarnya suatu teori kepribadian harus mampu memberikan jawaban atas pertanyaan “apa”, “bagaimana”, “dan “mengapa” tentang tingkah laku manusia. Sebuah teori kepribadian yang lengkap biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut.
- pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.
- pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.
- pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan yaitu aneka perubahan pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai masa kematangan, perubahan-perubahan pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.
- pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakekat gangguan kepribadian atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses berkembangnya.
- pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah (Pervin, 1980; dalam Supraktinya, 1995).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian harus merupakan sekumpulan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta definisi-definisi empirisnya. Syarat berikutnya adalah bahwa teori harus relatif comprehensive (utuh).
Teori harus siap untuk menangani, atau membuat prediksiprediksi tentang berbagai macam tingkah laku manusia. Sesungguhnya, teori harus siap untuk menangani setiap gejala tingkah laku yang memiliki arti bagi individu.
Beberapa teori kepribadian yang dikenal dalam kajian sosiologi, psikologi maupun antropologi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa empat (4) bagian, sebagai berikut.
1. Teori-teori kepribadian yang berorientasi psikodinamik,
teori ini berpandangan bahwa sebagian terbesar tingkah laku manusia digerakkan oleh daya-daya psikodinamik seperti motif-motif, konflikkonflik, dan kecemasan-kecemasan. Diantaranya yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
teori psikoanalisis klasik Freud, psikologi ego Erik Erikson, teori Analitik Carl Jung, teori psikologi sosial Alfres Adler, Erich Fromm, Karen Horney, dan Harry Stack Sullivan.
2. Teori-teori kepribadian yang berorientasi holisitik,
teori ini berpandangan bahwa manusia merupakan suatu organisme yang utuh atau padu dan bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata berdasarkan aktifitas bagian-bagiannya. Kelompok yang termasuk dalam teori ini adalah:
Personologi Henry Murray, teori organismik Kurt Goldstein dan Andras Angyal, teori Humanistik Abraham Maslow dan Carl Rogers, teori Eksistensial Ludwig Binswanger dan Medard Boss, dan teori Medan Kurt Lewin.
Selain itu kelompok teori ini juga disebut dengan teori kepribadian yang berorienttasi fenomenologis, karena teori ini menekankan pentingnya cara sang individu manusia dalam mempersepsikan dan mengalami dirinya serta dunia sekelilingnya.
3. Teori-teori kepribadian yang berorientasi sifat (trait theories) atau teori tipe (type theories),
teori ini berpandangan bahwa sebagian terbesar manusia memiliki sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku secara relatif tetap dari situasi ke situasi.
Mereka yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah: teori psikologi individu dari Gordon Allport, psikologi konstitusi dari William Sheldon, dan teori faktor Raymond Cattell.
Baca juga Penelitian perkembangan kepribadian dalam kebudayaan
4. Teori-teori kepribadian yang berorientasi behavioristik,
teori ini menekankan proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar, dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini semua bentuk tingkah laku manusia merupakan hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses perkuatan.
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini adalah teori stimulus-respon John Dollard dan Neal Miller, serta peori perkuatan operan B.F. Skinner.
Leave a Reply