Sejarah

Sistem kemasyarakatan Masa Hindu di Indonesia

ADVERTISEMENT

Sistem kemasyarakatan Masa Hindu di Indonesia. Sebelum kebudayaan India masuk, pemerintahan desa dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakat.

Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya dengan baik. Ia juga dianggap sebagai wakil nenek moyangnya. Ia harus dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya. 

Karena itulah larangan dan perintahnya dipatuhi oleh warganya. Setelah masuknya budaya India, terjadi perubahan. Kedudukan kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India. Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar.

Kedudukan raja tidak lagi dipilih oleh rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun temurun. Raja merupakan penjelmaan dewa yang seringkali disembah oleh rakyatnya. Para Brahmana agama Hindu tidak dibebani untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia. 

Pada dasarnya seseorang tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai Hindu. Mengingat hal tersebut, maka menjadi menarik dengan adanya agama Hindu di Indonesia. Bagaimana dapat terjadi bahwa orang orang Indonesia yang pasti pada mulanya tidak dilahirkan sebagai Hindu dapat beragama Hindu.

A. Sistem Kemasyarakatan Hindu

Sistem kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang berkembang di Lembah Sungai Indus adalah sistem kasta. Sistem kasta mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan bangsabangsa yang ditaklukkannya.

Sistem ini membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya. Golongan Brahmana (pendeta) menduduki golongan pertama. Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki golongan kedua. 

Waisya (pedagang dan petani) menduduki golongan ketiga, sedangkan Sudra (rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau golongan keempat. Sistem kepercayaan dan kasta menjadi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap Hinduisme. Penggolongan seperti inilah yang disebut caturwarna.

B. Hubungan Dagang Penduduk Kepulauan Nusantara dengan India

Awal hubungan dagang antara penduduk Kepulauan Nusantara dan India bertepatan dengan perkembangan pesat dari agama Buddha.

Pendeta-pendeta Budha menyebarkan ajarannya ke seluruh penjuru dunia melalui jalur perdagangan tanpa menghitungkan kesulitan-kesulitan yang ditempuhnya. Mereka mendaki Himalaya untuk menyebarkan ajaran Buddha di Tibet.

Dari Tibet mereka melanjutkan ke arah utara hingga sampai ke Cina. Kedatangan mereka itu biasanya disampaikan terlebih dahulu, sehingga ketika tiba di tempat tujuan mereka dapat bertemu dengan kalangan istana.

Mereka biasanya mengajarkan agama dengan penuh ketekunan. Mereka juga membentuk sebuah sangha dengan biksu biksu setempat, sehingga muncul suatu ikatan langsung dengan India, tanah suci agama Buddha.

Kedatangan para biksu dari India ke negara-negara lain itu, memunculkan keinginan para penduduk daerah setempat untuk pergi ke India mempelajari agama Buddha lebih lanjut. 

Para biksu lokal itu kemudian kembali dengan membawa kitab kitab suci, relik, dan kesan-kesan. Bosch menyebut gejala ini dengan “arus balik”. Pengaruh Buddha di Indonesia dapat dijumpai pada beberapa temuan arkeologis.

Satu bukti adalah ditemukannya arca Buddha terbuat dari perunggu di daerah Sempaga, Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca Sempaga memperlihatkan langgam seni arca Amarawati dari India Selatan.

Arca sejenis juga ditemukan di daerah Jember, Jawa Timur dan daerah Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Di daerah Kota Bangun Kutai, Kalimantan Timur, juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha itu memperlihatkan ciri seni arca dari India Utara. Kalau begitu kapan kebudayaan Hindu-Buddha dari India itu masuk ke Kepulauan Indonesia?

1 2Next page
ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button