Monumen Nasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan Monas adalah salah satu ikon paling terkenal di Indonesia. Monumen yang menjulang setinggi 132 meter ini berada di jantung ibu kota Jakarta dan menjadi simbol perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan. Dibangun dengan konsep yang sarat makna, Monas tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga tempat bersejarah yang menyimpan filosofi mendalam.
Artikel ini akan membahas sejarah, makna, serta filosofi dari Monas agar masyarakat lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam monumen ini.
Sejarah Pembangunan Monas
Pembangunan Monas dimulai pada era Presiden Soekarno. Gagasan untuk mendirikan monumen ini muncul setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno menginginkan adanya sebuah monumen nasional yang dapat mengabadikan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Pada tahun 1955, sebuah sayembara desain diadakan untuk menentukan bentuk Monas. Namun, tidak ada desain yang dianggap cocok, sehingga dilakukan sayembara kedua pada tahun 1960. Akhirnya, desain yang diajukan oleh arsitek Friedrich Silaban terpilih sebagai pemenang. Pembangunan Monas resmi dimulai pada 17 Agustus 1961 dan dilakukan dalam tiga tahap:
- Tahap Pertama (1961-1965) – Fondasi monumen mulai dikerjakan dan pembangunan bagian dasar monumen mulai dilakukan.
- Tahap Kedua (1966-1968) – Pembangunan melanjutkan bagian tengah monumen.
- Tahap Ketiga (1969-1975) – Penyelesaian konstruksi bagian atas dan pemasangan emas pada puncak monumen.
Monas diresmikan pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto dan sejak saat itu menjadi landmark utama Jakarta serta pusat edukasi sejarah bagi masyarakat.
Makna dan Filosofi Monas
Monas memiliki bentuk yang unik dengan struktur tugu berbentuk obelisk serta mahkota api yang dilapisi emas. Desain ini tidak hanya artistik tetapi juga penuh makna filosofis.
1. Tugu dan Api di Puncak Monas
Tugu Monas memiliki tinggi 132 meter dengan bagian puncaknya yang berbentuk lidah api berlapis emas seberat 50 kilogram. Api tersebut melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia yang tidak pernah padam dalam memperjuangkan kemerdekaan.
2. Cawan dan Landasan Monas
Bagian bawah Monas berbentuk cawan yang melambangkan lumpang (alat penumbuk padi) dan landasan berbentuk persegi. Filosofi dari bentuk ini berkaitan dengan unsur feminisme dan maskulinitas yang menyatu dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tugu melambangkan laki-laki (lingga), sementara cawan melambangkan perempuan (yoni). Kesatuan ini menggambarkan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan bangsa.
Baca juga: Kondisi Sosial Indonesia pada Awal Kemerdekaan
3. Relief Sejarah di Pelataran Bawah Monas
Pada bagian dasar Monas terdapat Museum Sejarah Nasional yang menampilkan diorama-diorama yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari masa prasejarah hingga era kemerdekaan. Relief di sekitar Monas juga mengisahkan perjuangan pahlawan nasional dalam merebut kebebasan dari penjajahan.
Fungsi dan Peran Monas Saat Ini
Saat ini, Monas tidak hanya menjadi simbol perjuangan bangsa, tetapi juga memiliki berbagai fungsi lain, antara lain:
- Destinasi Wisata Sejarah – Ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara mengunjungi Monas setiap tahunnya untuk mempelajari sejarah Indonesia.
- Ruang Edukasi – Dengan adanya museum di dalamnya, Monas berperan sebagai pusat edukasi sejarah bagi pelajar dan masyarakat umum.
- Tempat Upacara Kenegaraan – Monas sering digunakan sebagai lokasi upacara kenegaraan pada momen-momen penting seperti Hari Kemerdekaan.
- Pusat Rekreasi – Taman di sekitar Monas menjadi tempat bagi warga Jakarta untuk berolahraga dan bersantai.
Keunikan Monas
Selain memiliki sejarah dan filosofi mendalam, Monas juga memiliki beberapa keunikan yang membuatnya semakin menarik untuk dikunjungi, di antaranya:
- Pelataran Puncak Monas – Dari puncak Monas, pengunjung dapat melihat panorama Kota Jakarta dari ketinggian. Lift tersedia untuk membawa pengunjung ke atas.
- Lapisan Emas pada Puncak Monas – Mahkota api di puncak Monas dilapisi emas murni, yang beberapa kali mengalami renovasi dan penambahan berat emasnya.
- Terowongan Bawah Tanah – Monas memiliki terowongan bawah tanah yang menghubungkan monumen dengan Museum Sejarah Nasional.
- Acara dan Festival di Monas – Berbagai acara budaya dan festival sering diadakan di kawasan Monas untuk menarik pengunjung.
Kesimpulan
Monumen Nasional (Monas) adalah simbol kebanggaan bangsa Indonesia yang mencerminkan semangat perjuangan dan nasionalisme. Dengan sejarah panjang dan filosofi mendalam yang terkandung dalam desainnya, Monas menjadi destinasi wisata sejarah, pusat edukasi, serta tempat refleksi bagi generasi muda agar selalu menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Mengenal Arsitek Monas, Dipilih Langsung oleh Presiden Soekarno
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Kapan Monas dibangun dan siapa arsiteknya?
Monas mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 dan dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban.
2. Apa makna dari bentuk Monas?
Bentuk Monas melambangkan lingga dan yoni yang menggambarkan kesuburan dan keseimbangan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
3. Berapa tinggi Monas?
Monas memiliki tinggi 132 meter.
4. Apa fungsi Monas saat ini?
Monas berfungsi sebagai destinasi wisata sejarah, pusat edukasi, tempat upacara kenegaraan, serta lokasi rekreasi bagi masyarakat.
5. Apakah Monas terbuka untuk umum?
Ya, Monas terbuka untuk umum dengan jam operasional tertentu. Pengunjung dapat menikmati museum, pelataran puncak, serta taman di sekitarnya.
6. Berapa berat emas di puncak Monas?
Lidah api di puncak Monas dilapisi emas murni seberat sekitar 50 kilogram.
7. Bagaimana cara naik ke puncak Monas?
Pengunjung dapat naik ke puncak Monas menggunakan lift yang tersedia di dalam monumen.
8. Apa yang bisa dilihat di Museum Sejarah Nasional di Monas?
Museum ini menampilkan diorama-diorama yang menggambarkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari zaman prasejarah hingga kemerdekaan.
Dengan memahami sejarah, makna, dan filosofi Monas, kita semakin menghargai perjuangan para pahlawan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Tanah Air. Mari kita lestarikan warisan budaya ini untuk generasi yang akan datang!