Posted in

Strategi Soeharto dalam Mempertahankan Kekuasaan Selama 32 Tahun

Strategi Soeharto dalam Mempertahankan Kekuasaan Selama 32 Tahun (ft/istimewa)
Strategi Soeharto dalam Mempertahankan Kekuasaan Selama 32 Tahun (ft/istimewa)
sekolahGHAMA

5. Represi terhadap Gerakan Oposisi

Setiap gerakan yang dianggap mengancam stabilitas pemerintahan Soeharto ditekan dengan keras. Berbagai kasus pelanggaran HAM terjadi sebagai akibat dari strategi represif ini, antara lain:

  • Penculikan Aktivis (1997-1998): Banyak aktivis pro-demokrasi diculik dan sebagian dari mereka hilang tanpa jejak.
  • Peristiwa Malari (1974): Demonstrasi besar-besaran mahasiswa ditumpas dengan keras.
  • Peristiwa Tanjung Priok (1984): Umat Islam yang mengkritik pemerintah mengalami kekerasan oleh aparat keamanan.
  • Kerusuhan 1998: Menjelang jatuhnya Soeharto, terjadi kekerasan terhadap demonstran dan masyarakat sipil.

6. Menggunakan Pancasila sebagai Alat Kontrol Politik

Soeharto menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal yang harus diikuti oleh semua organisasi dan partai politik. Hal ini membuat kelompok-kelompok yang memiliki ideologi berbeda dipaksa untuk menyesuaikan diri atau dibubarkan. Strategi ini meliputi:

  • Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila): Seluruh elemen masyarakat diwajibkan mengikuti program ini untuk memastikan kesetiaan kepada Pancasila versi pemerintah.
  • Pelabelan terhadap Oposisi: Kelompok yang menentang pemerintah sering kali dicap sebagai anti-Pancasila atau anti-NKRI, sehingga mereka kehilangan legitimasi di mata publik.

7. Mengendalikan Suara Rakyat dengan Pemilu yang Dimanipulasi

Meskipun Indonesia tetap menggelar pemilu selama Orde Baru, sistem pemilu telah diatur sedemikian rupa agar hasilnya selalu menguntungkan Soeharto. Cara yang digunakan antara lain:

  • Batasan terhadap Partai Politik: Hanya tiga partai yang boleh ikut pemilu, yaitu Golkar, PPP, dan PDI, dengan Golkar selalu menjadi pemenang.
  • Manipulasi Hasil Pemilu: Banyak laporan tentang kecurangan dalam pemungutan suara, termasuk intimidasi terhadap pemilih.

Kesimpulan

Strategi Soeharto dalam Mempertahankan Kekuasaan Selama 32 Tahun. Soeharto berhasil mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun melalui kombinasi strategi politik, militer, ekonomi, dan propaganda. Dengan mengendalikan militer, media, ekonomi, serta membatasi oposisi, ia menciptakan sistem yang sulit untuk digoyahkan. Namun, strategi ini tidak bertahan selamanya. Krisis ekonomi 1997-1998 dan tekanan reformasi akhirnya menyebabkan kejatuhannya. Warisan politik dan sistem pemerintahan yang ia bangun masih berdampak pada Indonesia hingga saat ini.

Baca juga: Warisan orde baru: studi fenomena dan sistem bablasan


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Bagaimana Soeharto bisa bertahan selama 32 tahun di kekuasaan?

Soeharto menggunakan berbagai strategi, termasuk mengandalkan militer, mengontrol media, memanipulasi pemilu, dan menekan oposisi politik.

2. Apa peran Golkar dalam pemerintahan Orde Baru?

Golkar menjadi partai politik utama yang digunakan Soeharto untuk mempertahankan kekuasaan melalui pemilu yang dikontrol.

3. Bagaimana cara Soeharto mengendalikan media?

Soeharto menerapkan sensor ketat terhadap pemberitaan dan melakukan pembredelan terhadap media yang kritis terhadap pemerintah.

4. Apa yang menyebabkan kejatuhan Soeharto?

Krisis ekonomi 1997-1998, demonstrasi mahasiswa, dan tekanan internasional menjadi faktor utama yang menyebabkan Soeharto lengser dari kekuasaan.

5. Apakah ada upaya hukum terhadap pelanggaran HAM di era Soeharto?

Meskipun ada upaya untuk mengusut pelanggaran HAM di masa Orde Baru, banyak kasus yang masih belum terselesaikan hingga saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.