Individualisme yang Semakin Tinggi Pengaruh Negatif Globalisasi. Individualisme bisa disebut sebagai perilaku yang mementingkan diri sendiri dan tidak mau tahu urusan atau kepentingan orang lain.
Di kota besar, sikap individualisme tampak jelas, bahkan dengan jarak tetangga yang berdekatan belum tentu saling mengenal. Hal tersebut terjadi karena sosialisasi yang dilakukan berdasarkan kepentingan semata.
Kalangan generasi muda di desa juga mulai memiliki sikap individualis yang tinggi. Kepedulian terhadap sesama tampak mulai memudar sebagai salah satu gejala dari perilaku ini.
Perilaku gotong royong dan tolong-menolong yang dulu menjadi ciri khas masyarakat desa, perlahan juga mulai luntur seiring dengan kebersamaan yang mulai memudar.
Penyebab Sikap Individualisme
Individualisme yang Semakin Tinggi Pengaruh Negatif Globalisasi. Dapatkah kamu menemukan contoh sikap individualisme? Banyak sikap individualis yang berkembang di sekitar kita di antaranya adalah menggunakan handphone tanpa memperhatikan keadaan di sekitarnya.
Sikap individualis yang terjadi karena perkembangan teknologi ini terjadi karena mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas.
Contoh sikap individualis lain adalah ketidakpedulian sosial terhadap sesama yang membutuhkan, seperti kaum miskin yang ada di sekitarnya.
Upaya Menghadapi Globalisasi
Globalisasi merupakan tantangan besar bagi setiap bangsa. Tidak mungkin bangsa-bangsa di dunia menutup diri di tengah ketergantungannya kepada bangsa lain.
Oleh karena itu, negara harus mempunyai kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai bangsa yang sama-sama mempunyai hak untuk menjadi subjek globalisasi.
Oleh karena itu, negara di kawasan selatan dan negara di kawasan utara dapat bekerjasama mengendalikan globalisasi dengan tetap mengetengahkan aspek kehormatan dan martabat bangsa.
Kerjasama Antar Negara
Pada dasarnya negara di kawasan utara yang merupakan maju dan negara industri sebenarnya memiliki ketergantungan pada negara dunia ketiga di kawasan selatan.
Ketergantungan tersebut di antaranya bahwa di negara ketiga merupakan pemasok bahan baku industri dan Tempat untuk memasarkan hasil produksinya.
Ketika dunia ketiga menghentikan ekspor bahan mentah, tidak mau utang pada negara industri maju, menutup diri terhadap barang-barang hasil produksi dari negara maju, dan sebagainya, apakah mereka masih bisa disebut negara dengan superpower?
Untuk itu globalisasi yang sudah melanda di berbagai kawasan dunia harus diimbangi dengan terciptanya hukum internasional yang imbang di antara negara industri maju untuk tetap mau menempatkan potensi negara dunia ketiga selayaknya menyiapkan potensi diri bangsanya.
Baca juga Peran Pengawas Satuan Pendidikan dalam Evaluasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Bangsa dunia ketiga tetap harus menjunjung tinggi budayanya, semangat nasionalismenya dan jiwa patriotisme mereka sehingga bangsa ini juga mampu memerankan dirinya sebagai bangsa yang kuat tangguh dan memiliki kapasitas daya saing dalam arus globalisasi.
Globalisasi tetap dan akan terus berlangsung dan kita tidak bisa mencari cara untuk menghentikannya namun cara menyikapinya. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi globalisasi?
Upaya tersebut bukan saja upaya menghadapi hal negatif dari globalisasi, namun juga upaya yang harus disiapkan secara positif menghadapi era globalisasi.