Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama lebih dari tiga abad dan berakhir secara resmi setelah pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949. Namun, sebelum mencapai titik tersebut, Indonesia harus melalui perjuangan panjang, termasuk Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan dua Agresi Militer Belanda. Artikel Akhir Penjajahan Belanda: Proklamasi Kemerdekaan dan Agresi Militer Belanda. akan membahas bagaimana penjajahan Belanda berakhir, dari proklamasi hingga pengakuan kedaulatan.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, Indonesia berada dalam situasi yang tidak menentu. Para pemimpin nasionalis seperti Soekarno dan Mohammad Hatta segera memanfaatkan momen ini untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Pada 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang menandai lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, Belanda tidak serta-merta mengakui kemerdekaan tersebut dan berusaha kembali menguasai Indonesia dengan bantuan pasukan Sekutu.
Kembalinya Belanda ke Indonesia dan Perlawanan Rakyat
Setelah Perang Dunia II berakhir, pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris mendarat di Indonesia dengan tujuan melucuti tentara Jepang. Namun, dalam prosesnya, mereka juga membantu Belanda untuk kembali berkuasa. Hal ini menimbulkan perlawanan sengit dari rakyat Indonesia.
Beberapa pertempuran besar terjadi, antara lain:
- Pertempuran Surabaya (10 November 1945): Salah satu pertempuran terbesar, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
- Pertempuran Medan Area (1945-1946): Perlawanan rakyat Sumatera Utara terhadap pasukan Sekutu dan Belanda.
- Bandung Lautan Api (1946): Rakyat Bandung membumihanguskan kota agar tidak dikuasai Belanda.
Agresi Militer Belanda I (21 Juli 1947 – 5 Agustus 1947)
Pada 21 Juli 1947, Belanda melancarkan Agresi Militer I dengan alasan untuk menegakkan ketertiban di Indonesia. Mereka menyerang wilayah-wilayah penting seperti Jawa dan Sumatera, menguasai daerah perkotaan serta jalur ekonomi strategis.
Namun, serangan ini mendapat kecaman internasional, terutama dari PBB. Akibatnya, Dewan Keamanan PBB mendesak Belanda untuk melakukan perundingan dengan Indonesia. Hasilnya adalah Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang mengakui wilayah Indonesia yang lebih kecil dari sebelumnya.
Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948 – 1949)
Tidak puas dengan hasil Perjanjian Renville, Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948 dengan menyerang Yogyakarta, yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia. Presiden Soekarno, Mohammad Hatta, dan beberapa pemimpin lainnya ditangkap dan diasingkan.
Namun, rakyat Indonesia tidak tinggal diam. Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan Jenderal Soedirman berhasil merebut kembali Yogyakarta, membuktikan bahwa Indonesia masih berdaulat. Tekanan internasional semakin besar terhadap Belanda, termasuk dari Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuan ekonomi jika Belanda tidak mengakhiri agresinya.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Dewan Revolusi?