Akulturasi budaya Islam dalam sistem pemerintahan

Akulturasi budaya Islam dalam sistem pemerintahan

Akulturasi budaya Islam dalam sistem pemerintahan, Pengaruh budaya Islam dalam sistem pemerintahan tampak pada penyebutan nama raja. Raja tidak lagi disebut sebagai Maharaja, melainkan diganti dengan sebutan Sultan atau Sunan, Panembahan, Maulana, dan lain- lain.

Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama Islam (Arab), misalnya, raja Malaka, Raja Paramisora, setelah masuk Islam berganti nama menjadi Sultan lskandar Syah. Di Jawa sebutan Sultan diikuti dengannama Jawa, misalnya :

Sultan Trenggono, Sultan Hadiwijaya, Sultan Agung Hanyakrakusurno, dan lain-lain. Dalam pengangkatan seorang raja, peranan ulama atau para wali juga sangat menentukan,

Akulturasi budaya Islam misalnya: dalam pengangkatan Raja Demak, Raden Fatah, Sultan Pajang, Hadiwijaya dan Raja Mataram pertama, Panembahan Senopati.

Sistem Kalender

Pada zaman Islam sistem kalender Saka masih tetap berlaku. Akan tetapi pada masa pemerintahan Sultan Agung diputuskan bahwa secara resmi Kerajaan Mataran meninggalkan Kalander Saka diganti dengan Sistem Kalender Hijriah (lunar system).

Walaupun demikian perwujudan akulturasinya sangat tampak. Angka tahun Kalender Jawa baru ini meneruskan angka tahun Saka.

Nama- nama bulan dalam kalender Jawa juga merupakan penyesuaian dari nama- nama bulan dalam Kalander Hijriah, dengan pengucapan Jawa misalnya, Sapar, Rejeb, dan Dulkangidah.

Ada pula nama-nama bulan yang sama sekali berubah dari nama-nama Kalender Hijriah, misalnya, Muharram berubah menjadi Suro, Ramadhan menjadi Pasa.

Selain itu dalam Kalender Jawa juga dikenal adanya Sistem Pasaran, yaitu : Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Kalender Jawa juga dilengkapi dengan sistem Wuku danWindu.

Filsafat (Tasawuf) danTharikat

Kata Tasawuf berasal dan kata Suf yang berarti Kain Wol (bulu domba). Hal inidikaitkan dengan kebiasaan Kaum Sufi (ahli tasawuf) memakai jubah dari bulu domba.

Tasawuf juga dihubungkan dengan pengertian Suluk yang berarti perjalanan. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan Kaum Sufi sering melakukan perjalanan (menggembara).

Suluk juga berarti karya sastra ahli tasawuf baik dalam bentuk prosa ataupun puisi yang isinya mengenai mistik Islam. Hamzah Fansuri, misalnya menyebut ajarannya sebagai Ilm as Suluk. Istilah Suluk adakalanya dikaitkan dengan Dzikir dan Tharikat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tasawuf adalah ajaran tentang ke- Tuhanan, sehubungan dengan hasrat manusia yang didorong oleh rasa cinta terhadap Tuhannya. Oleh karena itu kaum sufi selalu mencari jalan untuk mendekati-Nya melalui jalanjalansuci.

Di Indonesia ilmu tasawuf merupakan sesuatu yang sangat digemari. Hal ini disebabkan ajaran tasawuf memiliki kesesuaian dengan unsur budaya Hindu-Budha, sebelum kedatangan Islam. Sehingga di beberapa wilayah di Indonesia banyak terdapat ahli-ahli tasawuf.

Dari Aceh misalnya terdapat beberapa tokoh-tokoh Ahli Tasawuf misalnya Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Sumatrani, Nurruddin ar Raniri dan Abdur Rauf dari Singkel. Sedangkan ahli- ahli tasawuf dari Jawa misalnya: Sunan Bonang, Sunan Panggung, dan Syekh SitiJenar.

Beberapa Aliran Tharikat

Tharikat merupakan salah satu upaya kaum sufi mendekatkan diri dengan Tuhannya di bawah bimbingan guru tasawuf.

Beberapa aliran tharikat yang terdapat di Indonesia misalnya: Tharikat Qadiriyah, Tharikat Sammaniah, Tharikat Syattariah dan Tharikat Naqsyabandiah.

Baca juga Sejarah Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

Akulturasi (percampuran) ilmu tasawuf dengan budaya asli Indonesia tampak dalam hal-hal sebagai berikut:

  • Ajaran Pantheisme dari Syekh Siti Jenar, yaitu : Manunggaling Kawulo lan Gusti (bersatunya manusia dengan Tuhan). Ajaran tersebut banyak diwarnai oleh unsur-unsur pra-lslam seperti: Moksa danNirwana.
  • Buku-buku karya Ronggowarsito (pujangga Keraton Mataram), seperti : Serat Wirid, Dharmogandul, dan Serat Centini, yang mencampurkan ajaran-ajaran Hindu – Budha ke dalam ajaranKebatinan Islam.
  • Ratusan aliran kebatinan (Islam Kejawen) yang memadukan ajaran Islam dengan ajaran-ajaran Hindu-Budha dan budaya Jawa. Misalnya: aliran kebatinan Saptodharmo, Pangestu, dan lain-lain.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

asean budaya imperialisme indonesia islam kebudayaan kerajaan islam kolonial kolonialisme Kondisi geografis konflik masyarakat nasionalisme negara nusantara pancasila pelajaran ips pendidikan pengaruh islam penjajahan Penjelajahan samudra Penyebaran Islam Politik puasa ramadhan sejarah sejarah islam Sekolah