Selama lebih dari tiga abad masa penjajahan, pemerintah kolonial Belanda membangun beragam infrastruktur di wilayah Nusantara. Infrastruktur ini menjadi tulang punggung kekuasaan mereka dalam mengontrol sumber daya, mengelola wilayah, dan mendukung aktivitas ekonomi. Namun, warisan infrastruktur tersebut tidak hanya menyimpan sejarah kolonialisme, tetapi juga berperan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga hari ini. Bagaimana Warisan Infrastruktur Belanda: Antara Sejarah, Fungsi, dan Pelestarian?
Artikel ini akan membahas berbagai bentuk warisan infrastruktur peninggalan Belanda, fungsi awalnya, bagaimana kondisinya saat ini, serta pentingnya pelestarian untuk kepentingan sejarah dan pembangunan berkelanjutan.
Jenis-Jenis Infrastruktur Peninggalan Belanda
Belanda membangun berbagai jenis infrastruktur strategis yang tersebar di seluruh Nusantara. Beberapa di antaranya masih dapat dilihat dan bahkan digunakan hingga kini.
1. Jalan Raya Pos (De Grote Postweg)
Dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808–1811), jalan ini membentang sepanjang ±1.000 km dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Fungsi utamanya adalah mempercepat pergerakan militer dan komunikasi antarpemerintah kolonial.
2. Rel Kereta Api
Rel kereta api pertama dibangun pada 1867 di Semarang, kemudian berkembang ke berbagai wilayah seperti Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Tujuan utamanya adalah memperlancar distribusi hasil bumi seperti gula, kopi, dan teh ke pelabuhan-pelabuhan ekspor.
3. Pelabuhan dan Dermaga
Pelabuhan besar seperti Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), dan Pelabuhan Semarang merupakan contoh warisan pelabuhan yang dibangun untuk memfasilitasi ekspor komoditas. Infrastruktur ini terhubung dengan rel kereta api dan gudang logistik.
4. Bendungan dan Irigasi
Belanda juga membangun banyak bendungan dan sistem irigasi di Pulau Jawa. Contohnya adalah Bendungan Wlingi, Kalibaru, dan sistem irigasi peninggalan di daerah Karawang dan Klaten. Infrastruktur ini masih menjadi tulang punggung pertanian Indonesia.
5. Gedung Pemerintahan dan Pendidikan
Gedung-gedung kolonial seperti Gedung Sate di Bandung, Kantor Pos Jakarta, hingga bangunan universitas (UI, UGM) dibangun oleh Belanda dan masih digunakan hingga kini, meski telah mengalami renovasi.
6. Benteng dan Menara Pengawas
Benteng-benteng seperti Fort Rotterdam di Makassar, Benteng Vastenburg di Solo, dan Benteng Marlborough di Bengkulu dibangun untuk pertahanan militer. Bangunan ini kini menjadi objek wisata sejarah.
Fungsi Awal Infrastruktur Kolonial
Meskipun saat ini infrastruktur tersebut menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, pada awalnya fungsinya sangat berbeda. Beberapa fungsi utama antara lain:
- Kontrol wilayah dan militer: Mempermudah pergerakan pasukan dan logistik.
- Eksploitasi ekonomi: Memfasilitasi pengangkutan hasil bumi dari pedalaman ke pelabuhan.
- Pemukiman elit kolonial: Infrastruktur difokuskan pada wilayah Eropa dan kepentingan mereka.
- Pemisahan sosial: Tata ruang kota dan infrastruktur didesain untuk membedakan ras dan kelas sosial.
Perubahan Fungsi dan Relevansi Saat Ini
Seiring kemerdekaan dan perkembangan zaman, banyak infrastruktur peninggalan Belanda yang mengalami perubahan fungsi:
- Jalan Raya Pos kini menjadi jalur nasional dan jalan utama antarkota di Jawa.
- Rel kereta api yang dulu hanya untuk komoditas kini melayani penumpang dan logistik nasional.
- Gedung-gedung kolonial diubah menjadi museum, kantor pemerintah, atau institusi pendidikan.
- Benteng dan pelabuhan tua dijadikan situs sejarah dan objek wisata edukatif.
Infrastruktur tersebut masih memiliki nilai strategis dan ekonomi. Rel kereta api dan jalan raya misalnya, menjadi bagian dari sistem transportasi nasional. Hal ini membuktikan bahwa meski berasal dari masa kolonial, warisan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa saat ini.
Baca juga: Penumpasan G30S PKI: Sejarah, Kronologi, dan Dampaknya