Home » Sejarah » Sunda Kelapa dalam Perebutan Kekuasaan: Portugis, Fatahillah, dan VOC
Posted in

Sunda Kelapa dalam Perebutan Kekuasaan: Portugis, Fatahillah, dan VOC

Sunda Kelapa dalam Perebutan Kekuasaan: Portugis, Fatahillah, dan VOC (ft/istimewa)
Sunda Kelapa dalam Perebutan Kekuasaan: Portugis, Fatahillah, dan VOC (ft/istimewa)

Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan tertua dan paling bersejarah di Indonesia. Sunda Kelapa dalam Perebutan Kekuasaan, Sejak abad ke-12, pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan berbagai wilayah di Nusantara dengan pedagang asing dari Tiongkok, India, Arab, dan Eropa. Namun, letaknya yang strategis menjadikannya sebagai wilayah yang diperebutkan oleh berbagai kekuatan, termasuk Portugis, Kesultanan Demak melalui Fatahillah, dan akhirnya Belanda melalui VOC.

Artikel ini akan mengulas bagaimana Sunda Kelapa menjadi pusat pertarungan geopolitik antara kekuatan-kekuatan tersebut, bagaimana perebutan kekuasaan berlangsung, dan dampaknya terhadap sejarah Indonesia.

Sunda Kelapa dan Kedatangan Portugis

1. Sunda Kelapa sebagai Pelabuhan Strategis

Pada awal abad ke-16, Sunda Kelapa berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda, yang memiliki hubungan dagang erat dengan berbagai pedagang dari Asia dan Timur Tengah. Pelabuhan ini memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah, tekstil, dan hasil bumi.

Kerajaan Sunda menyadari ancaman dari kerajaan-kerajaan Islam yang berkembang di Nusantara, seperti Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon. Untuk mengamankan posisinya, Kerajaan Sunda menjalin hubungan dengan Portugis, yang saat itu sedang mencari jalur perdagangan rempah-rempah.

2. Perjanjian Sunda-Portugis (1522)

Pada tahun 1522, Kerajaan Sunda menandatangani perjanjian dengan Portugis. Isi perjanjian ini meliputi:

  • Izin bagi Portugis untuk membangun benteng di Sunda Kelapa.
  • Perlindungan dari Portugis terhadap Kerajaan Sunda dari ancaman kerajaan Islam di sekitarnya.
  • Kemudahan akses perdagangan bagi Portugis di pelabuhan Sunda Kelapa.

Namun, kedatangan Portugis di Sunda Kelapa justru memicu ketegangan dengan Kesultanan Demak yang menentang kehadiran kekuatan Eropa di wilayah ini.

Serangan Fatahillah dan Perubahan Menjadi Jayakarta

1. Ekspansi Kesultanan Demak

Kesultanan Demak, sebagai salah satu kerajaan Islam yang sedang berkembang pesat, menentang pengaruh Portugis di Nusantara. Sultan Trenggana, penguasa Demak saat itu, memerintahkan panglima perangnya, Fatahillah, untuk merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan Kerajaan Sunda.

2. Penyerangan Sunda Kelapa (1527)

Pada tahun 1527, Fatahillah memimpin pasukan Demak untuk menyerang Sunda Kelapa. Dalam pertempuran sengit ini:

  • Pasukan Demak berhasil mengalahkan pasukan Portugis dan pasukan Kerajaan Sunda.
  • Portugis yang baru tiba di Sunda Kelapa dengan tujuan membangun benteng akhirnya terpaksa melarikan diri.
  • Sunda Kelapa kemudian diambil alih oleh Kesultanan Demak.

Setelah berhasil merebut pelabuhan ini, Fatahillah mengubah namanya menjadi Jayakarta, yang berarti “kemenangan yang sempurna”. Sejak saat itu, Jayakarta menjadi pelabuhan penting bagi kerajaan Islam di Nusantara dan berkembang sebagai pusat perdagangan maritim yang menyaingi Malaka.

Perebutan Jayakarta oleh VOC

1. Kedatangan Belanda di Nusantara

Pada awal abad ke-17, Belanda melalui VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) mulai masuk ke wilayah Nusantara untuk menguasai perdagangan rempah-rempah. Jayakarta menjadi salah satu target utama mereka karena lokasinya yang strategis dan potensinya sebagai pusat perdagangan.

VOC awalnya menjalin hubungan dagang dengan penguasa Jayakarta, namun hubungan ini memburuk karena persaingan dagang dan kepentingan politik dengan Kesultanan Banten, yang saat itu menguasai Jayakarta.

2. Serangan VOC terhadap Jayakarta (1619)

Pada tahun 1619, VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen melancarkan serangan besar-besaran ke Jayakarta. Dalam pertempuran ini:

  • Pasukan VOC berhasil mengepung dan menghancurkan Jayakarta.
  • Kota Jayakarta dibakar habis dan banyak penduduknya mengungsi ke daerah sekitar.
  • VOC mendirikan kota baru di lokasi yang sama dan menamainya Batavia sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Asia Tenggara.

Dengan jatuhnya Jayakarta ke tangan VOC, dimulailah era kolonialisme Belanda yang berlangsung selama lebih dari tiga abad di Indonesia.

Baca juga: Apa Satu Langkah Kecil yang Bisa Kamu Lakukan Hari Ini untuk Membuat Proses Belajarmu Lebih Efektif?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.