Home » Sejarah » Sistem Kota Kolonial: Bagaimana Belanda Membangun Tata Kota di Indonesia?
Posted in

Sistem Kota Kolonial: Bagaimana Belanda Membangun Tata Kota di Indonesia?

Sistem Kota Kolonial: Bagaimana Belanda Membangun Tata Kota di Indonesia? (ft.istimewa)
Sistem Kota Kolonial: Bagaimana Belanda Membangun Tata Kota di Indonesia? (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Selama masa penjajahan, Belanda tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, tetapi juga meninggalkan warisan dalam bentuk tata ruang kota. Sistem kota kolonial Belanda dibangun dengan konsep yang mengutamakan kepentingan pemerintahan dan perdagangan kolonial, serta mencerminkan perbedaan sosial antara kaum Eropa dan pribumi. Hingga kini, jejak sistem kota kolonial tersebut masih bisa ditemui di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.

Artikel ini akan mengulas bagaimana Belanda membangun sistem tata kota kolonial, apa tujuannya, serta warisan apa yang masih tersisa dan relevan hingga masa kini.


Konsep Kota Kolonial Belanda

Kota kolonial yang dibangun Belanda di Hindia Belanda (Indonesia) umumnya tidak dibentuk dari nol, melainkan memanfaatkan pemukiman lokal yang sudah ada. Namun, kota-kota ini kemudian dikembangkan dengan sistematis berdasarkan kebutuhan kolonial, seperti pusat pemerintahan, militer, pelabuhan, dan perdagangan.

Beberapa ciri khas kota kolonial Belanda antara lain:

  • Pemisahan ruang berdasarkan ras dan kelas sosial
  • Pusat kota (centrum) berisi gedung pemerintahan, gereja, benteng, dan kantor dagang
  • Sistem jalan yang teratur dan terhubung dengan pelabuhan atau rel kereta api
  • Adanya ruang terbuka seperti alun-alun (plein) untuk apel militer atau pasar
  • Permukiman Eropa yang rapi dan luas, biasanya dikelilingi taman atau kanal

Tata Kota Kolonial: Pemisahan Sosial dan Rasial

Salah satu aspek paling menonjol dari sistem kota kolonial adalah pemisahan fisik antara penduduk Eropa dan pribumi. Ini menciptakan hierarki ruang yang menunjukkan struktur kekuasaan dan diskriminasi kolonial.

1. Kawasan Eropa (Binnenstad)

Merupakan pusat kota modern dengan fasilitas lengkap seperti kantor pemerintahan, rumah pejabat, sekolah Eropa, dan taman. Di kawasan ini, jalanan dibangun lebar dan berpola grid (kotak-kotak) untuk memudahkan mobilitas.

2. Kawasan Pribumi dan Tionghoa

Biasanya terletak di pinggir kota, memiliki kondisi pemukiman yang lebih padat dan tidak teratur. Kawasan ini kerap disebut sebagai kampung dan sering kali kurang diperhatikan dari segi kebersihan dan infrastruktur.

3. Kawasan Industri dan Komersial

Dekat dengan pelabuhan atau stasiun kereta, menjadi pusat pergudangan, pabrik, dan perdagangan. Di sinilah kegiatan ekonomi utama berlangsung, yang tentu saja dikendalikan oleh pihak kolonial.


Perencanaan Kota di Era Kolonial: Studi Kasus Beberapa Kota

1. Batavia (Jakarta)

Sebagai ibu kota Hindia Belanda, Batavia dirancang dengan kanal-kanal ala Amsterdam. Kota ini dibagi menjadi tiga zona utama: kawasan pemerintahan, kawasan permukiman Eropa, dan kawasan permukiman etnis lainnya (pribumi, Arab, Tionghoa). Sejak abad ke-19, kota ini berkembang ke arah selatan (Weltevreden) karena masalah kesehatan dan banjir di kota tua.

2. Semarang

Semarang dibagi menjadi kota atas (permukiman pribumi) dan kota bawah (kawasan Eropa dan pelabuhan). Tata ruang kota ini jelas mencerminkan segregasi sosial kolonial.

3. Bandung

Bandung menjadi contoh paling sukses dari sistem kota kolonial modern. Dikenal sebagai “Paris van Java,” kota ini dirancang dengan sangat rapi dan artistik, serta menjadi pusat eksperimen arsitektur modern kolonial. Bandung juga sempat direncanakan sebagai ibu kota baru Hindia Belanda sebelum pecahnya Perang Dunia II.


Fungsi Infrastruktur dalam Tata Kota Kolonial

Untuk mendukung kota-kota kolonial, Belanda membangun berbagai infrastruktur penunjang, seperti:

  • Rel kereta api dan stasiun untuk mengangkut hasil bumi dan orang.
  • Pelabuhan besar seperti Tanjung Priok, Semarang, dan Surabaya.
  • Jalan raya strategis seperti Jalan Raya Pos (De Grote Postweg).
  • Kanal dan drainase untuk mengatasi banjir, meskipun tidak selalu berhasil.

Semua infrastruktur tersebut ditujukan untuk memperkuat kontrol ekonomi dan militer Belanda di wilayah koloninya.

Baca juga: Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam Pemberontakan PKI


Warisan Sistem Kota Kolonial Saat Ini

Jejak sistem kota kolonial masih sangat nyata di berbagai kota di Indonesia. Kita bisa melihatnya dari:

  • Pola jalan dan alun-alun kota lama yang masih dipertahankan.
  • Bangunan-bangunan bersejarah seperti stasiun, gedung pemerintahan, dan hotel kolonial.
  • Kawasan kota tua seperti Kota Tua Jakarta, Kota Lama Semarang, dan Braga di Bandung yang menjadi destinasi wisata heritage.

Namun, sistem ini juga menyisakan masalah tata ruang, seperti kawasan kumuh yang dulu merupakan kampung etnis atau kawasan padat penduduk yang berkembang tanpa perencanaan modern.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.