Sosiologi

Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan (open social stratification)

ADVERTISEMENT

Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan (open social stratification). Bersifat tertutup bilamana membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. 

Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya.

Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup.

Sistem tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang perkasa atau di dalam masyarakat yang feodal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantung pada perbedaan-perbedaan rasial. 

Sistem lapisan masyarakat

Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat, sistem lapisan masyarakat yang tertutup, dalam batas-batas tertentu, juga dijumpai pada masyarakat Bali. Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

Ketiga lapisan pertama biasa disebut triwangsa sedangkan lapisan terakhir disebut jaba yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus.

Biasanya orang-orang mengetahui gelar seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut diwariskan menurut keturunan laki-laki yang sepihak patrilineal adalah Ida Bagus, Tjokorda, Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti, Gusti.

Gelar pertama adalah gelar Brahmana, gelar kedua sampai keempat bagi orang Ksatria, sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang Waisya. Orang Sudra juga memakai gelar seperti Pande, Kbon, Pasek dan selanjutnya.

Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. (ilustrasi foto/Denpost.id)

Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang bersangkutan. Walaupun gelar tersebut tidak memisahkan golongan-golongan secara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan santun pergaulan.

Baca juga Impor barang-barang konsumsi di negara-negara sedang berkembang nampaknya merupakan pemborosan

Disamping itu hukum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda, perhiasan-perhiasan, pakaian tertentu dan lain-lain. Kehidupan sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seseorang gadis suatu kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih rendah. 

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button