Posted in

Semarang dan Lawang Sewu: Keindahan Arsitektur Belanda yang Ikonik

Semarang dan Lawang Sewu: Keindahan Arsitektur Belanda yang Ikonik (ft/istimewa)
Semarang dan Lawang Sewu: Keindahan Arsitektur Belanda yang Ikonik (ft/istimewa)
sekolahGHAMA

3. Bangunan Kolonial Belanda Lainnya di Semarang

Selain Lawang Sewu, Semarang memiliki banyak bangunan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota ini. Beberapa di antaranya adalah:

a. Gereja Blenduk

Gereja Blenduk adalah gereja tertua di Semarang yang dibangun pada tahun 1753. Dengan kubah khas berbentuk setengah bola berwarna merah, gereja ini menjadi ikon Kota Lama Semarang dan tetap digunakan sebagai tempat ibadah hingga kini.

b. Stasiun Tawang

Sebagai salah satu stasiun tertua di Indonesia, Stasiun Tawang yang dibangun pada tahun 1868 menjadi pusat transportasi kereta api di Jawa Tengah. Bangunan ini memiliki desain klasik dengan atap tinggi dan jendela besar yang memaksimalkan pencahayaan alami.

c. Kantor Pos Besar Semarang

Dibangun pada awal abad ke-20, Kantor Pos Besar Semarang memiliki desain arsitektur yang megah dengan gaya khas kolonial. Bangunan ini tetap berfungsi sebagai pusat layanan pos hingga saat ini.

d. Gedung Marba

Gedung Marba merupakan bangunan peninggalan kolonial yang berlokasi di Kota Lama Semarang. Gedung ini dulunya digunakan sebagai kantor perdagangan dan kini menjadi daya tarik wisata sejarah.

4. Upaya Pelestarian Warisan Arsitektur Kolonial

Seiring perkembangan zaman, beberapa bangunan kolonial di Semarang mengalami kerusakan akibat kurangnya perawatan atau alih fungsi lahan. Namun, pemerintah dan masyarakat mulai menyadari pentingnya pelestarian warisan sejarah ini. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:

  • Restorasi Lawang Sewu: Pemugaran gedung ini memastikan bahwa keindahannya tetap terjaga tanpa mengubah keaslian desainnya.
  • Revitalisasi Kota Lama Semarang: Pemerintah melakukan perbaikan pada berbagai bangunan bersejarah agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
  • Peningkatan kesadaran masyarakat: Melalui edukasi dan wisata sejarah, masyarakat diajak untuk lebih menghargai dan menjaga peninggalan kolonial ini.

Kesimpulan

Semarang dan Lawang Sewu, Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang kaya akan peninggalan arsitektur kolonial Belanda. Dari Lawang Sewu yang megah hingga bangunan-bangunan bersejarah di Kota Lama, jejak kolonial tetap menjadi bagian penting dari identitas kota ini. Dengan berbagai upaya pelestarian yang dilakukan, keindahan arsitektur kolonial di Semarang dapat terus menjadi daya tarik wisata dan kebanggaan bagi masyarakat.

Baca juga: Wisata Sejarah, Ini 5 Rekomendasi Benteng Peninggalan


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Mengapa Lawang Sewu disebut “seribu pintu”?
Lawang Sewu memiliki banyak pintu dan jendela besar, sehingga masyarakat setempat menyebutnya sebagai “seribu pintu,” meskipun jumlah sebenarnya tidak mencapai seribu.

2. Apa fungsi awal Lawang Sewu?
Awalnya, Lawang Sewu dibangun sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api Hindia Belanda.

3. Apakah Lawang Sewu memiliki cerita mistis?
Ya, Lawang Sewu terkenal dengan berbagai cerita mistis, terutama karena pernah digunakan sebagai markas militer Jepang dan tempat eksekusi pada masa perang.

4. Apa saja bangunan kolonial Belanda lain yang bisa dikunjungi di Semarang?
Beberapa bangunan kolonial lainnya adalah Gereja Blenduk, Stasiun Tawang, Kantor Pos Besar Semarang, dan Gedung Marba.

5. Apa upaya yang dilakukan untuk melestarikan bangunan kolonial di Semarang?
Pemerintah dan masyarakat melakukan restorasi, revitalisasi, serta edukasi tentang pentingnya pelestarian warisan budaya.

Dengan menjaga dan merawat peninggalan kolonial di Semarang, kita tidak hanya mempertahankan sejarah, tetapi juga memperkaya nilai budaya kota bagi generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.