Home » Sejarah » Sejarah Kerajaan Banjar: Pusat Perkembangan Islam di Kalimantan
Posted in

Sejarah Kerajaan Banjar: Pusat Perkembangan Islam di Kalimantan

Sejarah Kerajaan Banjar: Pusat Perkembangan Islam di Kalimantan (ft.istimewa)
Sejarah Kerajaan Banjar: Pusat Perkembangan Islam di Kalimantan (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Kerajaan Banjar atau Kesultanan Banjar merupakan salah satu kerajaan Islam penting di Nusantara, khususnya di wilayah Kalimantan. Dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam dan perdagangan, Kerajaan Banjar memainkan peran strategis dalam sejarah politik, ekonomi, dan kebudayaan di Kalimantan sejak abad ke-16.

Seiring dengan pertumbuhan Islam di Nusantara, kerajaan ini menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam besar lainnya seperti Demak dan Mataram. Warisan sejarahnya masih terasa hingga kini, khususnya dalam budaya dan tradisi masyarakat Kalimantan Selatan.


Asal Usul dan Letak Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar berpusat di Kalimantan Selatan, tepatnya di sekitar wilayah Martapura dan Banjarmasin saat ini. Nama “Banjar” berasal dari daerah Banjar Masih atau Banjar Masin, yang kemudian menjadi Banjarmasin.

Kerajaan ini awalnya merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa, sebuah kerajaan Hindu yang berdiri di tepi Sungai Tapin. Seiring masuknya pengaruh Islam dan konflik politik internal, lahirlah Kerajaan Banjar pada awal abad ke-16.


Pendirian dan Raja Pertama

Kerajaan Banjar didirikan oleh Raden Samudera, seorang bangsawan dari Kerajaan Negara Daha (kelanjutan Negara Dipa). Setelah konflik perebutan kekuasaan dengan pamannya, Pangeran Tumenggung, Raden Samudera melarikan diri dan mendapatkan dukungan militer dari Kesultanan Demak di Jawa.

Sebagai imbalan atas dukungan tersebut, Raden Samudera berjanji untuk memeluk agama Islam dan menyebarkannya di wilayah kekuasaannya. Setelah berhasil merebut kembali takhta, ia dinobatkan sebagai Sultan Suriansyah, sultan pertama Kerajaan Banjar, sekitar tahun 1526.


Perkembangan Islam di Kerajaan Banjar

Pemerintahan Sultan Suriansyah menjadi titik awal Islamisasi yang masif di Kalimantan Selatan. Ia mendirikan masjid dan mengundang para ulama dari Jawa dan Aceh untuk berdakwah. Masjid Sultan Suriansyah, yang dibangun pada masa pemerintahannya, menjadi salah satu masjid tertua di Kalimantan dan simbol awal perkembangan Islam di Banjar.

Islam berkembang pesat melalui jalur dakwah, pendidikan pesantren, serta interaksi perdagangan. Kesultanan Banjar pun menjelma menjadi pusat keagamaan yang penting di Kalimantan.


Hubungan dengan Kerajaan Lain

Kerajaan Banjar memiliki hubungan diplomatik dan keagamaan yang kuat dengan:

  • Kesultanan Demak – sebagai pelindung awal.
  • Kesultanan Mataram Islam – dalam hubungan dagang dan pengaruh budaya.
  • Kesultanan Makassar dan Brunei – dalam jejaring maritim dan perdagangan.

Banjar menjadi bagian dari jaringan dagang dan dakwah Islam di Nusantara yang menghubungkan Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan wilayah Melayu.


Sistem Pemerintahan dan Kehidupan Sosial

1. Pemerintahan Monarki Islam

Kesultanan Banjar dipimpin oleh seorang sultan yang memiliki wewenang penuh dalam urusan pemerintahan dan agama. Sultan dibantu oleh para menteri, panglima, dan ulama sebagai penasihat spiritual.

2. Pembagian Wilayah

Wilayah kerajaan dibagi menjadi beberapa daerah otonom yang disebut “kawasan” atau “daerah sakai.” Tiap kawasan dipimpin oleh seorang kepala adat atau bangsawan yang loyal kepada sultan.

3. Kehidupan Sosial dan Budaya

Islam menjadi pedoman utama dalam kehidupan sosial masyarakat Banjar. Tradisi adat Banjar mulai terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, menciptakan identitas budaya baru yang khas Kalimantan Selatan.


Ekonomi dan Perdagangan

Letaknya yang strategis di sepanjang Sungai Barito menjadikan Kerajaan Banjar sebagai pusat perdagangan regional. Komoditas dagang utama meliputi:

  • Lada hitam (komoditas ekspor utama)
  • Kayu ulin dan hasil hutan
  • Rotan dan damar
  • Emas dan intan (Banjar dikenal sebagai penghasil intan)

Aktivitas dagang dilakukan baik dengan wilayah Nusantara lain maupun dengan pedagang asing seperti Portugis, Belanda, dan Tiongkok.

Baca juga: Kota Tua Medan: Kejayaan Arsitektur Belanda di Sumatra Utara


Hubungan dengan VOC dan Kolonialisme

Pada abad ke-17 dan 18, Kesultanan Banjar mulai terlibat dalam konflik politik dan ekonomi dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC berusaha memonopoli perdagangan lada dan pengaruh politik di Banjar.

Dalam proses ini, terjadi berbagai perjanjian yang merugikan pihak kesultanan. Akibatnya, kedaulatan Kerajaan Banjar mulai melemah dan mengalami ketergantungan terhadap Belanda.


Pemberontakan dan Perlawanan

Perlawanan terhadap dominasi Belanda terjadi sepanjang abad ke-19. Tokoh penting dalam perlawanan ini adalah:

  • Pangeran Antasari, yang memimpin Perang Banjar (1859–1863).
  • Ia menolak campur tangan Belanda dalam pengangkatan sultan dan monopoli ekonomi.
  • Meski akhirnya kalah secara militer, semangat perjuangannya membangkitkan nasionalisme di Kalimantan.

Akhir Kesultanan Banjar

Setelah wafatnya Pangeran Antasari dan semakin kuatnya pengaruh Belanda, Kesultanan Banjar resmi dibubarkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1860. Wilayah Banjar kemudian dijadikan bagian dari daerah kekuasaan Hindia Belanda.

Meski demikian, warisan budaya, agama, dan identitas Banjar tetap hidup dalam masyarakat Kalimantan Selatan hingga kini.


Warisan Budaya dan Keagamaan

Beberapa warisan penting dari Kerajaan Banjar adalah:

  • Masjid Sultan Suriansyah: simbol awal penyebaran Islam.
  • Budaya Banjar: meliputi bahasa, sastra, seni tari, musik, dan adat istiadat.
  • Tradisi Islam Banjar: pesantren, pengajian, dan perayaan keagamaan seperti Maulid Nabi.

Budaya Banjar dikenal dengan nilai sopan santun dan tata krama Islam yang kental. Banyak ritual adat telah diislamkan dan dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari.


Kesultanan Banjar di Era Modern

Meski secara politik telah dibubarkan, Kesultanan Banjar tetap hidup sebagai simbol budaya dan spiritual. Beberapa keturunan sultan masih diakui secara adat dan dilibatkan dalam kegiatan budaya.

Pemerintah Kalimantan Selatan juga rutin menyelenggarakan kegiatan budaya yang mengangkat nilai-nilai Kesultanan Banjar, seperti:

  • Festival Budaya Banjar
  • Ziarah ke makam Sultan Suriansyah
  • Pemugaran situs sejarah

Kesimpulan

Kerajaan Banjar memiliki peran sentral dalam sejarah perkembangan Islam di Kalimantan. Sebagai pusat dakwah, perdagangan, dan kekuasaan, kerajaan ini menjadi penghubung antara dunia Islam di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Meskipun akhirnya runtuh akibat tekanan kolonial, warisan sejarah dan budayanya tetap hidup dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar bukan hanya simbol masa lalu, tetapi juga inspirasi masa depan dalam menjaga nilai-nilai budaya dan keagamaan.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Siapa pendiri Kerajaan Banjar?
Raden Samudera adalah pendiri Kerajaan Banjar. Setelah memeluk Islam dan mendapat dukungan dari Kesultanan Demak, ia bergelar Sultan Suriansyah.

2. Kapan Kerajaan Banjar berdiri?
Kerajaan Banjar didirikan sekitar tahun 1526 Masehi.

3. Apa peran Kerajaan Banjar dalam penyebaran Islam?
Kerajaan Banjar menjadi pusat dakwah Islam di Kalimantan, mengundang ulama dan membangun masjid, serta mengislamkan masyarakat sekitar.

4. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Banjar?
Kesultanan Banjar mengalami tekanan politik dan ekonomi dari VOC dan Belanda. Setelah Perang Banjar, kerajaan ini resmi dibubarkan pada tahun 1860.

5. Di mana letak peninggalan sejarah Kerajaan Banjar saat ini?
Peninggalan seperti Masjid Sultan Suriansyah dan makam para sultan dapat ditemukan di Banjarmasin dan Martapura, Kalimantan Selatan.


Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.