Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia. Tahukah kalian apa itu Manifesto Politik 1925? Apa pengaruhnya terhadap pembentukan identitas kebangsaan Indonesia? Pada 1923, Iwa Kusumasumantri, pengurus Perhimpunan Indonesia mengeluarkan manifesto politik. Isi penting manifesto tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Masa depan bangsa Indonesia terletak pada adanya bentuk pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat.
  2. Pemerintahan yang kuat adalah yang bebas dari belenggu asing dan mengandalkan kekuatan sendiri.
  3. Menghindari perpecahan dan menanamkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia untuk membangun negara nasional.

Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia. Manifesto 1923 didukung oleh manifesto yang dikeluarkan pada 1924 yang dikeluarkan pimpinan Nazir Datuk Pamuncak. Prinsip isinya sama, yaitu usaha membentuk pemerintahan sendiri yang bebas dari penjajahan. Persatuan sebagai kunci keberhasilan mencapai Indonesia Merdeka.

Pada 1925, Sukiman Wiryosanjoyo sebagai pimpinan PI mengeluarkan manifesto 1925 yang lebih tegas dan jelas. Isinya adalah sebagai berikut.

  1. Indonesia bersatu, menyingkirkan perbedaan dapat mematahkan kekuasaan penjajah.
  2. Diperlukan aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.
  3. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan syarat mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.
  4. Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.
  5. Penjajahan telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa sehingga  normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.

Manifesto 1925 sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia dan sangat memengaruhi pola pergerakan nasional bangsa Indonesia. Gagasan manifesto 1925 terealisasi saat Sumpah Pemuda dikumandangkan pada 28 Oktober 1928.

Kongres Pemuda II tahun 1928

Berdirinya berbagai organisasi pergerakan yang bersifat modern telah mendorong keinginan untuk bekerja sama. Menyadari adanya persamaan, berbagai dialog dilakukan antara pergerakan. Para pemuda dan pelajar mempunyai pemikiran untuk membentuk kekuatan besar dalam menghadapi penjajahan Belanda. 

Kesadaran membentuk bingkai pergerakan kebangsaan mulai tampak dengan berdirinya berbagai organisasi nasionalis yang bersifat terbuka. Mereka tidak lagi memandang latar belakang etnis, daerah asal, ataupun agama.

Beberapa organisasi yang awalnya bersifat etnis dan kedaerahan pun kemudian berubah menjadi nasionalis. Komunikasi antara tokoh pergerakan semakin membuka pandangan nasionalisme yang lebih tegas. Langkah-langkah jelas untuk berjuang bersama-sama dibuktikan dengan diselenggarakannya kongreskongres pemuda.

Kongres Pemuda I dilaksanakan pada 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda. Kongres ini telah berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh untuk mempersatukan diri. Keinginan membentuk suatu badan sentral telah digulirkan.

Sebagian peserta ingin menyatukan seluruh organisasi pemuda. Sebagian lainnya menginginkan badan sentral dalam bentuk federasi. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan diusulkan M. Yamin.

Kongres Pemuda I belum membentuk keputusan bulat, namun mereka sepakat untuk melakukan Kongres Pemuda II. Pada September 1926, berdiri organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. Beberapa tokohnya adalah para pemuda, seperti Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, M. Yamin, A.K. Gani, Amir Syarifuddin, dan beberapa tokoh lainnya. 

Panitia Kongres Pemuda II

Dibentuk pada 12 Agustus 1928 dengan ketuanya Sugondo Joyopuspito. Susunan panitia mewakili wilayah seluruh Indonesia. Beberapa tokoh panitia kongres, antara lain Sugondo (PPPI), Joko Marsaid (Jong Java), M. Yamin (Jong Sumatranen Bond), Amir Syarifuddin (Jong Batak), Senduk (Jong Celebes), J. Leimena (Jong Ambon), Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond), dan tokoh-tokoh lainnya. 

Kongres II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh perwakilan organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Selain itu, hadir pula tokoh-tokoh politik, seperti Soekarno dan Tan Malaka, anggota Volksraad, dan para pendidik.

Baca juga Gabungan Politik Indonesia (Gapi) didirikan oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional sebagai jalan mencapai kemerdekaan Indonesia

Dalam kongres ini, keinginan untuk membentuk negara sendiri semakin kuat. Suasana kebangsaan tidak dapat dibendung lagi. Akhirnya, pada 28 Oktober 1928, dibacakan keputusan hasil Kongres Pemuda II, berupa ikrar pemuda yang terkenal dengan Sumpah Pemuda. Keputusan penting Kongres II adalah sebagai berikut:

a. ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928; b. menetapkan lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan; c. menetapkan bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia.

Kongres II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh perwakilan organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. (ilustrasi foto/GuruPendidikan.com)

Realisasi hasil kongres adalah dengan didirikannya Indonesia Muda pada 1930. Indonesia Muda berasaskan kebangsaan dan bertujuan Indonesia Raya. Pemerintah Belanda sangat menekan rapat-rapat yang diselenggarakan oleh para tokoh pemuda. Lagu “Indonesia Raya” pernah dilarang dan penyebutan Indonesia Merdeka tidak diperbolehkan.

Para tokoh pemuda menyiasati tekanan ini. Pada Kongres III di Yogyakarta tahun 1938, tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti menjunjung tinggi martabat nusa dan bangsa.  


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.