Perkembangan Organisasi Etnik, Kedaerahan, Keagamaan, dan Munculnya Pergerakan Nasional
Perkembangan Organisasi Etnik, Kedaerahan, Keagamaan, dan Munculnya Pergerakan Nasional. Organisasi pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Pada awalnya, yang berdiri di Indonesia adalah berbagai organisasi etnik, kedaerahan, dan keagamaan.
Berbagai organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional. Tahukah kalian bagaimana prosesnya? Mari kita telaah bersama munculnya berbagai organisasi etnik kedaerahan hingga berdirinya organisasi yang bersifat nasional!
Perkembangan Organisasi Etnik
Organisasi etnik banyak didirikan oleh para pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka membentuk perkumpulan berdasarkan pertalian latar belakang etnis. Beberapa contoh organisasi adalah sebagai berikut.
a. Jong Ambon
Jong Ambon/Pemuda Ambon didirikan tahun 1918. Tujuannya membantu beasiswa para pemuda Ambon untuk melanjutkan pendidikan. Pada 9 Mei 1920, A.J. Patty membentuk Serikat Ambon di Semarang. Organisasi mengalami kemunduran pada Oktober 1920 setelah A.J. Patty ditangkap Belanda.
b. Jong Minahasa
Berdiri pada 24 April 1919, sebagai kelanjutan Rukun Minahasa. Tokohnya adalah Sam Ratu Langie dan Dr. Tumbelaka. Selain Jong Minahasa, juga terdapat organisasi pemuda Sulawesi, yaitu Minahasa Celebes di Jakarta.
c. Serikat Pasundan
Serikat Pasundan didirikan pada tahun 1914. Tujuannya untuk memajukan masyarakat Pasundan.
d. Perkumpulan Kaum Betawi
Perkumpulan Kaum Betawi dipelopori oleh M. Husni Thamrin. Tujuannya untuk memajukan perekonomian, sosial, dan pendidikan.
Organisasi berdasarkan etnik muncul di berbagai tempat. Hingga saat ini, kalian dapat mencari berbagai organisasi berdasarkan ikatan etnik, terutama di kota-kota pendidikan, seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan seluruh kota di Indonesia. Keberadaannya sangat membantu memajukan rakyat di daerahnya.
Organisasi Kedaerahan
a. Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia)
Pendiri Tri Koro Dharmo adalah R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi di Gedung Stovia Jakarta pada 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia. Semboyan Tri Koro Dharmo adalah budi, bakti, dan sakti. Tujuan utamanya adalah meningkatkan persaudaraan antara pelajar Jawa dan Madura, guna meningkatkan kesejahteraan daerahnya.
Dalam kongres pertama di Solo, Tri Koro Dharmo berubah menjadi Jong Java. Walaupun sebagai organisasi kedaerahan, para anggotanya kemudian aktif dalam upaya pembentukan kesadaran nasional.
b. Jong Java
Setelah Tri Koro Dharmo dibubarkan, namanya diganti menjadi Jong Java pada 12 Juni 1918. Jong Java mempunyai tujuan membangun persatuan Jawa Raya. Kegiatan utamanya adalah dalam bidang sosial, budaya, dan pengembangan pendidikan Suku Jawa.
Jong Jawa pada kongres bulan Mei 1922 memutuskan untuk tidak berurusan dengan kegiatan politik. Pada perkembangannya, Jong Java terpengaruh oleh perkembangan Serikat Islam sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang politik.
Sebagian anggota Jong Java yang ingin melakukan kegiatan politik, seperti H. Agus Salim, kemudian mendirikan Jong Islamiten Bond, dengan Islam sebagai dasar perjuangan.
c. Jong Sumatranen Bond
Jong Sumatranen Bond didirikan oleh Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada 9 Desember 1917 di Jakarta.
Tujuan utamanya adalah menyatukan pemuda-pemuda Sumatra untuk mengembangkan budaya Sumatra dan mendidik agar menjadi pemimpin bangsa. Dalam waktu singkat, Jong Sumatranen Bond mempunyai cabang di berbagai kota di Indonesia.
Kenali Tokoh “H. Agus Salim”
Masyhudul Haq atau Agus Salim lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 9 Oktober 1884. Pendidikan di bangku sekolah hanya ditempuh hingga menamatkan HBS pada tahun 1903. Sesudah itu, ia belajar sendiri.
Tidak kurang dari sembilan bahasa asing dikuasai, antara lain bahasa Belanda, Inggris, Jepang, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang. Ketika muda, ia merantau hingga Arab Saudi untuk memperkaya pemikiran dan ilmunya. Ia juga pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah Arab Saudi.
Agus Salim pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pada periode 3 Juli 1947- 20 Desember 1949. Ia merupakan salah satu diplomat ulung Indonesia yang dikenal sering mewakili Indonesia di berbagai konferensi dan pertemuan internasional.