Organisasi Keagamaan pelopor pergerakan nasional Indonesia
Organisasi Keagamaan pelopor pergerakan nasional Indonesia. Jong Islamiten Bond didirikan pada 1 Januari 1925 di Jakarta. Ketuanya adalah Raden Sam. Keanggotaannya tidak berdasarkan etnis/daerah asal, tetapi berdasar ikatan agama. Dalam waktu singkat, Jong Islamiten Bond (JIB) mendapat sambutan di kota-kota lain, terutama di Jawa.
Kongres pertama dilaksanakan pada 29 Desember 1925 dan mengesahkan beberapa Anggaran Dasar Organisasi. Selain sebagai pusat dakwah Islam, JIB juga mengorganisasi kegiatan seni, budaya, sosial, dan penerbitan.
Beberapa tokoh Serikat Islam (SI) seperti H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Suryopranoto, serta tokohtokoh pergerakan lainnya sangat menaruh perhatian pada JIB.
JIB tidak hanya memusatkan kegiatan untuk umat muslim, tetapi beberapa kegiatan juga diperuntukkan bagi warga nonmuslim. Pada Kongres III di Yogyakarta 27 Desember 1927, JIB telah menyinggung persatuan dan kebangsaan.
Muda Kristen Jawi
Muda Kristen Jawi dibentuk tahun 1920. Pada perkembangannya, Muda Kristen Jawi berubah namanya menjadi Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK).
Awalnya, organisasi ini menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Setelah berubah menjadi PPK, bahasa pengantar digantikan oleh bahasa Indonesia.
Muhammadiyah
Organisasi Keagamaan pelopor pergerakan. Pendiri Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah, antara lain.
- mengembangkan dakwah Islam;
- mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah (Hadis);
- membersihkan praktik keagamaan dari syirik dan bid’ah;
- mengembangkan pendidikan agama dan umum secara modern.
Muhammadiyah bukan organisasi politik sehingga Pemerintah Belanda memberikan pengakuan Badan Hukum. K.H. Ahmad Dahlan mengembangkan dakwah dan pendidikan meniru beberapa sistem Barat.
Misalnya, biasanya untuk belajar mengaji sistem pondok tidaklah menggunakan meja dan kelas. K.H. Ahmad Dahlan mulai melakukan pembelajaran meniru sekolah-sekolah Eropa.
K.H. Ahmad Dahlan juga membenarkan posisi kiblat dalam Masjid Keraton Yogyakarta, yang pada awalnya banyak ditentang oleh kiai sepuh.
Muhammadiyah mengembangkan amal usaha tidak sebatas dakwah agama, tetapi melalui berbagai amal usaha, seperti pendidikan, mendirikan sekolah modern, kepanduan Hizbul Wathan, koperasi simpan pinjam, perdagangan, dan bidang sosial lainnya.
Muhammadiyah banyak mendapatkan simpati. Terbukti pada 1925, Muhammadiyah telah memiliki 29 cabang di Jawa dan luar Jawa dengan anggota 4.000 orang. Pada tahun 1931, cabang Muhammadiyah berjumlah 267 dengan 24.000 anggota.
Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama didirikan oleh para kiai pada 31 Januari 1926 di Jawa Timur. Pimpinan pertamanya adalah K.H. M. Hasyim Asy’ari. NU cepat berkembang, terutama di Jawa karena basis pesantren yang sangat banyak di Jawa. Pada awalnya, organisasi NU bukanlah organisasi politik.
Seperti halnya Muhammadiyah, NU mengembangkan amal usaha tidak hanya sebatas dakwah Islam. Pengikut terbesar NU adalah para santri yang umumnya tinggal di pedesaan. Pada saat ini, NU merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Baca juga Sejarah Sarekat Islam, Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU)
Persatuan Umat Islam
Persatuan Umat Islam didirikan oleh K.H. A. Halim di Majalengka pada 1917.
Al-Jamiatul Washiyah
Al-Jamiatul Washiyah didirikan di Medan, Sumatra Utara pada 1930.