Kerajaan Sunda merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di wilayah barat Pulau Jawa. Dalam lintasan sejarahnya, kerajaan ini mengalami pengaruh kuat dari dua agama besar yang pernah mendominasi kebudayaan di Nusantara, yaitu Hindu dan Buddha. Pengaruh tersebut tidak hanya tercermin dalam struktur pemerintahan dan hukum, tetapi juga dalam budaya, seni, sastra, arsitektur, dan sistem kepercayaan masyarakatnya. Bagaimana Pengaruh Hindu-Buddha dalam Budaya dan Kepercayaan Kerajaan Sunda ?
Artikel ini akan mengulas secara menyeluruh bagaimana ajaran Hindu-Buddha membentuk fondasi budaya dan kepercayaan dalam Kerajaan Sunda, termasuk jejak peninggalan sejarah yang masih bisa ditemukan hingga kini.
Latar Belakang Masuknya Hindu-Buddha di Tanah Sunda
Sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Buddha, masyarakat di wilayah yang kelak menjadi Kerajaan Sunda telah menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka memuja roh leluhur dan kekuatan alam sebagai bagian dari keseharian spiritual.
Masuknya ajaran Hindu dan Buddha ke wilayah Nusantara diperkirakan terjadi sejak abad ke-1 hingga ke-5 M melalui jalur perdagangan internasional, terutama melalui para pedagang dari India. Di wilayah barat Jawa, hubungan dagang yang aktif dengan Gujarat dan India Selatan membawa pengaruh budaya, agama, serta sistem sosial-politik ke dalam kerajaan-kerajaan lokal, termasuk Tarumanegara dan kemudian Kerajaan Sunda.
Tarumanegara sebagai Awal Perkembangan Hindu-Buddha
Sebelum lahirnya Kerajaan Sunda, telah berdiri Kerajaan Tarumanegara yang menganut ajaran Hindu aliran Wisnu. Prasasti-prasasti peninggalan Tarumanegara, seperti Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Kebon Kopi, menunjukkan bahwa penguasa Tarumanegara, seperti Raja Purnawarman, menyebut dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu dan aktif dalam kegiatan keagamaan Hindu.
Kerajaan Sunda yang muncul sebagai kelanjutan dari Tarumanegara pun mewarisi banyak sistem kepercayaan dan budaya dari periode sebelumnya.
Sistem Kepercayaan dalam Kerajaan Sunda
1. Ajaran Hindu
Agama Hindu, terutama aliran Siwa dan Wisnu, memainkan peran penting dalam pembentukan nilai dan struktur kepercayaan masyarakat Sunda kala itu. Raja dianggap sebagai wakil atau penjelmaan dewa di bumi. Oleh karena itu, kekuasaan raja tidak hanya bersifat politik, tetapi juga spiritual.
Ciri khas ajaran Hindu dalam Kerajaan Sunda:
- Konsep Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa) dikenali dalam kehidupan religius.
- Upacara keagamaan dilakukan di pura atau candi, meskipun candi-candi Hindu di wilayah Sunda tidak sebanyak di Jawa Tengah dan Timur.
- Sistem kasta dikenal dalam bentuk terbatas, terutama untuk membedakan antara bangsawan, rakyat biasa, dan rohaniawan (brahmana).
2. Ajaran Buddha
Meski tidak sepopuler Hindu, ajaran Buddha juga berkembang dalam Kerajaan Sunda, terutama aliran Mahayana. Beberapa kalangan rohaniwan dan cendekiawan Sunda dikenal menganut ajaran ini.
Ciri-ciri ajaran Buddha:
- Fokus pada nilai kebijaksanaan, welas asih, dan kesederhanaan hidup.
- Pemujaan terhadap Bodhisattwa dan praktik meditasi.
- Terpengaruh dalam penulisan karya sastra dan naskah keagamaan.
Pengaruh dalam Seni dan Arsitektur
Kehidupan keagamaan Hindu-Buddha sangat memengaruhi perkembangan seni dan arsitektur di Kerajaan Sunda. Meskipun tidak sebanyak di Jawa Timur dan Tengah, beberapa peninggalan mencerminkan estetika Hindu-Buddha:
1. Candi dan Situs Keagamaan
Beberapa situs yang memiliki jejak Hindu-Buddha di wilayah Sunda antara lain:
- Situs Batujaya (Karawang), yang diyakini sebagai peninggalan Buddha tertua di Jawa Barat.
- Candi Cangkuang (Garut), satu-satunya candi Hindu di Jawa Barat yang masih berdiri, diduga berasal dari abad ke-8 M.
2. Seni Ukir dan Patung
Patung-patung dewa Hindu dan Buddha serta relief-relief bergaya India ditemukan di situs arkeologi, mencerminkan pengaruh seni rupa klasik dari daratan India.
Sastra dan Bahasa dalam Nuansa Hindu-Buddha
Pengaruh Hindu-Buddha sangat kental dalam karya sastra Sunda Kuno. Bahasa Sansekerta digunakan dalam penulisan prasasti dan karya sastra religius.
Beberapa contoh pengaruh tersebut:
- Penggunaan aksara Pallawa dan kemudian aksara Sunda Kuno dalam prasasti.
- Kitab-kitab ajaran, seperti kakawin dan mantra Hindu-Buddha.
- Cerita-cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata yang diadaptasi ke dalam kisah rakyat Sunda.
Struktur Sosial dan Politik
Sistem politik Kerajaan Sunda juga dibentuk oleh ajaran Hindu-Buddha. Konsep raja sebagai dewa (devaraja) menjadikan penguasa memiliki posisi sakral dan otoritas tinggi. Dalam pandangan ini, kesetiaan kepada raja juga berarti kesetiaan kepada kehendak ilahi.
Struktur sosial pun dipengaruhi oleh sistem kasta, meskipun lebih longgar dibandingkan sistem kasta di India. Pembagian masyarakat ke dalam kelompok bangsawan, brahmana, kesatria, waisya, dan sudra dapat ditemukan dalam literatur dan struktur pemerintahan kerajaan.
Baca juga: Warisan Penjajahan Belanda di Indonesia: Apa Saja yang Masih Bertahan?
