Home » Sejarah » Monas dari Masa ke Masa: Perubahan dan Renovasi Ikon Jakarta
Posted in

Monas dari Masa ke Masa: Perubahan dan Renovasi Ikon Jakarta

Monas dari Masa ke Masa: Perubahan dan Renovasi Ikon Jakarta (ft/istimewa)
Monas dari Masa ke Masa: Perubahan dan Renovasi Ikon Jakarta (ft/istimewa)

Monumen Nasional (Monas) merupakan simbol kebanggaan bangsa Indonesia yang berdiri tegak di pusat Jakarta. Monas dari Masa ke Masa, sejak diresmikan pada tahun 1975, Monas telah mengalami berbagai perubahan dan renovasi guna menjaga keindahan serta fungsinya sebagai pusat edukasi sejarah dan destinasi wisata. Perubahan ini mencerminkan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat dalam menikmati Monas sebagai ruang publik.

Artikel ini akan membahas bagaimana Monas telah mengalami perubahan dari masa ke masa, termasuk renovasi dan inovasi yang dilakukan untuk menjaga statusnya sebagai ikon Jakarta.


Sejarah Awal Monas

Gagasan pembangunan Monas muncul dari Presiden Soekarno pada tahun 1950-an dengan tujuan menciptakan monumen yang dapat mengabadikan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sayembara desain yang dimenangkan oleh arsitek Frederich Silaban menghasilkan konsep arsitektur yang unik dengan filosofi nasionalisme yang kuat. Pembangunan Monas dimulai pada tahun 1961 dan berlangsung selama lebih dari satu dekade hingga akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1975.

Monas memiliki tinggi 132 meter dengan puncaknya berbentuk lidah api yang dilapisi emas. Bagian dalam monumen ini berisi Museum Sejarah Nasional dan Ruang Kemerdekaan yang menyimpan naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Perubahan Monas dari Masa ke Masa

Seiring berjalannya waktu, Monas mengalami beberapa perubahan untuk menjaga kelestariannya serta meningkatkan pengalaman pengunjung. Berikut beberapa momen penting dalam sejarah perubahan dan renovasi Monas:

1. Renovasi Lapisan Emas di Puncak Monas (1995 dan 2010)

Salah satu perubahan paling mencolok pada Monas adalah renovasi lapisan emas yang menyelimuti lidah api di puncak monumen. Awalnya, lapisan emas seberat 35 kg disumbangkan oleh seorang pengusaha Aceh, Teuku Markam. Pada tahun 1995, lapisan emas ini ditambah menjadi 50 kg sebagai bagian dari peremajaan Monas. Renovasi serupa kembali dilakukan pada tahun 2010 untuk memastikan emas tetap terjaga dan tidak mengalami korosi akibat cuaca.

2. Penataan Kawasan Sekitar Monas (2000-an)

Pada awal 2000-an, pemerintah Jakarta mulai melakukan penataan kawasan sekitar Monas untuk menciptakan ruang hijau yang lebih luas. Sejumlah pohon ditanam di sekitar area monumen, sementara akses kendaraan bermotor ke dalam kawasan Monas mulai dibatasi guna menjaga keasrian lingkungan.

3. Pembukaan Terowongan Pengunjung (2003)

Pada tahun 2003, akses masuk Monas diperbarui dengan dibangunnya terowongan bawah tanah dari sisi utara Lapangan Merdeka. Ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung serta mengurangi kepadatan di area pintu masuk utama.

4. Modernisasi Museum Sejarah Nasional (2015-2018)

Museum Sejarah Nasional yang berada di bagian bawah Monas mengalami modernisasi antara tahun 2015 hingga 2018. Teknologi interaktif mulai diterapkan, termasuk diorama digital yang memungkinkan pengunjung mendapatkan pengalaman lebih mendalam tentang sejarah perjuangan Indonesia.

5. Penutupan Sementara untuk Revitalisasi (2020-2022)

Pada tahun 2020, Monas sempat ditutup untuk umum sebagai bagian dari program revitalisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Renovasi meliputi perbaikan taman, jalur pedestrian, serta pembangunan fasilitas umum seperti area parkir bawah tanah. Penutupan ini juga berkaitan dengan pandemi COVID-19, yang membatasi jumlah pengunjung selama periode tersebut.

6. Peningkatan Fasilitas Wisata (2023 – Sekarang)

Sejak 2023, Monas terus mengalami peningkatan fasilitas wisata, termasuk perbaikan lift menuju puncak Monas dan penambahan area bersantai bagi wisatawan. Sistem tiket elektronik juga mulai diterapkan untuk mempermudah akses bagi pengunjung.


Dampak Renovasi terhadap Monas

Renovasi dan perubahan yang dilakukan terhadap Monas memiliki beberapa dampak positif, di antaranya:

  • Meningkatkan Kenyamanan Pengunjung: Dengan perbaikan fasilitas, pengunjung kini bisa menikmati Monas dengan lebih nyaman, baik dari segi aksesibilitas maupun pengalaman wisata.
  • Menjaga Kelestarian Monumen: Renovasi yang dilakukan membantu memastikan Monas tetap terawat dan tidak mengalami kerusakan akibat faktor usia atau cuaca.
  • Menambah Daya Tarik Wisata: Pembaruan museum dan kawasan sekitar Monas membuatnya semakin menarik bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
  • Mempertahankan Nilai Sejarah: Meskipun mengalami perubahan, Monas tetap mempertahankan nilai sejarahnya sebagai simbol perjuangan kemerdekaan.

Baca juga: Siapa yang Menyiarkan Berita Proklamasi Melalui Radio Domei?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.