Nasakom merupakan konsep politik yang diperkenalkan oleh Presiden Soekarno pada 1950-an sebagai upaya untuk menyatukan tiga kekuatan politik utama di Indonesia: Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Mengapa Nasakom Mengalami Banyak Pertentangan? Meskipun bertujuan untuk menjaga stabilitas politik, Nasakom justru menimbulkan banyak pertentangan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri.
Artikel Mengapa Nasakom Mengalami Banyak Pertentangan? akan mengulas alasan utama mengapa Nasakom mengalami banyak pertentangan, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta dampaknya terhadap sejarah politik Indonesia.
Latar Belakang Konsep Nasakom
1. Situasi Politik Indonesia Pasca-Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, berbagai ideologi berkembang pesat di dalam negeri. Tiga kekuatan utama yang muncul adalah:
- Nasionalisme – Diwakili oleh Partai Nasional Indonesia (PNI), yang menekankan persatuan bangsa dan kemandirian negara.
- Agama – Didorong oleh kelompok-kelompok Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Masyumi, yang menginginkan peran agama dalam pemerintahan.
- Komunisme – Dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), yang berorientasi pada perjuangan kelas dan keadilan sosial berbasis ideologi Marxisme-Leninisme.
Ketiga kekuatan ini sering kali mengalami benturan ideologi dan kepentingan politik, yang mendorong Soekarno untuk menciptakan Nasakom sebagai jalan tengah agar semua pihak dapat bekerja sama.
2. Tujuan Nasakom
Nasakom bertujuan untuk menyatukan berbagai kelompok ideologi dalam pemerintahan guna mencegah konflik politik dan menjaga stabilitas nasional. Selain itu, konsep ini juga digunakan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam politik internasional melalui prinsip non-blok.
Namun, dalam praktiknya, Nasakom justru menimbulkan lebih banyak konflik dibandingkan stabilitas.
Alasan Mengapa Nasakom Mengalami Banyak Pertentangan
1. Perbedaan Ideologi yang Terlalu Tajam
Nasionalisme, Agama, dan Komunisme adalah tiga ideologi yang memiliki perbedaan mendasar:
- Kelompok Nasionalis menitikberatkan pada kebangsaan dan kedaulatan negara tanpa keterikatan pada agama atau komunisme.
- Kelompok Agama menolak komunisme karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
- Kelompok Komunis menentang kelompok agama dan nasionalis yang dianggap tidak sejalan dengan perjuangan kelas.
Perbedaan ini menyebabkan ketidakcocokan yang sulit untuk disatukan dalam satu sistem pemerintahan.
2. Penolakan dari Kelompok Islam
Banyak kelompok Islam, terutama Masyumi dan beberapa tokoh Nahdlatul Ulama, menentang keberadaan PKI dalam pemerintahan. Mereka khawatir bahwa pengaruh PKI yang semakin besar akan mengarah pada komunisasi Indonesia dan mengancam keberadaan agama dalam kehidupan bernegara.
3. Militer Tidak Sejalan dengan PKI
Tentara Nasional Indonesia (TNI), terutama Angkatan Darat, melihat PKI sebagai ancaman karena agenda politiknya yang radikal. Banyak perwira militer khawatir bahwa PKI berusaha merebut kekuasaan melalui infiltrasi di berbagai institusi pemerintahan dan organisasi masyarakat.
Konflik antara militer dan PKI semakin meruncing menjelang peristiwa G30S/PKI, yang akhirnya menjadi titik balik bagi konsep Nasakom.
4. Kecurigaan dari Negara-Negara Barat
Amerika Serikat dan negara-negara Barat melihat Nasakom sebagai indikasi bahwa Indonesia bergerak menuju komunisme. Hal ini menyebabkan ketegangan diplomatik dan pengurangan bantuan ekonomi dari negara-negara Barat.
Sebagai akibatnya, Indonesia semakin bergantung pada Uni Soviet dan Tiongkok, yang memperburuk hubungan Indonesia dengan Blok Barat.
Baca juga: Megawati Soekarnoputri: Ketua Umum PDIP dan Peranannya dalam Politik Indonesia