Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Sebagai salah satu pusat perdagangan penting di Nusantara sejak zaman dahulu, Makassar memiliki jejak kolonial yang masih terlihat hingga kini, terutama di kawasan Kota Tua. Berbagai bangunan bersejarah peninggalan Belanda masih berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota ini.
1. Sejarah Makassar pada Masa Kolonial
Makassar telah lama menjadi pusat perdagangan yang strategis sejak abad ke-16. Kota ini berkembang pesat di bawah kekuasaan Kesultanan Gowa-Tallo sebelum akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada abad ke-17. Setelah Perjanjian Bongaya tahun 1667, Belanda mulai membangun berbagai infrastruktur untuk mendukung kepentingan kolonial mereka, termasuk benteng, kantor pemerintahan, dan pelabuhan.
Kawasan Kota Tua Makassar berkembang sebagai pusat administratif dan ekonomi pada masa kolonial. Banyak bangunan yang dibangun pada periode ini masih berdiri dan memberikan gambaran tentang bagaimana kehidupan pada masa penjajahan Belanda berlangsung.
2. Bangunan Bersejarah di Kota Tua Makassar
a. Benteng Rotterdam
Benteng Rotterdam adalah salah satu peninggalan kolonial paling terkenal di Makassar. Benteng ini awalnya dibangun oleh Kesultanan Gowa pada abad ke-16 dengan nama Benteng Ujung Pandang. Setelah dikuasai oleh Belanda, benteng ini diubah menjadi pusat pemerintahan dan pertahanan kolonial. Kini, Benteng Rotterdam berfungsi sebagai museum dan pusat kebudayaan, menampilkan berbagai koleksi sejarah Makassar.
b. Pelabuhan Paotere
Pelabuhan Paotere adalah salah satu pelabuhan tertua di Makassar yang telah ada sejak zaman kolonial. Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan barang-barang dari berbagai daerah di Nusantara. Hingga kini, Pelabuhan Paotere masih aktif digunakan, terutama oleh kapal-kapal tradisional seperti Pinisi.
c. Gedung Kesenian Societeit de Harmonie
Gedung Societeit de Harmonie adalah salah satu bangunan peninggalan Belanda yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan hiburan bagi masyarakat Eropa di Makassar pada masa lalu. Bangunan ini memiliki arsitektur kolonial klasik dengan pilar-pilar besar dan desain yang elegan. Saat ini, gedung ini digunakan untuk berbagai acara seni dan budaya.
d. Kantor Pos Makassar
Kantor Pos Makassar merupakan salah satu bangunan kolonial yang masih berfungsi hingga sekarang. Dengan gaya arsitektur khas Eropa, bangunan ini tetap menjadi bagian penting dari infrastruktur kota dan menjadi saksi perkembangan komunikasi di Makassar sejak zaman kolonial.
e. Gereja Katedral Makassar
Gereja Katedral Makassar, yang dibangun pada awal abad ke-20, merupakan salah satu gereja tertua di kota ini. Gereja ini memiliki desain arsitektur kolonial dengan jendela kaca patri yang indah dan interior klasik yang masih terjaga hingga kini.
3. Ciri Khas Arsitektur Kolonial di Makassar
Bangunan kolonial di Makassar memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari arsitektur lokal, antara lain:
- Atap tinggi dan jendela besar: Untuk mengakomodasi iklim tropis, bangunan kolonial biasanya memiliki atap tinggi dan jendela besar untuk ventilasi udara yang baik.
- Material kokoh: Banyak bangunan kolonial menggunakan material seperti bata merah dan batu kapur untuk memastikan daya tahan yang lebih lama.
- Desain simetris: Arsitektur kolonial sering kali memiliki fasad simetris dengan pilar-pilar besar dan ornamen klasik.
Baca juga: Partai Komunis Indonesia (PKI)