Sejarah

Kehidupan Pada Masa Revolusi Bangsa Indonesia

ADVERTISEMENT

Kehidupan Pada Masa Revolusi Bangsa Indonesia, Kehidupan bangsa Indonesia pada masa revolusi lebih banyak diwarnai dengan pertempuran usaha mempertahankan kemerdekaan baik usaha secara fisik maupun diplomatik. 

Pada masa awal setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia kondisi bangsa Indonesia masih dihadapkan pada beberapa pertempuran fisik dengan Belanda, Sekutu dan juga Jepang. 

Para penjajah tersebut masih berupaya ingin merebut kembali Indonesia meski telah menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran-pertempuran yang terjadi di beberapa daerah menyebabkan banyaknya korban jiwa yang muncul dari rakyat Indonesia. 

Pada bulan September 1945 tentara sekutu mendarat di Jakarta yang kemudian membentuk komando khusus yang disebut Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI) untuk melucuti pasukan Jepang.

Kehadiran mereka bersamaan dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) atau pemerintah sipil Hindia Belanda. Kehadiran tentara sekutu dan belanda menimbulkanbeberapa pergolakan baik melalui pertempuran fisik maupun diplomati. Beberapa peristiwa tersebut antara lain: 

Pertempuran 10 November di Surabaya 

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. 

Pertempuran Surabaya melawan pasukan sekutu memang tidak dapat dilepaskan dari peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebutankekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 September 1945. 

Latar belakang terjadinya peperangan ini adalah karena adanya insiden hotel yamato Surabaya. Dimana ketika itu orang-orang belanda di bawah pimpinan Mr. Ploegman mengibarkan bendera Merah Putih Biru yaitu bendera Belanda di atas hotel Yamato di Surabaya. 

Bendera Belanda dapat diturunkan, dirobek bagian birunya, dan berkibarlah kembali Sang Merah-Putih. Aksi ini dipimpin oleh Koesnowibowo, anggota Angkatan Muda Kantor Kotamadya Surabaya. Pengibaran bendera Belanda tersebut membuat kemarahan di hati masyarakat Surabaya tatkala itu. 

Karena hal ini dianggap telah menghina kedaulatan bangsa Indonesia dan juga kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan pada bulan Agustus tanggal 17 beberapa bulan yang lalu.  

Sehingga hal ini membuat sebagian pemuda bertindak tegas dengan menaiki hotel yamato dan merobek berdera belanda warna birunya sehingga tinggal tersisa warna bendera bangsa Indonesia yakni Merah Putih. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. 

Puncaknya pada tanggal 30 Oktober 1945, terjadi baku tembak antara sekelompok pemuda yang menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby. 

Pertempuran 10 November 1945 

Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran Surabaya yang sangat dahsyat. Rakyat Surabaya bertekad untuk bertempur mati-matian. Hampir seluruh bagian kota Surabaya ditembaki dan dihujani bom secara membabi-buta oleh meriam pasukan Inggris. 

Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan luka-luka. Perlawanan tidak berhenti, Kobaran api semangat di seluruh kota menyala nyala bak letusan gunung berapi, TKR dan Laskar serta bantuan yang aktif dari rakyat Surabaya membuat kota Surabaya terbakar. 

Inggris terkejut mereka mendapatkan badai api di Kota Surabaya, awalnya mereka menduga perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3hari saja, nyatanya pengerahkan persenjataan modern dan taktik perang yang mumpuni tidak membuat kota surabaya mudah untuk diduduki.  Pertempuran semakin sengit dengan hadirnya para ulama,kyai dan para santri di medan peperangan. 

Nama nama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari,KH.Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya ikut ambil bagian dalam perjuangan dengan mengerahkan santri-santri (ketika itu masyarakat Jawa khususnya tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka sangat patuh dan taat kepada para kyai dan ulama mereka).

Bung Tomo Seorang Revolusioner

Sosok Bung Tomo yang merupakan seorang revolusioner menjadi api pembakar semangat rakyat Surabaya pun hingga kini terus dikenang jasa dan perjuangannya. Beliau menyuarakan pidato yang memacu keinginan rakyat Surabaya untuk mempertahankan Indonesia hingga titik darah penghabisan. 

Bung Tomo mengatakan dengan lantang “Merdeka atau mati?” yang lantas dijawab oleh ratusan ribu rakyat dengan kata ‘Merdeka’ daripada mati sia-sia ditangan parasekutu. Tidak terduga sama sekali perlawanan bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, minggu ke minggu. 

Perlawanan yangpada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, semakin hari semakin solid dan teratur. Pertempuran dasyat ini memakan waktu. hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh ditangan pihak Inggris. 

Baca juga Peristiwa Sumpah Pemuda menyatukan semangat nasionalisme Indonesia

Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan “neraka” bagi mereka karena kerugian yang disebabkan tidaklah sedikit sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka tewas di Surabaya. 

Dari peristiwa tersebut maka setiap tanggal 10 November di peringati sebagai hari pahlawan. 

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button