Home » Sejarah » Jalan Raya Pos (De Grote Postweg): Jalur Transportasi Bersejarah Peninggalan Belanda
Posted in

Jalan Raya Pos (De Grote Postweg): Jalur Transportasi Bersejarah Peninggalan Belanda

Jalan Raya Pos (De Grote Postweg): Jalur Transportasi Bersejarah Peninggalan Belanda (ft.Istimewa)
Jalan Raya Pos (De Grote Postweg): Jalur Transportasi Bersejarah Peninggalan Belanda (ft.Istimewa)
sekolahGHAMA

Jalan Raya Pos, atau dalam bahasa Belanda dikenal sebagai De Grote Postweg, adalah salah satu peninggalan paling monumental dari masa kolonial Belanda di Indonesia. Jalan yang membentang dari Anyer di ujung barat Pulau Jawa hingga Panarukan di ujung timur ini dibangun pada awal abad ke-19 oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.

Jalan sepanjang sekitar 1.000 kilometer ini memiliki nilai sejarah dan strategis yang sangat penting, baik di masa lalu maupun kini. Dalam artikel ini, kita akan membahas asal-usul pembangunan Jalan Raya Pos, tujuan politik dan ekonominya, dampaknya terhadap masyarakat lokal, serta warisan dan peranannya dalam transportasi modern Indonesia.


Latar Belakang Sejarah Pembangunan Jalan Raya Pos

Pada awal abad ke-19, Indonesia—saat itu dikenal sebagai Hindia Belanda—menghadapi ancaman besar dari Inggris. Untuk memperkuat pertahanan militer dan komunikasi, Herman Willem Daendels, yang diangkat oleh Napoleon Bonaparte sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1808, memutuskan untuk membangun sebuah jalan strategis yang melintasi Pulau Jawa dari barat ke timur.

Pembangunan Jalan Raya Pos dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, hanya sekitar satu tahun, dengan melibatkan puluhan ribu tenaga kerja lokal. Namun, pembangunan ini dilakukan dengan sistem kerja paksa (rodi), dan banyak pekerja pribumi yang meninggal karena beban kerja berat, penyakit, dan kondisi kerja yang buruk.


Tujuan Pembangunan Jalan Raya Pos

Jalan Raya Pos dibangun dengan berbagai tujuan strategis dan administratif:

  1. Pertahanan Militer
    Jalan ini memungkinkan pergerakan pasukan Belanda dengan cepat dari satu wilayah ke wilayah lainnya di Pulau Jawa.
  2. Komunikasi dan Transportasi
    Sebagai jalur komunikasi utama, jalan ini memungkinkan pengiriman surat, instruksi pemerintahan, dan informasi secara lebih cepat melalui sistem pos darat.
  3. Kontrol Administratif
    Dengan menghubungkan berbagai pusat pemerintahan lokal, Belanda dapat mengawasi dan mengontrol wilayah jajahan dengan lebih efektif.
  4. Eksploitasi Ekonomi
    Jalan ini juga memperlancar distribusi hasil bumi dari daerah pedalaman ke pelabuhan untuk diekspor ke Eropa.

Proses Pembangunan dan Dampaknya

Pembangunan Jalan Raya Pos dilakukan secara cepat namun penuh penderitaan. Tenaga kerja lokal dipaksa bekerja tanpa upah yang layak, bahkan banyak yang menjadi korban jiwa. Sejarawan mencatat bahwa proyek ini meninggalkan trauma di berbagai komunitas lokal, meskipun dalam jangka panjang, jalan ini menjadi infrastruktur penting yang membuka akses transportasi di Jawa.

Beberapa bagian dari jalan ini melewati medan yang sulit, seperti hutan, pegunungan, dan rawa-rawa, yang memerlukan kerja keras dan teknologi sederhana untuk pembangunannya. Namun, keberhasilan membangun jalan sejauh ribuan kilometer dalam waktu singkat menunjukkan kemampuan manajemen proyek kolonial—meskipun dibayangi oleh eksploitasi.


Jalur Jalan Raya Pos

Jalan Raya Pos membentang dari Anyer (Banten) hingga Panarukan (Situbondo, Jawa Timur), melintasi kota-kota besar seperti:

  • Serang
  • Batavia (sekarang Jakarta)
  • Bogor
  • Cianjur
  • Bandung
  • Sumedang
  • Cirebon
  • Tegal
  • Pekalongan
  • Semarang
  • Surakarta
  • Yogyakarta
  • Surabaya
  • Probolinggo
  • Situbondo

Jalur ini dirancang mengikuti kontur alam Pulau Jawa dan melewati pusat-pusat pemerintahan serta ekonomi penting di masa itu.

Baca juga: Mengapa Nasakom Mengalami Banyak Pertentangan?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.