Home » IPS Kelas 7 » Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrem di Indonesia
Posted in

Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrem di Indonesia

Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrem di Indonesia (ft.istimewa)
Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrem di Indonesia (ft.istimewa)

Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia semakin sering mengalami berbagai peristiwa cuaca ekstrem seperti hujan lebat, banjir bandang, kekeringan panjang, hingga gelombang panas. Fenomena ini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan dampak nyata dari perubahan iklim global. Bagaimana Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrem di Indonesia?

Perubahan iklim menyebabkan ketidakseimbangan sistem atmosfer dan lautan di seluruh dunia, termasuk di wilayah tropis seperti Indonesia. Akibatnya, pola cuaca yang sebelumnya stabil kini menjadi sulit diprediksi. Artikel ini akan membahas pengertian cuaca ekstrem, penyebabnya, serta dampak perubahan iklim terhadap kondisi cuaca di Indonesia beserta upaya mitigasinya.


Pengertian Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang pada suhu, curah hujan, pola angin, dan kondisi atmosfer lain di bumi akibat aktivitas manusia dan proses alamiah. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan meningkatnya suhu udara rata-rata, pergeseran musim, dan meningkatnya intensitas bencana hidrometeorologi.

Sementara itu, cuaca ekstrem adalah kondisi cuaca yang menyimpang jauh dari keadaan normal dan dapat menimbulkan kerugian atau bencana. Contohnya antara lain hujan dengan intensitas sangat tinggi, kekeringan panjang, badai tropis, atau suhu yang melonjak ekstrem.


Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim

  1. Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
    Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan penggunaan energi tak terbarukan menyebabkan peningkatan kadar karbon dioksida (COâ‚‚), metana (CHâ‚„), dan gas rumah kaca lainnya. Gas-gas ini menahan panas di atmosfer, mengakibatkan efek rumah kaca yang mempercepat pemanasan global.
  2. Kerusakan Hutan dan Ekosistem
    Deforestasi di Indonesia mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap karbon dioksida. Selain itu, kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera memperburuk polusi udara dan menambah emisi karbon.
  3. Pemanasan Laut (Ocean Warming)
    Suhu permukaan laut yang meningkat memicu penguapan lebih tinggi, sehingga awan hujan terbentuk lebih cepat dan intensitas hujan meningkat. Hal ini turut memperkuat fenomena seperti badai tropis dan hujan ekstrem.
  4. Perubahan Pola Muson dan ENSO (El Niño – La Niña)
    Fenomena El Niño menyebabkan kekeringan panjang, sedangkan La Niña memicu hujan ekstrem. Keduanya menjadi semakin intens akibat perubahan iklim global.

Hubungan antara Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem

Perubahan iklim memengaruhi siklus hidrologi dan distribusi panas di atmosfer. Akibatnya, energi yang tersimpan dalam sistem bumi meningkat sehingga memperbesar kemungkinan munculnya peristiwa cuaca ekstrem.

Secara sederhana, hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui diagram alur berikut:

Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca

              â”‚

              â–¼

     Pemanasan Global (Suhu Naik)

              â”‚

              â–¼

 Perubahan Pola Angin dan Curah Hujan

              â”‚

              â–¼

     Cuaca Ekstrem (Hujan Deras, Banjir,

           Kekeringan, Gelombang Panas)


Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrem di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan iklim tropis dan garis pantai yang panjang. Kondisi geografis ini membuatnya sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Berikut beberapa dampak yang telah dirasakan masyarakat:

1. Meningkatnya Intensitas Hujan Ekstrem

Data BMKG menunjukkan bahwa curah hujan ekstrem di beberapa wilayah meningkat dalam dua dekade terakhir. Misalnya, banjir besar di Jakarta dan Bekasi pada awal tahun 2020 merupakan hasil akumulasi hujan lebih dari 377 mm per hari — salah satu yang tertinggi dalam sejarah.

Fenomena ini tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga mengganggu transportasi, kesehatan, dan aktivitas ekonomi masyarakat.

2. Kekeringan Berkepanjangan

Ketika fenomena El Niño terjadi, seperti pada tahun 2015 dan 2023, banyak daerah di Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Kalimantan mengalami kekeringan panjang. Kekurangan air berdampak pada gagal panen, kebakaran hutan, dan keterbatasan air bersih.

3. Kenaikan Suhu dan Gelombang Panas

Menurut laporan BMKG (2024), suhu rata-rata Indonesia meningkat sekitar 0,8°C dibandingkan era praindustri. Di beberapa daerah seperti Surabaya dan Makassar, suhu maksimum siang hari bisa mencapai lebih dari 35°C. Peningkatan suhu ini memicu gangguan kesehatan seperti dehidrasi, kelelahan, dan penyakit kulit.

4. Badai Tropis dan Angin Kencang

Walaupun badai besar jarang melanda langsung Indonesia, namun wilayah perbatasan seperti Laut Timor dan Samudra Hindia bagian selatan kerap terdampak badai tropis dari Australia. Fenomena ini membawa angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi.

5. Kenaikan Permukaan Air Laut dan Rob

Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub dan pemuaian air laut. Akibatnya, banyak wilayah pesisir seperti Semarang, Pekalongan, dan Jakarta Utara mengalami banjir rob yang semakin parah setiap tahun. Jika tidak diatasi, sebagian wilayah pantai berisiko tenggelam dalam beberapa dekade ke depan.

Baca juga: Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi (Regional Complementarity): Konsep, Contoh, dan Relevansi di Indonesia


Contoh Nyata Cuaca Ekstrem di Indonesia

TahunKejadianWilayah TerdampakDampak
2020Hujan ekstrem dan banjir besarJakarta, Bekasi, BantenRibuan rumah terendam, korban jiwa, aktivitas lumpuh
2023Kekeringan panjang akibat El NiñoJawa Timur, NTT, NTBKrisis air bersih, gagal panen, kebakaran lahan
2024Banjir rob dan gelombang tinggiSemarang, Pekalongan, Jakarta UtaraPermukiman pesisir tergenang, kerusakan infrastruktur

Dampak Sosial dan Ekonomi dari Cuaca Ekstrem

  1. Pertanian dan Ketahanan Pangan
    Cuaca ekstrem mengganggu pola tanam dan panen. Ketika musim kemarau berkepanjangan, produksi padi menurun drastis. Sementara curah hujan ekstrem dapat merusak lahan pertanian.
  2. Kesehatan Masyarakat
    Hujan ekstrem meningkatkan risiko penyakit menular seperti demam berdarah dan leptospirosis. Sebaliknya, suhu tinggi dapat memicu penyakit kulit dan dehidrasi.
  3. Infrastruktur dan Transportasi
    Jalan raya, jembatan, dan bandara kerap rusak akibat banjir atau tanah longsor. Kondisi ini menghambat aktivitas ekonomi dan logistik nasional.
  4. Kehidupan Pesisir
    Masyarakat pesisir menghadapi ancaman rob, abrasi, dan kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat cuaca yang tidak menentu.

Upaya Menghadapi Cuaca Ekstrem di Indonesia

Untuk mengurangi risiko dan dampak cuaca ekstrem, diperlukan langkah adaptasi dan mitigasi di berbagai sektor. Berikut beberapa upaya yang telah dan perlu dilakukan:

  1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
    Pemerintah melalui Nationally Determined Contribution (NDC) menargetkan penurunan emisi hingga 31,89% pada 2030. Upaya ini dilakukan dengan transisi energi bersih, penggunaan kendaraan listrik, dan reboisasi.
  2. Pembangunan Infrastruktur Tangguh Iklim
    Pembangunan tanggul pesisir, sistem drainase kota, serta revitalisasi sungai menjadi langkah penting untuk mengurangi dampak banjir dan rob.
  3. Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)
    BMKG menyediakan peringatan dini cuaca ekstrem yang dapat diakses masyarakat melalui aplikasi InfoBMKG. Informasi ini penting agar masyarakat dapat melakukan langkah antisipatif.
  4. Edukasi dan Kesadaran Publik
    Pendidikan tentang perubahan iklim perlu ditanamkan sejak dini agar masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan dan berperan aktif dalam pelestarian alam.
  5. Pertanian Adaptif dan Efisien Air
    Petani perlu didukung dengan teknologi irigasi hemat air, benih tahan kekeringan, dan penyesuaian pola tanam sesuai prakiraan iklim.

Kesimpulan

Perubahan iklim telah memicu peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem di Indonesia. Dampaknya meluas pada sektor pertanian, kesehatan, ekonomi, hingga kehidupan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim harus menjadi prioritas nasional. Melalui kerja sama antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat, Indonesia dapat menghadapi tantangan ini sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa yang dimaksud dengan cuaca ekstrem?
Cuaca ekstrem adalah kondisi cuaca yang menyimpang jauh dari keadaan normal dan berpotensi menimbulkan bencana, seperti hujan deras, badai, atau kekeringan.

2. Mengapa cuaca ekstrem semakin sering terjadi di Indonesia?
Karena adanya perubahan iklim global yang memengaruhi pola curah hujan, suhu, dan sirkulasi atmosfer di wilayah tropis.

3. Apa dampak terbesar dari cuaca ekstrem bagi masyarakat Indonesia?
Dampak terbesar adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, dan rob yang mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi.

4. Bagaimana cara masyarakat menghadapi cuaca ekstrem?
Dengan mengikuti informasi peringatan dini BMKG, menjaga lingkungan, menanam pohon, serta menyesuaikan aktivitas dengan kondisi cuaca.

5. Apakah perubahan iklim bisa dihentikan?
Tidak bisa dihentikan sepenuhnya, tetapi dampaknya bisa diminimalkan melalui pengurangan emisi karbon dan penggunaan energi ramah lingkungan.


Referensi
  • Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2024). Laporan Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem di Indonesia.
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2023). Strategi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim.
  • Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2023). Climate Change 2023: Synthesis Report.
  • United Nations Environment Programme (UNEP). (2024). Global Climate Risk Index.
  • Sutanto, R. (2022). Geografi untuk SMP/MTs. Jakarta: Erlangga.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.