Bagaimana I’tikaf yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW? Nabi Muhammad SAW sendiri adalah teladan yang baik dalam melaksanakan I’tikaf di masjid. Beliau sering melakukan I’tikaf pada bulan Ramadhan, terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan I’tikaf selama 10 hari di bulan Ramadhan pada tahun-tahun terakhir kehidupan beliau. Beliau melakukan I’tikaf di Masjid Nabawi dengan menutupi wajahnya dan berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh.
Dalam I’tikaf tersebut, Nabi Muhammad SAW mengisolasi diri dari dunia luar dan memperbanyak ibadah seperti membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa. Beliau juga mengajarkan kepada umatnya untuk memperbanyak amalan kebaikan dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat selama I’tikaf.
Selain itu, dalam I’tikaf yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, beliau juga berinteraksi dengan para sahabat yang datang untuk menemui beliau di masjid. Beliau memberikan nasehat dan bimbingan kepada para sahabat serta menjawab pertanyaan mereka terkait agama Islam.
Dari contoh I’tikaf Nabi Muhammad SAW, kita dapat mempelajari pentingnya meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, memperbanyak ibadah dan doa, serta berinteraksi dengan sesama muslim dengan penuh kasih sayang dan kedamaian.
A. Mengapa I’tikaf di anjurkan oleh Rasulullah SAW?
I’tikaf di anjurkan oleh Rasulullah SAW karena kegiatan tersebut memiliki banyak manfaat spiritual bagi umat muslim. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa I’tikaf di anjurkan oleh Rasulullah SAW:
- Mendekatkan diri kepada Allah SWT: Dalam I’tikaf, seseorang memutuskan untuk mengisolasi diri dari dunia luar dan fokus pada ibadah kepada Allah SWT. Dengan melakukan ini, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadahnya.
- Menghilangkan gangguan dunia: Dalam I’tikaf, seseorang memutuskan untuk meninggalkan dunia dan semua kegiatan sehari-hari untuk fokus pada ibadah kepada Allah SWT. Ini membantu seseorang untuk menghilangkan gangguan dan distraksi dunia sehingga dapat fokus pada ibadah dan refleksi spiritual.
- Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan: Dengan memperbanyak ibadah dan doa selama I’tikaf, seseorang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. I’tikaf juga membantu seseorang untuk lebih memahami ajaran agama Islam dan memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai keislaman.
- Mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri: Dalam I’tikaf, seseorang memutuskan untuk mengisolasi diri dari dunia luar dan menahan diri dari semua hal yang tidak bermanfaat. Ini memerlukan kesabaran dan pengendalian diri yang kuat, yang dapat membantu seseorang dalam mengatasi godaan dan keinginan dunia.
Dalam rangkaian kegiatan bulan suci Ramadhan, I’tikaf dianggap sebagai salah satu kegiatan paling bermanfaat bagi umat muslim untuk memperdalam ibadah dan spiritualitas mereka.
B. Hadits tentang I’tikaf
Berikut adalah beberapa hadits tentang I’tikaf:
- Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah SAW beri’tikaf selama sepuluh hari pada setiap Ramadhan; pada tahun yang ia wafat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beri’tikaf di masjidku selama sebagian atau seluruh malam Lailatul Qadar, dengan iman dan harapan (pahala), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
- Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata: Aku melihat Rasulullah SAW keluar dari tempatnya beri’tikaf pada tahun terakhirnya dan kami (para sahabat) menelusuri tapak kaki beliau. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Said Al-Khudri ra. ia berkata: Nabi SAW keluar ke arah kami pada malam Lailatul Qadar dan berkata, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat di malam Lailatul Qadar dengan iman dan harapan (pahala), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Hadits-hadits di atas menunjukkan pentingnya I’tikaf dalam kehidupan seorang muslim, terutama pada bulan suci Ramadhan. I’tikaf dapat membantu seseorang memperdalam spiritualitas dan meningkatkan kualitas ibadahnya, serta memperoleh pahala besar dari Allah SWT.
Baca juga APAKAH HARUS SHALAT WITIR SETELAH TARAWIH?
C. Adab I’tikaf di Masjid
Berikut adalah beberapa adab yang sebaiknya diperhatikan saat menjalankan I’tikaf di Masjid:
- Menjaga kebersihan dan ketertiban Masjid.
- Tidak meninggalkan Masjid kecuali untuk keperluan yang mendesak.
- Tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah di Masjid.
- Tidak bercakap-cakap atau melakukan kegiatan yang mengganggu ketenangan di Masjid.
- Meningkatkan ibadah, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, dan shalat berjamaah.
- Tidak mengganggu orang yang sedang mengerjakan ibadah di Masjid, seperti shalat atau membaca Al-Quran.
- Menerima tamu dan memberikan layanan kepada orang yang membutuhkan, seperti memberi makanan atau minuman.
- Menjaga kebersihan diri sendiri dan tidak mengganggu orang lain dengan bau yang tidak sedap atau perilaku yang tidak sopan.
- Berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain, seperti memberi nasihat dan membantu orang yang membutuhkan.
- Tidak melakukan hal-hal yang melanggar syariat Islam, seperti mengumpat, memfitnah, dan berbuat dosa.
Dengan memperhatikan adab-adab tersebut, maka I’tikaf di Masjid akan menjadi ibadah yang berkualitas dan memberikan manfaat yang besar bagi diri sendiri dan orang lain.