Sejarah Bersifat Instruktif berupa keterampilan berpikir atau bersifat fisik, Instruktif secara harfiah dapat diartikan pengajaran. Pengajaran dalam konteks di sini memberikan arti keterampilan yang diperoleh dari pengajaran sejarah. Keterampilan tersebut, baik berupa keterampilan berpikir maupun keterampilan yang bersifat fisik.
Keterampilan berpikir adalah keterampilan yang bersifat kognitif. Hal ini dapat diperoleh melalui pengkajian terhadap materi sejarah. Adapun keterampilan yang bersifat fisik lebih banyak diperlihatkan dalam bentuk unjuk kerja.
Sejarah sebagai ilmu
Pada dasarnya memberikan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat teoretis. Sifat teoretis dapat berupa pemahaman terhadap konsep-konsep atau generalisasi-genaralisasi yang dikaji dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya.
Konsep-konsep yang ada dalam ilmu sejarah misalnya, berpikir sebab akibat atau kausalitas, kronologis, perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan. Dalam melihat atau mengamati kehidupan sehari-hari, dapat menggunakan konsep-konsep tersebut.
Dua hal yang memiliki hubungan dapat menjadi pengembangan berpikir kausalitas. Misalnya, mengapa di daerah tersebut banyak terjadi konflik? Berbagai analisis dapat dikembangkan dalam melihat penyebab konflik.
Sebab-sebab konflik dapat dihubungkan dengan kebijakan pemerintahan setempat, kondisi perekonomian masyarakat, hubungan antarkelompok masyarakat, letak geografis tempat konflik, dan lain-lain.
Dengan ditemukannya sebab akibat dari konflik tersebut, diharapkan kemampuan berpikir kausalitas ini dapat memberikan tuntunan dalam memecahkan masalah agar konflik tidak terjadi lagi.
Berpikir kronologis
Dapat diartikan berpikir yang bersifat runut atau tersusun berdasarkan urutan waktu. Hal ini dapat dilakukan dalam mengungkap suatu kejadian, misalnya kecelakaan. Untuk mengungkap mengapa terjadi kecelakaan, biasanya polisi mencari bukti-bukti yang menjadi penyebab kecelakaaan.
Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, maka kronologi kejadian kecelakaan tersebut dapat diceritakan atau diungkap. Kronologi kecelakaan tersebut, misalnya dapat diceritakan, yaitu diawali dengan seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor sambil membawa minuman keras.
Baca juga Peristiwa dalam sejarah hanya terjadi satu kali
Pemuda tersebut mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi. Ketika sepeda motor yang dikendarainya itu tiba-tiba bannya pecah, sehingga ia tidak mampu mengendalikan sepeda motornya yang oleng. Akibatnya, terjadilah kecelakaan itu.
Baca juga Periodisasi Sejarah berkaitan dengan konteks waktu
Sejarah mengajarkan cara berpikir perubahan.
Sejarah yang Bersifat Instruktif, perubahan itu dapat berupa perkembangan dan pertumbuhan. Cara berpikir seperti ini dapat diterapkan dalam melihat diri sendiri. Kita tumbuh berubah sejak kecil, mulai dari masa anak-anak hingga dewasa sekarang ini. Bagaimana pertumbuhan yang terjadi pada diri kita, apakah mengarah kepada perubahan yang bersifat positif atau negatif.
Pemahaman terhadap perubahan yang terjadi pada diri kita sendiri dapat memberikan pengajaran bagi kita, apakah kita sudah menjadi orang yang baik atau sebaliknya, apakah kita sudah menjadi orang yang berguna atau sebaliknya. Introspeksi diri dapat kita lakukan dalam melihat perubahan yang terjadi pada diri kita.
Peninggalan Kererampilan masa lalu
Sebagaimana telah dicontohkan di atas, sejarah banyak meninggalkan berbagai peninggalan yang sangat penting. Peninggalan tersebut pada dasarnya merupakan hasil dari keterampilan manusia pada masa itu.
Keterampilan-keterampilan yang ditunjukkan oleh masyarakat pada masa lalu pada dasarnya dapat menjadi pengajaran bagi manusia sekarang dalam mengembangkan keterampilan, misalnya keterampilan dalam seni. Berbagai karya dapat memberikan pengembangan keterampilan misalnya seni bangunan, seni lukis, seni rupa, seni ukir, pelayaran, bertani, berkebun, dan berbagai keterampilan teknis lainnya.
Peninggalan bangunan masa lalu, sebagaimana telah dicontohkan dengan candi yang memiliki nilai seni sangat tinggi. Selain teknik cara membangun yang sudah maju, dalam candi itu terdapat ukiran-ukiran yang sangat indah.
Keterampilan-keterampilan yang ada pada contoh bangunan candi dapat kita pelajari. Kita bisa belajar bagaimana cara membangun suatu bangunan yang indah dan kokoh, bagaimana mengukir batu dengan ukiran yang sangat indah.
Teknik Pelayaran Nenek Moyang
Sejak masa lampau bangsa Indonesia sudah mengenal teknik pelayaran. Pelajaran cara berlayar sudah dipelajari oleh bangsa Indonesia karena kondisi geografis wilayah Indonesia yang sebagian besar atau dua pertiganya terdiri atas lautan.
Relief yang ada dalam Candi Borobudur menunjukkan realitas kehidupan masyarakat pada saat itu. Realitas tersebut misalnya keterampilan berlayar yang diiringi dengan keterampilan membuat perahu. Keterampilan ini sudah sejak lama dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Dari satu keterampilan dapat dikembangkan pada keterampilan-keterampilan lainnya, misalnya keterampilan pelayaran dapat meliputi keterampilan-keterampilan mengetahui arah mata angin, memperkirakan cuaca, memperkirakan tempat berkumpulnya ikan, dan keterampilan-keterampilan lainnya.
Keterampilan-keterampilan yang positif tersebut dapat diwariskan kepada generasi sekarang. Kita dikenal sebagai bangsa pelaut akan tetapi keterampilan kita dalam teknologi keluatan saat ini sangat tertinggal dari bangsa lain. Akibatnya, laut yang kita miliki belum diolah secara optimal hingga saat ini.