Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga. Keluarga yang kita kenal terdiri dari seorang ayah, ibu, dan kita sebagai anak. Keluarga memunculkan suatu gerakan yang bersifat komunal. Mengapa demikian? Satuan sosial terkecil adalah keluarga.
Jika kegiatan diri kita baik dari keluarga, akan menghasilkan gerakan-gerakan yang memengaruhi sistem sosial yang baik pula. Pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Memberikan Iklim Tanggung Jawab Pribadi
Iklim ini akan mendorong anak dalam konteks keluarga untuk membangun relasi dengan kesungguhan. Kehidupan keluarga memang memerlukan sikap saling menolong dan membantu tanpa meninggalkan sikap tanggung jawab.
Sikap tanggung jawab dalam keluarga akan menyebabkan adanya sikap saling menghormati dan menghargai sesama anggota keluarga.
Seorang ayah akan memberikan contoh tanggung jawab dalam kesehariannya saat dia mencukupi nafkah keluarga tersebut. Sikap ini akan diteladani anak dan akan menumbuhkan tanggung jawab pribadi pula pada anak itu.
Di sisi lain, ibu juga akan melakukan tanggung jawabnya dalam mengurus kebutuhan anggota keluarga. Dengan demikian, semua tanggung jawab dapat diketahui. Hasilnya adalah keteraturan dalam pekerjaan dan rumah tangga sehingga tidak mengganggu kinerja rumah tersebut.
Adanya contoh tanggung jawab nyata akan membuat anak memiliki tanggung jawab nyata dalam komunitasnya. Akibatnya, anak tersebut menjadi bagian komunitas yang memiliki tanggung jawab yang besar pula. Akhirnya, dia akan mampu memimpin komunitasnya untuk melakukan kegiatan yang lebih berkualitas.
b. Memberikan Bekal Iman yang Cukup
Salah satu cara mengatasi masalah perilaku menyimpang dalam keluarga adalah dengan memberikan bekal iman yang kuat. Dasar iman yang kuat membuat anak dapat merasakan kebenaran universal. Keyakinan yang mantap tentang perilaku sosial akan membawa anak pada pemahaman kebenaran.
Semua hal yang berkaitan dengan perilaku sosial dapat dipahami melalui jendela iman. Seseorang dengan dasar iman kuat akan membuatnya tidak mudah jatuh dalam hal negatif dan perilaku menyimpang.
Hal yang harus dipahami adalah kekuatan iman harus disertai dengan kinerja efektif. Tanpa kinerja yang efektif maka tidak ada gunanya kita berdoa dan hanya meminta tanpa usaha. Artinya, harus dibiasakan seimbang antara bekerja, berusaha, tanggung jawab, dan beriman terhadap Tuhan.
Tanpa iman, keluarga mungkin akan tetap tumbuh, namun tidak seimbang karena tidak didasari oleh iman. Hal ini sangat rawan terhadap godaan yang sering berada di sekitar kita. Seolah-olah baik, tetapi sebenarnya menyesatkan.
Baca juga Alat Pemuas Kebutuhan Manusia Tidak Hanya Berbentuk Barang
c. Keteladanan
Keteladanan dalam keluarga merupakan salah satu kunci pokok dalam usaha mengurangi sikap penyimpangan sosial. Seorang anak secara genetis merupakan keturunan dari seseorang. Secara langsung dia membawa sifat DNA dari gen orang tuanya. Gen inilah yang akan menurunkan sifat dari orang tua ke anaknya.
Apakah artinya? Artinya, sifat yang dimiliki anggota keluarga hampir mirip. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah upaya agar sikap yang dimiliki tidak melenceng dari norma keluarga. Oleh karena itu, dalam keluarga perlu ada keteladanan.
Keteladanan akan memicu munculnya semangat meneladani dari anak kepada orang tua. Akhirnya, nilai-nilai harmonis dapat tercipta. Misalnya, banyak orang tua yang melarang anaknya untuk berbohong. Akan tetapi, tidak lama kemudian sang ayah tertangkap polisi karena melarikan diri dari kasus korupsi.
Kasus demikian akan membawa pemahaman yang membingungkan bagi anak. Akibatnya, anak tidak lagi memercayai nasihat atau perkataan orang tuanya. Hal ini menyebabkan anak mencari teladan lain di luar keluarga.
Belum tentu teladan lain tersebut adalah teladan yang sesuai dengan norma masyarakat. Peneladanan yang salah dapat menimbulkan penyimpangan sosial. Contoh lain ketika sang ayah melarang anaknya merokok, namun sang ayah mengatakannya sambil merokok.
Alasan sang ayah karena sudah mampu mencari uang untuk membeli rokok, sedangkan anaknya belum. Apa pun alasannya, perilaku sang ayah tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak konsisten dan tidak pantas diteladani.
Anak akan merasa bahwa orang tua tidak dapat diajak berdiskusi dan selalu merasa benar. Di rumah, anak akan menurut, tetapi di luar rumah, anak itu akan merokok. Selain itu, anak akan memiliki motivasi negatif, yaitu mencari uang hanya untuk membeli rokok.
Hal ini menyimpang dari tatanan norma sosial karena kebutuhan merokok mengalahkan kebenaran dan keterbukaan untuk berdiskusi. Sebenarnya, yang harus diutamakan adalah keterbukaan untuk berdiskusi agar terjadi pemecahan yang baik.