Tujuan Pendidikan Multikultural menumbuhkan nilai-nilai toleransi. Pendidikan multikultural berusaha menolong siswa mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung.
Menolong siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, menolong siswa mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996).
Tujuan pendidikan multikultural
Farris & Cooper (1994) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan multikultural adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.
Sementara itu, Banks (dalam Skeel, 1995), mengidentifikasi tujuan pendidikan multikultural, adalah:
(1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; (2) untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan ketrampilan sosialnya; dan (4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.
Lebih lanjut, pendidikan multikultural dibangun atas dasar konsep yang meluas mengenai pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan:
(1) membantu siswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kepada kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.
Melalui pembelajaran multikultural, siswa dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi prasangka dan diskriminasi (Banks, 1996). Dengan kata lain, variabel sekolah terbentuk dimana besar kelompok rasial dan etnis yang memiliki pengalaman dan hak yang sama dalam pendidikan.
Pendidikan multikultural pelajar mampu memutuskan secara bijak
Pelajar mampu mengembangkan keterampilannya dalam memutuskan sesuatu secara bijak. Mereka lebih menjadi suatu subyek dari pada menjadi obyek dalam suatu kurikulum. Mereka menjadi individu yang mengatur dirinya sendiri dan merefleksi kehidupan untuk bertindak secara aktif. Mereka membuat keputusan dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan konsep, pokok-pokok masalah, atau masalah-masalah yang mereka pelajari.
Mereka mengembangkan visi sosial yang lebih baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta mengkonstruksinya dengan sistematis dan empatis. Seharusnya guru mengetahui bagaimana berperilaku terhadap para pelajar yang bermacam-macam kulturnya di dalam kelas. Mereka mengetahui perbedaan-perbedaan nilai-nilai dan kultur dan bentuk-bentuk perilaku yang beraneka ragam.
Secara konseptual pendidikan multikultural menurut Groski mempunyai tujuan dan prinsip sebagai berikut.
- Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan prestasi mereka.
- Siswa belajar bagaimana belajar dan berpikir secara kritis.
- Mendorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam pendidikan, dengan menghadirkan pengalaman-pengalaman mereka dalam konteks belajar.
- Mengakomodasikan semua gaya belajar siswa.
- Mengapresiasi kontribusi dari kelompok-kelompok yang berbeda.
- Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai latar belakang berbeda.
- Untuk menjadi warga yang baik di sekolah maupun di masyarakat.
- Belajar bagaimana menilai pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
- Untuk mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
- Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan dan analisis secara kritis sehingga siswa dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan prinsip pendidikan multikultural menurut Groski adalah sebagai berikut.
- Pemilihan materi pelajaran harus terbuka secara budaya didasarkan pada siswa. Keterbukaan ini harus menyatukan opiniopini yang berlawanan dan interpretasi-interpretasi yang berbeda.
- Isi materi pelajaran yang dipilih harus mengandung perbedaan dan persamaan dalam lintas kelompok.
- Materi pelajaran yang dipilih harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat.
- Pengajaran semua pelajaran harus menggambarkan dan dibangun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dibawa siswa ke kelas.
- Pendidikan hendaknya memuat model belajar mengajar yang interaktif agar supaya mudah dipahami.
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi sebuah ideologi yang harus diperjuangkan, karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Baca juga Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi
Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri terpisah dari ideologi-ideologi lainnya, dan multikulturalisme membutuhkan seperangkat konsep-konsep yang merupakan bangunan knsep-konsep untuk dijadikan acuan bagi yang memahaminya dan mengembangluaskannya dalam kehidupan bermasyarakat.