Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah salah satu tokoh sentral dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju demokrasi yang lebih terbuka dan pluralistik. Sebagai Presiden keempat Republik Indonesia dan tokoh agama terkemuka, Gus Dur tidak hanya dikenal melalui kebijakan politiknya, tetapi juga melalui perjuangannya dalam menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dan memperjuangkan kebebasan beragama. Bagaimana Warisan Gus Dur bagi Demokrasi dan Kebebasan Beragama di Indonesia?
Gus Dur melihat demokrasi bukan sekadar sistem politik, melainkan juga cara hidup yang menghargai perbedaan, mendorong dialog, dan melindungi hak-hak minoritas. Artikel ini akan mengulas warisan Gus Dur dalam memperkuat demokrasi dan kebebasan beragama di Indonesia.
Latar Belakang Gus Dur: Pejuang Hak Asasi Manusia
Sebelum menjadi presiden, Gus Dur telah lama dikenal sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) dan tokoh intelektual Muslim progresif. Ia sering mengemukakan pentingnya menghargai pluralitas di Indonesia yang multikultural dan multireligius.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Dur menekankan bahwa agama harus menjadi sumber kedamaian, bukan alat politik yang memperuncing perbedaan. Visi ini kelak mewarnai seluruh kebijakan dan langkah politiknya, baik saat memimpin NU maupun saat menjadi Presiden Indonesia.
Demokrasi di Era Gus Dur: Membuka Ruang Kebebasan
1. Penguatan Institusi Demokrasi
Setelah kejatuhan Orde Baru, Indonesia mengalami masa transisi politik yang rentan. Gus Dur mengambil peran penting dalam memperkuat lembaga-lembaga demokrasi, seperti:
- Mendorong independensi Mahkamah Agung
- Menghormati kebebasan pers dengan menghapus regulasi ketat yang membelenggu media
- Mendukung multipartai dan kebebasan berpolitik
- Menghapuskan larangan bagi tokoh-tokoh politik lama untuk kembali berkiprah
Gus Dur memahami bahwa demokrasi hanya dapat bertahan jika hukum ditegakkan dengan adil, media bebas bersuara, dan rakyat memiliki kebebasan untuk berpendapat serta memilih pemimpin.
2. Membuka Dialog Antaragama
Sebagai seorang ulama, Gus Dur dikenal sangat terbuka terhadap berbagai agama dan kepercayaan. Ia aktif mendorong dialog antaragama, baik di tingkat nasional maupun internasional. Gus Dur percaya bahwa perdamaian dunia dimulai dari saling memahami dan menghargai keyakinan masing-masing.
Di masa kepemimpinannya, berbagai forum lintas agama difasilitasi untuk mempererat persaudaraan antarumat beragama, termasuk menginisiasi dialog dengan komunitas minoritas yang selama ini terpinggirkan.
Kebijakan Gus Dur dalam Memperjuangkan Kebebasan Beragama
1. Penghapusan Inpres No. 14/1967 tentang Pembatasan Agama Tionghoa
Salah satu langkah monumental Gus Dur adalah mencabut Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 yang selama bertahun-tahun membatasi ekspresi budaya dan agama Tionghoa di Indonesia.
Ia melegalkan kembali perayaan Imlek, membebaskan penggunaan aksara Tionghoa, dan mengizinkan ritual keagamaan Konghucu secara terbuka.
Tindakan ini bukan hanya simbolik, melainkan langkah nyata untuk menghapus diskriminasi yang telah berlangsung lama terhadap etnis Tionghoa di Indonesia.
2. Pengakuan Resmi Agama Konghucu
Di bawah kepemimpinan Gus Dur, Konghucu kembali diakui sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Ini membuka akses bagi para penganut Konghucu untuk menjalankan ibadah mereka secara bebas dan mendapatkan hak-hak administratif setara dengan pemeluk agama lain.
3. Perlindungan Terhadap Minoritas Kepercayaan Lokal
Gus Dur juga memperjuangkan hak-hak penganut kepercayaan lokal seperti Parmalim, Kaharingan, dan Sunda Wiwitan. Ia menegaskan bahwa negara harus menghormati setiap bentuk keyakinan sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.
Walaupun masih menghadapi resistensi dari sebagian kalangan, keberanian Gus Dur membuka jalan bagi perlindungan lebih baik terhadap hak-hak penganut kepercayaan di masa-masa berikutnya.
Baca juga: Peran PKI dalam Demokrasi Terpimpin: Kekuatan Politik atau Ancaman?
Tantangan yang Dihadapi Gus Dur
Perjuangan Gus Dur untuk demokrasi dan kebebasan beragama tidak selalu berjalan mulus. Ia sering menghadapi:
- Tekanan dari kelompok konservatif yang menganggap langkah-langkahnya terlalu liberal
- Kritik politik dari lawan-lawan yang merasa dirugikan oleh kebijakannya
- Tantangan dari struktur birokrasi yang masih terikat pada pola pikir lama
Namun, Gus Dur tetap teguh pada prinsipnya, yakni bahwa keadilan, kesetaraan, dan kebebasan adalah syarat mutlak bagi Indonesia yang damai dan demokratis.
Warisan Gus Dur yang Terus Dikenang
Hingga kini, Gus Dur tetap dikenang sebagai:
- Bapak pluralisme Indonesia
- Pelindung hak-hak minoritas
- Simbol demokrasi berbasis kemanusiaan
Banyak inisiatif dan pemikiran Gus Dur yang menjadi inspirasi dalam berbagai kebijakan pemerintah setelahnya, termasuk dalam penguatan toleransi beragama, pengakuan hak minoritas, dan upaya mencegah diskriminasi.
Organisasi seperti Wahid Foundation, yang didirikan untuk melanjutkan visi Gus Dur, terus aktif dalam mempromosikan dialog antaragama dan memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia dan dunia.
Mengapa Warisan Gus Dur Tetap Relevan?
Di tengah berbagai tantangan intoleransi yang kadang muncul dalam kehidupan sosial-politik Indonesia modern, warisan Gus Dur menjadi semakin relevan:
- Mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dalam bingkai persatuan
- Mendorong penyelesaian konflik secara damai
- Menjaga demokrasi tetap hidup melalui penghormatan terhadap hak asasi manusia
Kita bisa melihat bahwa perjuangan Gus Dur bukan hanya bagian dari masa lalu, melainkan sebuah “peta jalan” untuk membangun Indonesia yang lebih adil dan harmonis di masa depan.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa saja kebijakan Gus Dur yang mendukung kebebasan beragama?
Beberapa kebijakan penting Gus Dur antara lain mencabut pembatasan budaya Tionghoa, mengakui Konghucu sebagai agama resmi, dan memperjuangkan hak penganut kepercayaan lokal.
2. Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme?
Karena Gus Dur secara konsisten memperjuangkan hak semua kelompok agama dan etnis, serta mendorong dialog dan toleransi antaragama di Indonesia.
3. Bagaimana kontribusi Gus Dur terhadap demokrasi di Indonesia?
Gus Dur memperkuat institusi demokrasi, membebaskan pers, menghormati kebebasan berpendapat, serta menegakkan hak-hak sipil warga negara.
4. Apakah perjuangan Gus Dur menghadapi banyak tantangan?
Ya, Gus Dur menghadapi tantangan besar dari kelompok konservatif, kritik politik, hingga birokrasi yang masih konservatif, tetapi ia tetap konsisten pada prinsip keadilan dan kemanusiaan.
5. Apa warisan Gus Dur yang masih dirasakan hingga kini?
Warisan Gus Dur terlihat dalam peningkatan toleransi beragama, penguatan hak-hak minoritas, serta komitmen bangsa Indonesia untuk terus memperjuangkan demokrasi dan keadilan sosial.
Referensi
- Kompas.com – Gus Dur dan Demokrasi di Indonesia
- Tirto.id – Gus Dur dan Kebebasan Beragama
- CNN Indonesia – Warisan Pluralisme Gus Dur
- Wahid Foundation