Sungai Musi adalah sungai terpanjang di Pulau Sumatra yang menjadi ikon sekaligus nadi kehidupan Kota Palembang, Sumatra Selatan. Dengan panjang sekitar 750 kilometer, Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian: Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Sejak zaman kerajaan hingga era modern, sungai ini memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari perdagangan, transportasi, budaya, hingga pariwisata. Mari kita mengenal Sungai Musi: Sejarah, Fungsi, dan Perannya bagi Kota Palembang!
Artikel ini akan membahas sejarah Sungai Musi, berbagai fungsinya dari masa ke masa, serta bagaimana sungai ini berkontribusi terhadap perkembangan dan kehidupan masyarakat Palembang.
Sejarah Sungai Musi
Sungai Musi telah dikenal sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim besar yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Sungai ini menjadi jalur utama perdagangan dan pelayaran antarbenua. Melalui Sungai Musi, para pedagang dari India, Tiongkok, dan Timur Tengah berdatangan untuk berdagang dan menyebarkan budaya serta agama seperti Hindu, Buddha, dan Islam.
Pada masa Kerajaan Sriwijaya, sungai ini menjadi pusat kekuatan dan kekayaan. Palembang yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya berkembang pesat karena posisinya yang strategis di tepi Sungai Musi. Sungai ini memungkinkan aktivitas pelayaran ke hulu dan hilir, menghubungkan wilayah-wilayah pedalaman Sumatra dengan lautan lepas di Selat Bangka dan Laut Cina Selatan.
Bahkan ketika Sriwijaya runtuh dan digantikan oleh kekuasaan Islam seperti Kesultanan Palembang Darussalam, Sungai Musi tetap menjadi pusat peradaban dan ekonomi. Sungai ini menjadi jalur transportasi utama dan memperkuat posisi Palembang sebagai kota dagang penting di Nusantara.
Fungsi Sungai Musi dari Masa ke Masa
1. Jalur Transportasi dan Perdagangan
Fungsi utama Sungai Musi sejak dahulu kala adalah sebagai jalur transportasi. Perahu, rakit, dan kapal digunakan untuk mengangkut barang, hasil bumi, dan manusia dari daerah hulu seperti Muara Enim, Lahat, dan Lubuk Linggau ke hilir menuju Palembang dan laut lepas. Hal ini memungkinkan pertumbuhan ekonomi berbasis perdagangan.
Hingga kini, banyak masyarakat yang masih memanfaatkan Sungai Musi sebagai jalur transportasi alternatif selain jalan darat. Kapal tongkang pengangkut batubara, perahu ketek (perahu kecil bermotor), dan kapal nelayan hilir mudik di sungai ini setiap harinya.
2. Sumber Penghidupan Masyarakat
Sungai Musi menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang alirannya. Banyak warga menggantungkan hidup sebagai nelayan, pengrajin rakit, serta pedagang di pasar apung. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga seperti mencuci dan mandi, meskipun kini kualitas airnya menurun akibat pencemaran.
3. Sumber Irigasi dan Air Baku
Air dari Sungai Musi digunakan sebagai sumber irigasi untuk pertanian, terutama di daerah hulu. Di wilayah Palembang, sungai ini juga menjadi sumber air baku yang diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat kota.
4. Fungsi Ekologis
Sungai Musi berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan ekosistem. Sungai ini menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan air tawar dan tumbuhan air. Selain itu, daerah aliran sungai (DAS) Musi juga menjadi habitat alami bagi berbagai flora dan fauna khas Sumatra.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, fungsi ekologis ini mulai terancam karena aktivitas pertambangan, limbah industri, dan sampah rumah tangga yang mencemari sungai.
Peran Sungai Musi bagi Kota Palembang
1. Identitas Budaya dan Simbol Kota
Sungai Musi bukan sekadar bentang alam, melainkan simbol kota yang memiliki nilai historis dan budaya tinggi. Salah satu ikon terkenal adalah Jembatan Ampera, yang dibangun di atas Sungai Musi dan menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Jembatan ini menjadi landmark utama Kota Palembang dan selalu dikaitkan dengan identitas masyarakat setempat.
Festival dan tradisi budaya seperti Pesta Sungai Musi dan Perahu Hias menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya yang berbasis pada keberadaan sungai. Bahkan, dalam cerita rakyat dan sastra Palembang, Sungai Musi sering muncul sebagai latar yang kuat dan penuh makna simbolik.
2. Penggerak Ekonomi Lokal dan Wisata
Kawasan tepian Sungai Musi menjadi lokasi penting untuk sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. Objek wisata seperti Benteng Kuto Besak, Pulau Kemaro, Masjid Ki Merogan, serta wisata kuliner pinggir sungai, menarik ribuan wisatawan setiap tahun.
Kegiatan wisata air seperti menyusuri Sungai Musi menggunakan perahu ketek atau speedboat menjadi daya tarik tersendiri, memberikan pengalaman budaya dan sejarah secara langsung kepada wisatawan.
3. Infrastruktur dan Urbanisasi
Perkembangan Kota Palembang sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Musi. Banyak permukiman tumbuh di sepanjang sungai, dan berbagai infrastruktur penting dibangun di sekitarnya. Selain Jembatan Ampera, jembatan-jembatan lain seperti Jembatan Musi II, III, dan IV kini menopang mobilitas masyarakat dan distribusi barang antarwilayah kota.
Sungai Musi juga menjadi penentu arah pembangunan kota, terutama dalam tata ruang dan kawasan ekonomi strategis.
Baca juga: Kerajaan Kutai: Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia dan Peninggalannya
Tantangan dan Upaya Pelestarian Sungai Musi
Sungai Musi kini menghadapi tantangan besar akibat urbanisasi, pencemaran, dan sedimentasi. Limbah rumah tangga, sampah plastik, dan limbah industri telah mengancam kualitas air dan kelangsungan ekosistem.
Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan komunitas lokal untuk menjaga keberlanjutan Sungai Musi. Di antaranya:
- Program pembersihan sungai secara rutin
- Kampanye edukasi lingkungan di sekolah dan komunitas
- Penanaman pohon di daerah aliran sungai (DAS)
- Pemanfaatan teknologi pengolahan air limbah industri
Pelestarian Sungai Musi menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Sebab, keberlangsungan Sungai Musi berarti juga keberlanjutan kehidupan dan peradaban di Palembang.
Kesimpulan
Sungai Musi bukan hanya sekadar aliran air yang membelah Kota Palembang, tetapi juga merupakan sumber kehidupan, peradaban, dan kebudayaan. Dari masa Kerajaan Sriwijaya hingga kini, Sungai Musi telah memainkan peran penting dalam perdagangan, transportasi, ekologi, dan pariwisata.
Namun, dengan berbagai tantangan yang dihadapi, pelestarian Sungai Musi harus menjadi prioritas bersama. Sungai ini harus dijaga agar tetap menjadi kebanggaan masyarakat Sumatra Selatan dan warisan hidup yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Berapa panjang Sungai Musi?
Sungai Musi memiliki panjang sekitar 750 kilometer, menjadikannya sungai terpanjang di Pulau Sumatra.
2. Apa peran Sungai Musi di masa Kerajaan Sriwijaya?
Sungai Musi menjadi jalur utama perdagangan dan pelayaran internasional serta pusat kekuatan ekonomi dan politik Kerajaan Sriwijaya.
3. Apa saja fungsi Sungai Musi saat ini?
Sungai Musi berfungsi sebagai jalur transportasi, sumber air, irigasi, habitat ekosistem, serta kawasan wisata dan ekonomi.
4. Apa tantangan terbesar yang dihadapi Sungai Musi saat ini?
Tantangan utama adalah pencemaran air oleh limbah rumah tangga dan industri, sedimentasi, serta kerusakan ekosistem.
5. Apa saja destinasi wisata yang ada di sekitar Sungai Musi?
Beberapa destinasi wisata antara lain Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Pulau Kemaro, Masjid Ki Merogan, dan pasar terapung.
Referensi
- Pemerintah Kota Palembang. (2023). Sejarah Sungai Musi. Diakses dari: https://palembang.go.id
- Balai Besar Wilayah Sungai Sumatra VIII. (2022). Dokumen Strategi Pengelolaan DAS Musi.
- Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. (2024). Palembang dalam Angka.
- Tempo.co. (2021). “Sungai Musi dan Peninggalan Sriwijaya.” Diakses dari: https://www.tempo.co
- Mongabay Indonesia. (2023). Ancaman Lingkungan Sungai Musi. Diakses dari: https://www.mongabay.co.id