Home » Sejarah » Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur dan Pejuang Kerajaan Gowa
Posted in

Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur dan Pejuang Kerajaan Gowa

Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur dan Pejuang Kerajaan Gowa (ft.istimewa)
Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur dan Pejuang Kerajaan Gowa (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Sultan Hasanuddin adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Sebagai raja Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan pada abad ke-17, Sultan Hasanuddin ayam jantan dari timur dikenang karena keberaniannya melawan penjajahan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Julukan “Ayam Jantan dari Timur” diberikan oleh Belanda karena kegigihannya dalam medan perang dan semangat juangnya yang luar biasa.


Latar Belakang Kerajaan Gowa

Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan besar di wilayah Sulawesi Selatan yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17. Kerajaan ini dikenal sebagai kekuatan maritim dan perdagangan yang besar di kawasan Indonesia bagian timur. Gowa menjadi pusat penyebaran agama Islam dan memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan internasional di Asia Tenggara.

Sebelum masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa telah mempersatukan sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan, termasuk kerajaan-kerajaan kecil seperti Tallo, Bone, dan Soppeng. Gowa juga memiliki armada laut yang kuat dan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang dari India, Arab, Cina, dan Eropa.


Kehidupan Awal Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin lahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang pada tahun 1631. Ia adalah putra dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sejak muda, Hasanuddin dikenal cerdas, pemberani, dan memiliki semangat keislaman yang tinggi. Ia memperoleh pendidikan agama dan strategi militer, serta turut serta dalam urusan kenegaraan di usia muda.

Ketika ayahnya wafat pada tahun 1653, Hasanuddin naik takhta sebagai raja ke-16 Kerajaan Gowa. Ia diberi gelar Sultan Hasanuddin, sebuah nama yang mencerminkan semangat keislaman dan perjuangan. Kepemimpinannya berlangsung dari tahun 1653 hingga 1669.


Kebijakan dan Kepemimpinan

Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pemimpin yang visioner dan nasionalis. Ia memperkuat pertahanan kerajaan, memperbaiki administrasi, serta menjaga hubungan diplomatik dengan kerajaan lain di Nusantara dan pedagang asing. Salah satu fokus utamanya adalah menjaga kedaulatan Kerajaan Gowa dari ancaman monopoli dagang oleh VOC Belanda.

VOC saat itu berusaha menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di wilayah timur Indonesia, termasuk Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Namun, Sultan Hasanuddin menolak tunduk pada keinginan VOC dan berkomitmen menjaga kemandirian kerajaan serta kebebasan perdagangan.


Perlawanan terhadap VOC

Konflik antara Kerajaan Gowa dan VOC memuncak pada tahun 1666. VOC di bawah pimpinan Cornelis Speelman mencoba memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani perjanjian yang merugikan Gowa. Namun, Hasanuddin menolak dan memilih mengangkat senjata.

Perang besar antara Kerajaan Gowa dan VOC terjadi selama tiga tahun (1666–1669), dan dikenal sebagai Perang Makassar. Sultan Hasanuddin menggerakkan pasukan kerajaan dan rakyat Gowa untuk mempertahankan benteng dan pelabuhan penting di Makassar, seperti Benteng Somba Opu.

Perang ini menunjukkan kegigihan luar biasa dari pasukan Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin. Meskipun persenjataan VOC lebih modern, semangat juang rakyat Makassar tidak mudah dipadamkan. Perlawanan Sultan Hasanuddin menjadi inspirasi nasional dan bukti perlawanan lokal terhadap kolonialisme.


Penandatanganan Perjanjian Bongaya

Setelah pertempuran sengit yang menguras sumber daya dan korban jiwa, VOC berhasil mengepung Makassar dan menekan Sultan Hasanuddin untuk menyerah. Pada tahun 1667, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya.

Isi perjanjian tersebut sangat merugikan Kerajaan Gowa. Beberapa poin penting antara lain:

  • Gowa harus mengakui monopoli VOC dalam perdagangan.
  • Benteng-benteng penting harus dihancurkan, kecuali Benteng Rotterdam yang diambil alih VOC.
  • Wilayah kekuasaan Gowa dipersempit.

Meskipun menandatangani perjanjian ini, Sultan Hasanuddin tetap tidak menyerah sepenuhnya. Ia terus memberikan perlawanan gerilya dan menjadi simbol perlawanan rakyat Gowa terhadap VOC.


Julukan “Ayam Jantan dari Timur”

Julukan “Ayam Jantan dari Timur” (De Haan van de Oost) diberikan oleh Belanda kepada Sultan Hasanuddin karena keberaniannya di medan tempur. Julukan ini menunjukkan betapa ditakutinya ia oleh musuh-musuhnya. Ia dianggap sebagai sosok yang pantang menyerah dan terus berjuang demi mempertahankan tanah air.

Semangat perjuangannya sangat dikagumi, bahkan oleh musuhnya sendiri. Ia tidak hanya berjuang dalam peperangan fisik, tetapi juga dalam mempertahankan kedaulatan ekonomi dan politik wilayah timur Nusantara.


Akhir Hayat dan Warisan

Sultan Hasanuddin wafat pada tahun 1670, tidak lama setelah berakhirnya perang melawan VOC. Ia dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Katangka, Sulawesi Selatan. Meskipun tidak berhasil mengalahkan VOC secara militer, perjuangan Sultan Hasanuddin dikenang sebagai lambang keberanian dan cinta tanah air.

Pada tahun 1973, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin atas jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan wilayah dari penjajahan.

Baca juga: Jakarta dan Warisan Arsitektur Belanda: Dari Kota Tua hingga Gedung-Gedung Bersejarah


Warisan Sejarah dan Budaya

Sultan Hasanuddin tidak hanya dikenal sebagai tokoh militer, tetapi juga tokoh pemersatu dan reformis. Ia memperkuat ajaran Islam di Sulawesi Selatan, mempererat hubungan antar suku, serta menciptakan sistem pemerintahan yang tertata di Kerajaan Gowa.

Warisan sejarahnya masih terasa hingga kini. Namanya diabadikan sebagai:

  • Universitas Hasanuddin (UNHAS) di Makassar
  • Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
  • Jalan-jalan dan monumen di berbagai kota di Indonesia

Kesimpulan

Sultan Hasanuddin adalah simbol perlawanan dari Timur Indonesia. Keberaniannya menghadapi VOC, kecerdasannya dalam strategi perang, serta dedikasinya dalam menjaga kedaulatan membuatnya dikenang sepanjang masa. Ia adalah pemimpin sejati yang tidak hanya membela kerajaannya, tetapi juga memperjuangkan kemerdekaan Nusantara dari dominasi asing.

Sebagai bagian dari sejarah nasional, perjuangan Sultan Hasanuddin menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai tanah air dan berani membela keadilan, kedaulatan, serta nilai-nilai luhur bangsa.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Siapakah Sultan Hasanuddin?
Sultan Hasanuddin adalah raja ke-16 Kerajaan Gowa yang memerintah dari 1653 hingga 1669. Ia dikenal karena perlawanan gigihnya terhadap penjajahan VOC Belanda.

2. Mengapa Sultan Hasanuddin dijuluki Ayam Jantan dari Timur?
Julukan ini diberikan oleh Belanda karena keberaniannya yang luar biasa dalam peperangan dan keteguhannya dalam mempertahankan wilayah timur Indonesia.

3. Apa itu Perjanjian Bongaya?
Perjanjian Bongaya adalah perjanjian damai yang ditandatangani oleh Sultan Hasanuddin dan VOC pada 1667. Isinya sangat merugikan Kerajaan Gowa dan memperkuat dominasi Belanda di wilayah timur.

4. Apa kontribusi Sultan Hasanuddin bagi Indonesia?
Kontribusinya meliputi perlawanan terhadap kolonialisme, penguatan Islam di Sulawesi Selatan, serta menjaga kedaulatan wilayah perdagangan dan politik dari pengaruh asing.

5. Dimana Sultan Hasanuddin dimakamkan?
Ia dimakamkan di kompleks makam raja-raja Gowa di Katangka, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.


Referensi

  • Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi.
  • Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Zainal Abidin Farid. (1985). Sultan Hasanuddin dan Kerajaan Gowa. Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi.
  • kebudayaan.kemdikbud.go.id
  • perpusnas.go.id
  • repositori.kemdikbud.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.