Kerajaan Sunda, yang berpusat di wilayah barat Pulau Jawa, adalah salah satu kerajaan besar yang memainkan peranan penting dalam sejarah ekonomi dan perdagangan di Nusantara. Sebagai kerajaan yang berkembang pada abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi, Kerajaan Sunda dikenal memiliki sistem ekonomi yang terstruktur dan berorientasi pada sektor agraris dan maritim. Perdagangan domestik dan internasional yang berlangsung melalui pelabuhan-pelabuhan utama, seperti Sunda Kalapa (kini Jakarta), menjadikan Kerajaan Sunda sebagai salah satu pusat perdagangan penting di Asia Tenggara kala itu. Bagaimana Sistem Ekonomi dan Perdagangan dalam Kerajaan Sunda?
Artikel ini akan mengulas secara lengkap tentang sistem ekonomi dan perdagangan dalam Kerajaan Sunda, termasuk struktur ekonomi, komoditas dagang, pelabuhan utama, peran kerajaan dalam mengatur aktivitas perdagangan, serta hubungan dengan bangsa asing.
Ekonomi Kerajaan Sunda: Agraris-Maritim
Sistem ekonomi Kerajaan Sunda bersifat agraris-maritim, yang artinya masyarakatnya menggantungkan kehidupan dari pertanian di pedalaman dan perdagangan di wilayah pesisir.
1. Ekonomi Agraris
Sebagian besar rakyat Kerajaan Sunda adalah petani. Pertanian menjadi fondasi utama perekonomian kerajaan karena kondisi geografis Jawa Barat yang subur, beriklim tropis, serta memiliki aliran sungai yang mendukung sistem irigasi.
Beberapa komoditas pertanian utama yang dihasilkan:
- Padi sebagai makanan pokok
- Ubi-ubian dan palawija
- Buah-buahan tropis seperti pisang dan mangga
- Rempah-rempah dan tanaman obat
Sistem pertanian saat itu masih bersifat tradisional dengan penggunaan alat-alat sederhana. Namun, dengan dukungan dari kerajaan, seperti pembangunan saluran air dan perlindungan terhadap lahan, pertanian di Kerajaan Sunda bisa memenuhi kebutuhan lokal dan menghasilkan surplus untuk diperdagangkan.
2. Ekonomi Maritim dan Perdagangan
Selain bertumpu pada sektor pertanian, ekonomi Kerajaan Sunda juga berkembang pesat di sektor maritim. Letaknya yang strategis di bagian barat Jawa menjadikan kerajaan ini sebagai penghubung perdagangan antara Nusantara bagian timur dan barat, serta dunia internasional.
Kerajaan Sunda memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti:
- Sunda Kalapa (sekarang Jakarta)
- Banten (kemudian berkembang menjadi Kesultanan Banten)
- Cimanuk dan Cirebon (sebelum menjadi bagian Kesultanan Islam)
Struktur dan Pelaku Ekonomi
Sistem ekonomi Kerajaan Sunda melibatkan berbagai elemen masyarakat. Masing-masing golongan memiliki peran yang spesifik dalam mendukung kegiatan ekonomi.
1. Raja dan Bangsawan
Raja sebagai pemimpin tertinggi berperan besar dalam pengaturan sistem ekonomi dan distribusi kekayaan. Ia menguasai sebagian besar lahan produktif dan menarik pajak dari rakyat serta pedagang. Pajak ini berupa hasil bumi, tenaga kerja, atau barang dagangan.
Bangsawan atau elite istana juga memiliki hak atas lahan dan tenaga kerja, serta berperan sebagai pelindung kegiatan ekonomi di daerah masing-masing.
2. Rakyat Petani
Rakyat biasa, terutama petani, menjadi tulang punggung sistem ekonomi. Mereka menggarap sawah dan ladang milik sendiri atau milik bangsawan dengan sistem bagi hasil.
3. Pedagang dan Pengrajin
Pedagang berperan dalam mendistribusikan hasil bumi ke pasar-pasar lokal dan luar negeri. Ada pula para pengrajin yang membuat peralatan, pakaian, dan barang seni untuk dijual. Sebagian dari mereka membentuk komunitas perdagangan di pelabuhan.
Komoditas Perdagangan Unggulan
Kerajaan Sunda dikenal menghasilkan berbagai komoditas perdagangan yang sangat diminati oleh bangsa asing. Beberapa komoditas unggulan antara lain:
- Lada: Komoditas utama ekspor dari wilayah Banten dan sekitarnya.
- Kayu dan rotan: Banyak dicari oleh pedagang Asia dan Arab.
- Emas dan logam mulia: Dihasilkan dari tambang-tambang kecil di pedalaman.
- Kapulaga, cengkeh, pala: Meski tidak sebanyak Maluku, Sunda tetap memiliki rempah-rempah yang berharga.
- Kain tenun dan kerajinan tangan lokal
Komoditas ini ditukar dengan barang-barang dari luar seperti kain sutra dari Tiongkok, keramik, logam, garam, dan rempah lain.
Pelabuhan Sunda Kalapa: Pusat Perdagangan Internasional
Pelabuhan Sunda Kalapa adalah pelabuhan terbesar dan tersibuk di Kerajaan Sunda. Letaknya sangat strategis di pesisir utara Jawa Barat, yang menjadikannya tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari:
- Tiongkok
- India
- Arab
- Gujarat
- Portugis (pada abad ke-16)
Pada tahun 1522, Kerajaan Sunda bahkan menjalin perjanjian perdagangan dan aliansi militer dengan Portugis yang berlabuh di Sunda Kalapa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pelabuhan ini dalam konteks geopolitik dan ekonomi internasional.
Namun, ketika Sunda Kalapa direbut oleh Kesultanan Demak di bawah pimpinan Fatahillah pada tahun 1527, jalur perdagangan penting itu pun hilang dari tangan Kerajaan Sunda. Ini menandai awal kemunduran ekonomi kerajaan.
Baca juga: Akhir dari 350 Tahun Penjajahan Belanda: Perjuangan Menuju Kemerdekaan Indonesia
