Serangan Kedua Belanda Pada Kaum Padri, pada tahap kedua, dimulai setelah Belanda dapat menundukkan perlawanan Diponegoro. Dalam perlawanan ini Aceh datang untuk mendukung pejuang Padri.
Sistem Pertahanan Benteng Stelsel
Serangan Kedua Belanda untuk menghadapi perlawanan kaum Padri, Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanan.
Dengan siasat ini akhirnya Belanda menang. Hal ini ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864.
Perlawanan Pangeran Dipenogoro
Perlawanan besar terhadap Belanda juga muncul di Pulau Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dari Keluarga Keraton Yogjakarta. Perlawanan Diponegoro secara garis besar dapat dikelompokkan dalam sebab umum dan sebab khusus. Adapun sebab-sebab umum terjadinya perlawanan Diponegoro antara lain sebagai berikut:
- Wilayah Kesultanan Mataram semakin sempit dan para raja sebagai penguasa pribumi mulai kehilangan kedaulatan.
- Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal pergantian raja dan pengangkatan patih.
- Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang tidak sesuai dengan Islam.
- Sebagian bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat istiadat kraton.
- Sebagian bangsawan kecewa terhadap Belanda karena telah menghapus sistem penyewaan tanah oleh para bangsawan kepada petani (mulai tahun 1824).
- Kehidupan rakyat yang semakin menderita di samping harus kerja paksa masih harus ditambah beban membayar berbagai macam pajak.
Belanda Pasang Patok Tanpa Izin Pangeran Dipenogoro
Adapun Peristiwa yang menjadi sebab khusus berkobamya perang Diponegoro adalah pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
Pemasangan patok itu tanpa izin, sehingga sangat ditentang oleh Pangeran Diponegoro. Menghadapi tindakan semena-mena Belanda tersebut, pangeran Diponegoro kemudian mengobarkan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda.
Baca juga Kedatangan Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Indonesia
Mula-mula perlawanan terjadi di Tegalrejo. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir ke Bukit Selarong. Diponegoro membangun benteng pertahanan Gua Selarong.