PPerlawanan Rakyat Terhadap Penjajahan

Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajahan di Indonesia

Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajahan di Indonesia. Rakyat indonesia melakukan perlawanan terhadap penjajahan di berbagai daerah kekuasaan penjajah, diantaranya

Perlawanan Sisingamangaraja di Sumatra Utara (1878-1907).

Perlawanan terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukan oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan di Sumatra Utara berlangsung selama 24 tahun. Pertempuran diawali dari Bahal Batu sebagai pusat pertahanan Belanda tahun 1877.

Untuk menghadapi Perang Batak (sebutan perang di Sumatra Utara), Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak. Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur sehingga seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.

Perlawanan Rakyat Banjar (1858-1866)

Perang Banjar berawal ketika Belanda ikut campur dalam urusan pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjid Ullah yang tidak disukai rakyat.

Pemberontakan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada 1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom tertangkap Belanda. Dengan bantuan pasukan dari Belanda, pasukan Pangeran Antasari dapat didesak. Tahun 1862 Pangeran Hidayat menyerah dan berakhirlah perlawanan Banjar di Pulau Kalimantan. Pemberontakan benar-benar dapat dipadamkan tahun 1866.

Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom tertangkap Belanda (ilustrasi foto/HuKamNas)

Perang Jagaraga di Bali (1849-1906)

Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang. Hak tawan karang berisi bahwa setiap kapal yang kandas di perairan Bali merupakan hak penguasa di daerah tersebut.

Pemerintah Belanda memprotes raja Buleleng yang menyita dua kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya. 

Persengketaan ini menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap Kerajaan Buleleng tahun 1846. Belanda berhasil menguasai Kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.

Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran Belanda. Pada 1906 seluruh kerajaan di Bali jatuh ke pihak Belanda setelah rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan Perang Puputan.

Baca juga Perlawanan di Sumatera terhadap Praktek Imperialisme

Gerakan Sosial

Gerakan sosial adalah gerakan protes berupa perlawanan yang dilakukan oleh petani, gerakan ratu adil, dan gerakan keagamaan atau kepercayaan. Banyak sekali perlawanan yang tidak dilakukan oleh bangsawan/kerajaan terhadap kekuasaan Belanda. Gerakan petani biasanya dilakukan oleh para petani karena kesewenangwenangan penguasa. Benturan dengan hukum adat dan masalah upah merupakan penyebab perlawanan petani.

Pelopornya biasanya orang yang berpengaruh di lingkungan tersebut. Gerakan ini bersifat sementara karena biasanya berhenti setelah pemimpinnya menyerah atau mati. Contoh gerakan petani adalah perlawanan petani di Ciomas Jawa Barat tahun 1886, perlawanan Condet (Jakarta) tahun 1916 dipimpin Entong Gendut, dan sebagainya. 

Gerakan Ratu Adil adalah gerakan yang muncul sebagai akibat keyakinan akan datangnya Ratu Adil. Ratu Adil dianggap akan menyelamatkan rakyat dari belenggu penindasan. Pemimpinnya biasanya mengaku mendapat wahyu untuk menyelamatkan rakyat. Gerakan keagamaan adalah gerakan yang muncul sebagai dasar keagamaan, terutama untuk menegakkan syariat yang benar/ pembaruan. Ketiga gerakan sosial ini sangat memengaruhi perangperang besar yang terjadi di Indonesia. Di samping itu, mereka juga sering melakukan perlawanan-perlawanan kecil, yang biasanya sangat mudah dipatahkan Belanda.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.