Sejak kedatangannya di Nusantara pada awal abad ke-17, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) mulai menguasai perdagangan dan wilayah strategis dengan menerapkan kebijakan monopoli, pajak berat, dan kerja paksa. Setelah VOC bangkrut pada tahun 1799, pemerintahan kolonial Hindia Belanda mengambil alih dan melanjutkan eksploitasi yang lebih sistematis. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap VOC hingga Hindia Belanda.
Kebijakan VOC dan Hindia Belanda memicu berbagai bentuk perlawanan rakyat di berbagai daerah. Perlawanan ini muncul dalam bentuk perang besar, pemberontakan lokal, hingga gerakan diplomasi. Artikel ini akan membahas bagaimana rakyat Indonesia melawan kolonialisme dari era VOC hingga pemerintahan Hindia Belanda.
Perlawanan terhadap VOC
1. Perang Aceh (1873-1904)
Aceh adalah salah satu kerajaan yang paling gigih melawan VOC dan kemudian Hindia Belanda. Pada masa VOC, Aceh tetap mempertahankan kemerdekaannya meskipun sering terlibat konflik dengan Belanda. Ketika Hindia Belanda mulai menaklukkan Aceh pada tahun 1873, perlawanan semakin besar.
Dampaknya:
- Munculnya tokoh-tokoh perlawanan seperti Sultan Alauddin dan Cut Nyak Dien.
- Aceh menjadi medan perang yang sulit bagi Belanda karena strategi gerilya rakyat Aceh.
2. Perlawanan Sultan Hasanuddin (1666-1669)
Kerajaan Gowa di Makassar di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin menolak monopoli dagang VOC. Akibatnya, terjadi perang besar melawan VOC yang dipimpin oleh Cornelis Speelman.
Dampaknya:
- Gowa akhirnya dikalahkan dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667), yang memperkuat dominasi VOC di Sulawesi.
- Banyak pelaut dan pedagang Makassar bermigrasi ke berbagai daerah untuk melanjutkan perlawanan.
3. Perlawanan Untung Surapati (1683-1706)
Untung Surapati, seorang mantan budak VOC, menjadi pemimpin perlawanan di Jawa. Ia melawan kekuasaan Belanda dengan membangun kekuatan di Pasuruan.
Dampaknya:
- Surapati berhasil merebut beberapa wilayah dari VOC sebelum akhirnya gugur.
- Perjuangannya menginspirasi banyak perlawanan di Jawa.
4. Perang Maluku (1817)
Dipimpin oleh Pattimura (Thomas Matulessy), rakyat Maluku melawan VOC yang telah memonopoli perdagangan rempah-rempah dan menindas penduduk setempat.
Dampaknya:
- Pattimura berhasil menguasai Benteng Duurstede sebelum akhirnya ditangkap dan dihukum mati.
- Perlawanan ini menginspirasi perjuangan rakyat di daerah lain.
Perlawanan terhadap Hindia Belanda
1. Perang Diponegoro (1825-1830)
Pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda di Jawa akibat pajak berat dan intervensi terhadap pemerintahan lokal.
Dampaknya:
- Belanda mengalami kerugian besar baik secara ekonomi maupun militer.
- Diponegoro akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Makassar.
2. Perang Padri (1803-1838)
Kaum Padri di Minangkabau melawan Belanda setelah awalnya berkonflik dengan kaum adat. Perlawanan ini dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
Dampaknya:
- Perang ini menyebabkan banyak korban di kedua belah pihak.
- Imam Bonjol akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Manado.
3. Perang Banjar (1859-1863)
Dipimpin oleh Pangeran Antasari, rakyat Banjar di Kalimantan Selatan melawan Belanda akibat intervensi dalam urusan kerajaan.
Dampaknya:
- Perlawanan ini berujung pada dihapuskannya Kesultanan Banjar.
- Pangeran Antasari meninggal akibat penyakit, tetapi perjuangan dilanjutkan oleh rakyatnya.
Baca juga: DN Aidit Dieksekusi di Mana? Fakta dan Kontroversi di Baliknya