Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar dalam sejarah Nusantara. Berbasis di wilayah Sumatra bagian selatan, Sriwijaya tidak hanya menguasai jalur perdagangan penting di Asia Tenggara, tetapi juga menjadi penghubung utama antara India dan Tiongkok. Perdagangan Nusantara pada Masa Kerajaan Sriwijaya, dengan pelabuhan-pelabuhan strategis dan armada laut yang kuat, Sriwijaya menjelma menjadi pusat perdagangan internasional, pendidikan Buddha, dan kekuatan politik yang dominan pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi.
Artikel Perdagangan Nusantara pada Masa Kerajaan Sriwijaya ini akan membahas bagaimana peran Sriwijaya dalam perdagangan Nusantara berkembang, jalur serta komoditas yang diperdagangkan, serta pengaruhnya dalam tatanan ekonomi dan budaya di kawasan Asia Tenggara.
Asal-Usul dan Letak Strategis Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya muncul sekitar abad ke-7 Masehi dengan pusat pemerintahan awal di sekitar Palembang, Sumatra Selatan. Letaknya yang berada di jalur pelayaran Selat Malaka menjadikan Sriwijaya berada di titik simpul perdagangan internasional antara Laut Tiongkok Selatan dan Samudra Hindia.
Letak geografis ini sangat strategis karena menjadi titik pertemuan pedagang dari Tiongkok, India, Persia, hingga Arab. Kapal-kapal dari Asia Timur menuju India dan sebaliknya hampir selalu berhenti di wilayah Sriwijaya untuk mengisi perbekalan, bertransaksi dagang, atau sekadar berlindung dari badai.
Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim
Armada dan Infrastruktur Maritim
Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat. Kapal-kapal dagangnya berlayar hingga ke Thailand, Filipina, Kalimantan, dan Jawa. Pelabuhan-pelabuhan penting dikembangkan tidak hanya di Palembang, tetapi juga di sepanjang pantai timur Sumatra dan Semenanjung Malaka.
Sriwijaya juga menguasai wilayah-wilayah penting seperti Kedah (Malaysia), Selangor, Jambi, dan Lampung untuk memperluas jaringan dagangnya dan mengontrol jalur pelayaran dari dan ke Selat Malaka.
Komoditas Perdagangan Utama
Komoditas yang diperdagangkan oleh Sriwijaya sangat beragam, mencakup hasil bumi, laut, dan barang-barang mewah. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Rempah-rempah
Meski bukan penghasil utama rempah seperti Maluku, Sriwijaya menjadi pelabuhan transit rempah dari timur Nusantara ke barat.
2. Kapur Barus dan Kemenyan
Kapur barus dari Sumatra sangat dicari di India dan Arab sebagai bahan pengawet dan pengobatan. Kemenyan juga digunakan untuk keperluan keagamaan.
3. Emas dan Perak
Sumatra kaya akan tambang emas yang menjadi salah satu sumber kekayaan Sriwijaya, terutama untuk perdagangan dan upeti ke kerajaan asing.
4. Gading, Rotan, dan Kayu Gaharu
Komoditas ini dikumpulkan dari pedalaman Sumatra dan Kalimantan, lalu dikirim ke Tiongkok dan India sebagai barang mewah.
5. Kerajinan dan Tekstil
Sriwijaya juga mengembangkan kerajinan lokal dan tekstil, baik dari pengaruh India maupun budaya lokal, yang turut diperdagangkan.
Jaringan Dagang Internasional
Hubungan dengan Tiongkok
Catatan Tiongkok menyebutkan bahwa sejak abad ke-7, utusan dari Sriwijaya rutin mengunjungi istana Dinasti Tang. Mereka membawa hadiah, menjalin hubungan diplomatik, dan melakukan aktivitas perdagangan. Tiongkok juga menjadi tujuan utama rempah dan kapur barus yang dibawa dari Sriwijaya.
Sriwijaya juga menjadi tempat persinggahan bagi biksu Tiongkok terkenal, I-Tsing, dalam perjalanannya ke India. Ia tinggal di Sriwijaya selama beberapa tahun dan mencatat bahwa Sriwijaya adalah pusat studi Buddha dan perdagangan yang sangat maju.
Hubungan dengan India
India menjadi sumber penting budaya, agama, dan komoditas bagi Sriwijaya. Hubungan dagang antara Sriwijaya dan India sangat erat, terutama dengan kerajaan-kerajaan seperti Chola di India Selatan. Selain perdagangan, hubungan budaya berkembang melalui pengaruh Hindu-Buddha dalam sastra, seni, dan bahasa.
Namun, pada abad ke-11, hubungan ini sempat terganggu akibat serangan dari Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya, yang menyebabkan melemahnya kontrol atas jalur dagang di Asia Tenggara.
Hubungan dengan Dunia Arab dan Persia
Pedagang Arab dan Persia datang ke Sriwijaya membawa barang-barang seperti permadani, logam, dan keramik, serta membeli hasil bumi lokal. Melalui mereka, informasi tentang Sriwijaya sampai ke dunia Islam dan disebut-sebut dalam catatan geografis Arab abad pertengahan.
Baca juga: Kesultanan Ternate dan Tidore: Rivalitas Dua Kerajaan Rempah di Maluku
Pengaruh Sriwijaya terhadap Perdagangan Nusantara
1. Penyatuan Wilayah Maritim
Dengan kontrol atas Selat Malaka dan pelabuhan-pelabuhan utama, Sriwijaya mampu menyatukan wilayah-wilayah maritim menjadi satu jaringan dagang yang efisien. Hal ini mempercepat pertukaran barang dan budaya antar pulau di Nusantara.
2. Sentralisasi Ekonomi
Sriwijaya memberlakukan sistem pajak dan bea cukai terhadap kapal asing yang singgah. Hal ini memberi pemasukan besar untuk kerajaan dan memungkinkan pembangunan infrastruktur, pendidikan, serta pelestarian budaya.
3. Perkembangan Budaya dan Agama
Perdagangan membawa masuk pengaruh India dan Tiongkok yang memperkaya budaya lokal. Bahasa Sansekerta dan aksara Pallawa digunakan dalam prasasti. Agama Buddha Mahayana berkembang pesat, dan Sriwijaya dikenal sebagai pusat studi agama Buddha di Asia Tenggara.
Kemunduran Sriwijaya
Beberapa faktor menyebabkan kemunduran Sriwijaya:
- Serangan Chola (1025 M): Melemahkan pertahanan dan kekuatan militer Sriwijaya.
- Munculnya Kerajaan Pesaing: Seperti Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Malaka.
- Perubahan Jalur Perdagangan: Pergeseran pusat perdagangan ke wilayah Jawa dan ke arah barat akibat intervensi kekuatan asing.
Meskipun mengalami kemunduran, warisan Sriwijaya tetap terasa dalam sejarah maritim Nusantara dan budaya Melayu.
Kesimpulan
Sriwijaya adalah tonggak penting dalam sejarah perdagangan maritim Nusantara dan Asia Tenggara. Dengan penguasaan atas jalur laut utama, kerajaan ini menjadi simpul penghubung antara timur dan barat selama lebih dari lima abad. Kejayaannya tidak hanya terletak pada kekuatan ekonomi, tetapi juga pada kontribusinya dalam penyebaran agama, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Warisan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan budaya maritim menunjukkan bahwa sejak masa lampau, Nusantara telah memainkan peran strategis dalam peta dunia. Kini, pemahaman terhadap peran Sriwijaya menjadi penting sebagai bagian dari upaya merevitalisasi identitas maritim bangsa Indonesia.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa yang membuat Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim?
Karena kekuatan lautnya yang besar, penguasaan pelabuhan, dan peran sentral dalam perdagangan internasional.
2. Apa komoditas utama yang diperdagangkan Sriwijaya?
Rempah-rempah, kapur barus, kemenyan, emas, gading, rotan, tekstil, dan kayu gaharu.
3. Apa hubungan Sriwijaya dengan India dan Tiongkok?
Sriwijaya menjalin hubungan dagang dan diplomatik dengan kedua wilayah tersebut, dan menjadi pusat persinggahan penting di jalur pelayaran mereka.
4. Apa dampak perdagangan Sriwijaya bagi Nusantara?
Mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas pengaruh budaya dan agama, serta menyatukan wilayah maritim.
5. Mengapa Sriwijaya mengalami kemunduran?
Karena serangan dari Kerajaan Chola, munculnya kerajaan baru seperti Majapahit, dan perubahan jalur perdagangan.
Referensi
- Coedes, George. The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press, 1968.
- Miksic, John N. Ancient Southeast Asia. Routledge, 2017.
- Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Editions Didier Millet, 2006.
- Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi, 2008.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sriwijaya: Pusat Maritim dan Keilmuan di Asia Tenggara, 2021.
- https://p2k.unhamzah.ac.id/
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkepri/kerajaan-sriwijaya/