Dalam dunia pendidikan modern, strategi pembelajaran menjadi kunci utama dalam menentukan keberhasilan siswa dalam memahami dan menerapkan pengetahuan. Dua pendekatan yang sering diperbincangkan adalah surface learning (pembelajaran permukaan) dan deep learning (pembelajaran mendalam). Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dan berdampak signifikan terhadap cara siswa memproses informasi. Apa yang menjadi Perbedaan Surface Learning dan Deep Learning?
Artikel Perbedaan Surface Learning dan Deep Learning ini akan mengulas secara menyeluruh perbedaan antara surface learning dan deep learning, serta menjawab pertanyaan besar: mana yang lebih efektif dalam mendukung pencapaian belajar jangka panjang di era abad ke-21?
Apa Itu Surface Learning?
Surface learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada hafalan dan pencapaian hasil jangka pendek. Siswa yang menggunakan metode ini biasanya:
- Menghafal informasi tanpa berusaha memahaminya secara mendalam.
- Berorientasi pada nilai atau ujian semata.
- Tidak tertarik untuk mengaitkan materi dengan pengalaman atau konteks nyata.
- Menjawab pertanyaan guru dengan harapan mendapatkan nilai tinggi, bukan memahami makna di balik pertanyaan tersebut.
Surface learning sering muncul karena tekanan akademik, metode pengajaran yang tidak kontekstual, atau kurikulum yang terlalu padat sehingga mendorong siswa hanya untuk mengejar hasil akhir.
Ciri-ciri Surface Learning:
- Fokus pada hafalan fakta.
- Tidak mencari hubungan antara konsep.
- Motivasi belajar rendah atau bersifat eksternal.
- Rentan terhadap kelupaan setelah ujian selesai.
Apa Itu Deep Learning?
Deep learning, dalam konteks pendidikan (bukan AI), adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, penerapan pengetahuan dalam berbagai konteks, dan refleksi kritis. Siswa yang terlibat dalam deep learning:
- Berusaha memahami makna di balik informasi.
- Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
- Termotivasi secara intrinsik untuk belajar.
- Aktif dalam diskusi, eksplorasi, dan pemecahan masalah nyata.
Deep learning bukan hanya tentang belajar lebih keras, tetapi belajar lebih cerdas dan bermakna.
Ciri-ciri Deep Learning:
- Menghubungkan konsep dan ide lintas mata pelajaran.
- Mengembangkan pemikiran kritis dan analitis.
- Menggunakan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
- Termotivasi untuk terus belajar secara mandiri.
Perbandingan Surface Learning vs. Deep Learning
Aspek | Surface Learning | Deep Learning |
Fokus | Hafalan dan hasil ujian | Pemahaman konsep dan penerapan nyata |
Motivasi | Eksternal (nilai, ujian, tekanan) | Internal (keingintahuan, makna, minat) |
Cara Belajar | Mengulang materi tanpa refleksi | Refleksi, diskusi, eksplorasi |
Ketahanan Ingatan | Sementara, mudah dilupakan | Jangka panjang, mudah diterapkan ulang |
Keterkaitan Konsep | Terpisah-pisah | Terintegrasi dan saling terhubung |
Mana yang Lebih Efektif?
Berdasarkan berbagai penelitian dalam bidang pendidikan, deep learning lebih efektif dalam menghasilkan pemahaman jangka panjang, keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan kesiapan menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Namun, ini tidak berarti surface learning sepenuhnya buruk. Dalam beberapa situasi, seperti saat mempersiapkan ujian nasional atau menghafal fakta dasar (seperti tabel periodik atau tanggal sejarah penting), pendekatan permukaan tetap dibutuhkan.
Pendekatan yang ideal adalah kombinasi keduanya, di mana siswa memulai dengan mengenali informasi dasar (surface), lalu berkembang ke pemahaman yang lebih mendalam (deep).
Mengapa Deep Learning Dibutuhkan di Abad ke-21?
Di era yang ditandai dengan perubahan cepat, informasi melimpah, dan kebutuhan inovasi, siswa tidak cukup hanya menghafal. Mereka perlu:
- Berpikir kritis dan kreatif.
- Memecahkan masalah kompleks.
- Berkomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai latar belakang.
- Belajar sepanjang hayat (lifelong learning).
Deep learning mendukung semua keterampilan ini dengan mendorong siswa untuk belajar secara aktif, reflektif, dan bermakna.
Baca juga: Siswa Bawa Motor ke Sekolah? Ini Aturan dan Pertimbangannya
Strategi Mendorong Deep Learning di Kelas
- Pertanyaan Tingkat Tinggi (Higher-Order Thinking)
Gunakan pertanyaan yang menantang siswa untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, bukan sekadar mengingat. - Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Dorong siswa untuk membuat proyek yang menyatukan berbagai konsep dan diaplikasikan ke dunia nyata. - Diskusi dan Refleksi
Ajak siswa mendiskusikan pendapat, berbagi pengalaman, dan merefleksikan proses belajar mereka. - Umpan Balik yang Bermakna
Guru memberikan masukan yang tidak hanya menilai hasil, tetapi juga proses berpikir siswa. - Koneksi Antar Disiplin Ilmu
Gabungkan mata pelajaran untuk menunjukkan bagaimana konsep saling berkaitan.
Tantangan dalam Menerapkan Deep Learning
Walau deep learning memiliki banyak keunggulan, penerapannya menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
- Waktu pembelajaran terbatas.
- Beban kurikulum yang berat.
- Kebiasaan belajar siswa yang sudah terbentuk dengan surface learning.
- Kurangnya pelatihan guru dalam strategi pembelajaran mendalam.
Namun, dengan pendekatan bertahap dan kolaborasi antara guru, siswa, dan sekolah, perubahan ke arah deep learning tetap memungkinkan dan sangat dibutuhkan.
Penutup
Surface learning dan deep learning bukanlah dua pendekatan yang saling meniadakan, melainkan berada dalam spektrum yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Namun, dalam konteks tantangan dunia modern yang membutuhkan pemikir kritis, inovatif, dan adaptif, deep learning terbukti lebih efektif untuk membekali siswa menghadapi masa depan.
Guru, orang tua, dan pembuat kebijakan pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem belajar yang mendorong siswa tidak hanya belajar untuk nilai, tetapi juga untuk kehidupan.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa perbedaan utama antara surface learning dan deep learning?
Surface learning berfokus pada hafalan dan hasil jangka pendek, sedangkan deep learning menekankan pemahaman, aplikasi, dan pembelajaran bermakna.
2. Apakah surface learning sepenuhnya tidak berguna?
Tidak. Surface learning berguna untuk memahami informasi dasar, tetapi perlu dikembangkan menjadi pembelajaran mendalam agar siswa benar-benar memahami maknanya.
3. Bagaimana cara guru mendorong deep learning di kelas?
Melalui pertanyaan reflektif, proyek, diskusi, dan pengajaran yang mengaitkan konsep antar disiplin dan dunia nyata.
4. Apakah semua siswa cocok dengan deep learning?
Setiap siswa bisa dilatih untuk menerapkan deep learning, namun pendekatannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing.
5. Apakah deep learning hanya bisa dilakukan di jenjang pendidikan tinggi?
Tidak. Deep learning bisa diterapkan sejak dini dengan pendekatan yang sesuai usia, seperti bertanya “mengapa” dan mengajak anak merefleksikan apa yang mereka pelajari.
Referensi
- Biggs, J. (2003). Teaching for Quality Learning at University. Open University Press.
- Marton, F., & Säljö, R. (1976). On qualitative differences in learning — I: Outcome and process. British Journal of Educational Psychology.
- OECD (2018). The Future of Education and Skills 2030.
- Hattie, J., & Donoghue, G. (2016). Learning strategies: A synthesis and conceptual model. npj Science of Learning.
- https://www.edutopia.org
- https://www.oecd.org/education/2030-project/
Jika Anda seorang guru, pendidik, atau orang tua yang ingin membantu siswa mencapai potensi maksimalnya, mulai beralih ke pendekatan deep learning adalah langkah strategis dan transformatif.