Peranan Berbagai Golongan dalam Menumbuhkembangkan Nasionalisme
Peranan Berbagai Golongan dalam Menumbuhkembangkan Nasionalisme. Perjuangan pergerakan nasional dalam mencapai kemerdekaan tidaklah didominasi oleh satu golongan saja. Bermacam-macam golongan bahu-membahu untuk mencapai kemerdekaan.
a. Golongan Terpelajar
Golongan terpelajar banyak belajar ke luar negeri, terutama ke Eropa dan Timur Tengah. Dari sana mereka membawa banyak pengaruh pemikiran tentang nasionalisme. Mereka sadar bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia tidak akan tercapai tanpa persatuan dan kesatuan.
Para terpelajar inilah yang kemudian memelopori organisasi pergerakan nasional, baik dalam kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, maupun politik. Mereka menyebarkan kesadaran nasionalisme.
Beberapa tokoh golongan terpelajar adalah Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, Ki Hajar Dewantoro, dan masih banyak lagi. Pendidikan mereka di Eropa telah membuka mata betapa kesengsaraan bangsa Indonesia hanya dapat diatasi dengan kemerdekaan. Golongan terpelajar inilah yang banyak memimpin perjuangan pergerakan nasional di Indonesia.
b. Golongan Profesional
Peranan Berbagai Golongan dalam Menumbuhkembangkan Nasionalisme. Tidak hanya para cendekiawan yang mengobarkan semangat nasionalisme. Beberapa golongan profesional merupakan bara bangkitnya nasionalisme.
1) Guru
Guru merupakan ujung tombak penyebar semangat nasionalisme. Sebagian masyarakat yang berhasil mengenyam pendidikan kemudian memilih menjadi guru. Dalam mengajar siswanya, para guru banyak menanamkan semangat kebangsaan. Hampir setiap tokoh perjuangan nasional pernah menjadi guru.
Pada 1920, Ki Hajar Dewantoro mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Tujuannya untuk memberikan beasiswa bagi masyarakat Indonesia yang tidak mampu, tetapi pandai untuk belajar di Taman Siswa. Sekolah ini banyak mengajarkan kesadaran nasionalisme dan patriotisme.
Mohammad Syafei mendirikan sekolah Indonesische Nederlandsche School (INS) di Kayu Tanam. Sekolah ini banyak menanamkan perasaan antipenjajahan dan semangat persatuan untuk mengusir penjajah.
2. Pedagang
Banyak pedagang yang merasa sangat dirugikan oleh penjajah. Tokoh pedagang yang terkenal menumbuhkan kesadaran nasional adalah H. Samanhudi, seorang pedagang batik di Solo. Pada 1909, ia mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI). Tujuan utamanya melindungi kesejahteraan para pedagang kecil.
Pada perkembangannya, SDI berubah menjadi Serikat Islam (SI) yang banyak berjuang untuk agama, politik, ekonomi, dan sosial. Beberapa kali SI memimpin protes-protes terhadap Belanda. Walaupun menggunakan nama Islam, SI sangat dekat dengan garis perjuangan nasionalis lainnya.
3) Para Dokter dan Profesi Lainnya
Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr. Gunawan Mangunkusumo adalah tokoh-tokoh yang mendirikan organisasi Budi Utomo. Organisasi yang bersifat sosial budaya tersebut didirikan pada 20 Mei 1908. Hingga saat ini, tanggal tersebut diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.
Selain beberapa profesi yang disebutkan di atas, masih banyak golongan profesi yang berperan aktif dalam upaya penyadaran nasionalisme.
4) Pers
Hingga saat ini, pers sangat besar peranannya dalam membentuk pemikiran seseorang. Pada zaman penjajahan, pers sudah ada di Indonesia walaupun tidak semodern sekarang. Biasanya dalam bentuk majalah berita mingguan/bulanan. Beberapa pers yang dikelola tokoh pergerakan banyak memberitakan dan mempropagandakan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca juga Bentuk Muka Bumi Indonesia dan Posisi Geografis
Beberapa pers yang terbit menggunakan bahasa Melayu, antara lain Sinar Soematera, Tjahaja Soematera, Pemberitaan Betawi, Pewarta Soerabaja, Poetra Hindia, Pewarta Borneo, dan Pewarta Menado. Setiap organisasi pergerakan nasional pasti memiliki pers sebagai alat propagandanya.
Beberapa pers yang sangat terkenal dan didirikan oleh tokoh pergerakan nasional adalah Darmo Kondo oleh Budi Utomo, Oetoesan Hindia oleh Serikat Islam serta majalah Indonesia Merdeka, didirikan para mahasiswa di negeri Belanda.
Penggunaan bahasa Melayu dalam media pers telah mempererat kesatuan bangsa Indonesia. Ideologi nasionalisme juga semakin cepat berkembang di seluruh tanah air. Pers inilah yang berperan sebagai media tukar pendapat antara tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan.