Sesuaikan Preferensi Izin

Kami menggunakan cookie untuk membantu Anda menavigasi secara efisien dan menjalankan fungsi tertentu. Anda akan menemukan informasi mendetail tentang semua cookie di bawah setiap kategori persetujuan di bawah.

Cookie yang dikategorikan sebagai "Diperlukan" disimpan di browser Anda karena sangat penting untuk mengaktifkan fungsionalitas dasar situs.... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Home » Sejarah » Peran Soeharto dalam Supersemar: Awal Mula Orde Baru
Posted in

Peran Soeharto dalam Supersemar: Awal Mula Orde Baru

Peran Soeharto dalam Supersemar: Awal Mula Orde Baru (ft/istimewa)
Peran Soeharto dalam Supersemar: Awal Mula Orde Baru (ft/istimewa)

Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret 1966 adalah titik balik dalam sejarah politik Indonesia. Peristiwa ini menjadi awal mula peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Jenderal Soeharto, yang kemudian melahirkan era Orde Baru. Artikel ini akan membahas peran Soeharto dalam Supersemar, bagaimana ia memanfaatkan surat perintah tersebut, dan dampaknya terhadap perjalanan bangsa Indonesia.

Latar Belakang Supersemar

Pada pertengahan 1960-an, Indonesia berada dalam krisis politik dan ekonomi yang serius. Beberapa faktor utama yang menyebabkan instabilitas ini antara lain:

  1. Dominasi PKI dalam Politik Nasional – Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin berpengaruh di bawah kepemimpinan D.N. Aidit dan mendapat dukungan dari Soekarno.
  2. Gerakan 30 September 1965 (G30S) – Peristiwa ini menyebabkan terbunuhnya enam jenderal Angkatan Darat dan memicu konflik antara PKI dan militer.
  3. Krisis Ekonomi – Inflasi yang tinggi dan kesulitan ekonomi menambah keresahan di masyarakat.
  4. Demonstrasi Mahasiswa – Kelompok mahasiswa menuntut pembubaran PKI, perbaikan ekonomi, dan stabilitas nasional.

Dalam situasi yang semakin genting, Presiden Soekarno menghadapi tekanan besar dari berbagai pihak, terutama militer dan mahasiswa. Inilah yang menjadi latar belakang dikeluarkannya Supersemar.

Peran Soeharto dalam Supersemar

1. Menerima dan Menafsirkan Supersemar

Pada 11 Maret 1966, tiga jenderal utusan Soeharto, yaitu Jenderal Basuki Rahmat, Jenderal M. Yusuf, dan Jenderal Amirmachmud, bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Bogor. Mereka membawa surat perintah yang kemudian dikenal sebagai Supersemar. Surat ini memberikan wewenang kepada Soeharto untuk mengambil tindakan guna mengendalikan keamanan dan stabilitas nasional.

Setelah menerima Supersemar, Soeharto segera menafsirkan bahwa ia memiliki kuasa penuh untuk mengambil langkah-langkah besar dalam pemerintahan. Hal ini menjadi titik awal dari dominasi Soeharto dalam politik Indonesia.

2. Pembubaran PKI dan Penangkapan Tokoh-Tokohnya

Salah satu langkah pertama yang diambil Soeharto setelah mendapatkan Supersemar adalah mengeluarkan keputusan pembubaran PKI. Dalam waktu singkat, ribuan anggota PKI ditangkap, dan banyak yang dieksekusi tanpa melalui proses hukum yang jelas.

Langkah ini memperkuat posisi Soeharto, karena ia berhasil mendapatkan dukungan dari militer dan kelompok anti-komunis.

Baca juga: Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.