Konflik sering dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif, merusak hubungan sosial, bahkan menghambat pembangunan. Namun, dalam perspektif sosiologi, konflik tidak selalu bersifat destruktif. Banyak perubahan sosial besar dalam sejarah justru berawal dari konflik yang mendorong perbaikan, kesadaran baru, dan penataan ulang sistem sosial yang lebih adil. Bagaimana Peran Konflik dalam Perubahan Sosial dan Pembangunan Masyarakat?
Artikel ini membahas bagaimana konflik dapat berperan penting dalam perubahan sosial dan pembangunan masyarakat, disertai contoh nyata di Indonesia.
1. Pengertian Konflik dalam Perspektif Sosiologi
Secara umum, konflik adalah proses sosial ketika dua pihak atau lebih saling berhadapan karena perbedaan pendapat, kepentingan, nilai, atau tujuan.
Menurut Lewis A. Coser, konflik adalah proses yang dapat memperkuat solidaritas internal kelompok dan memunculkan perubahan sosial apabila dikelola dengan baik.
Konflik muncul karena:
- Perbedaan nilai dan kepentingan
- Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya
- Kepentingan ekonomi, politik, maupun sosial
- Ketidakseimbangan kekuasaan
Konflik adalah bagian dari dinamika sosial yang tidak dapat dihindari dan bahkan diperlukan untuk kemajuan.
2. Jenis Konflik yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Sosial
Tidak semua konflik bersifat destruktif. Beberapa di antaranya justru memicu kemajuan sosial dan perbaikan sistem masyarakat.
a. Konflik Konstruktif (Constructive Conflict)
Adalah konflik yang mendorong perubahan positif. Konflik ini biasanya memunculkan kritik, evaluasi, dan inovasi.
b. Konflik Destruktif (Destructive Conflict)
Adalah konflik yang merugikan, mengarah pada kekerasan, perpecahan, atau kerugian sosial.
c. Konflik Vertikal dan Horizontal
- Vertikal: terjadi antara masyarakat dan pemerintah atau otoritas.
- Horizontal: antar kelompok dalam masyarakat yang memiliki posisi setara.
Kedua jenis konflik ini dapat menjadi pemicu perubahan apabila resolusinya diarahkan ke perbaikan sistem.
3. Peran Konflik dalam Perubahan Sosial
Konflik memiliki sejumlah peran penting dalam proses perubahan sosial, baik dalam skala kecil maupun besar.
1. Mengungkap Ketidakadilan dan Masalah Sosial
Konflik sering muncul karena adanya ketidaksetaraan yang telah lama tersembunyi. Ketika konflik terjadi, masalah yang sebelumnya tidak terlihat menjadi sorotan publik.
Contoh nyata:
Aksi masyarakat adat di Kalimantan menentang ekspansi perusahaan tambang yang merusak hutan adat. Konflik ini mendorong pemerintah untuk meninjau ulang izin tambang dan lebih memperhatikan hak masyarakat adat.
2. Mendorong Reformasi Kebijakan dan Peraturan
Banyak kebijakan baru lahir akibat konflik yang mendesak perubahan.
Contoh nyata:
Demonstrasi mahasiswa tahun 1998 di Indonesia memicu reformasi besar, mulai dari penghapusan dwifungsi ABRI hingga perubahan sistem pemilihan umum menjadi lebih demokratis.
3. Memperkuat Solidaritas Kelompok
Konflik dapat mempererat hubungan internal kelompok yang memiliki tujuan sama.
Contoh nyata:
Ketika terjadi konflik penggusuran permukiman, warga terdampak sering bersatu, melakukan aksi solidaritas, menggalang dukungan, dan meningkatkan kesadaran kolektif mengenai hak-hak mereka.
4. Meningkatkan Kesadaran Publik
Konflik sering kali membuka mata publik tentang suatu isu sosial, ekonomi, atau lingkungan.
Contoh nyata:
Konflik mengenai kenaikan harga BBM memunculkan diskusi publik mengenai subsidi energi, ketimpangan sosial, dan solusi alternatif seperti energi terbarukan.
5. Memicu Inovasi dan Modernisasi
Konflik antara kelompok dengan kondisi yang berbeda dapat memunculkan ide baru untuk menyelesaikan masalah.
Contoh nyata:
Konflik antara industri transportasi online dengan transportasi konvensional akhirnya mendorong pemerintah membuat regulasi baru, modernisasi layanan, dan pengembangan teknologi transportasi yang lebih efisien.
6. Membentuk Identitas Sosial Baru
Konflik dapat membentuk identitas bersama dan memperkuat nilai-nilai kelompok.
Contoh nyata:
Gerakan lingkungan yang muncul akibat konflik perusakan alam melahirkan komunitas pecinta lingkungan yang aktif melakukan kampanye, edukasi, dan gerakan penghijauan.
Baca juga: Kerja Sama, Akomodasi, dan Konflik: Tiga Bentuk Utama Interaksi Sosial dalam Masyarakat
