Kerajaan Banjar atau Kesultanan Banjar merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya di wilayah Kalimantan Selatan. Berdiri sekitar abad ke-16, kerajaan ini memegang peranan penting dalam perdagangan dan dinamika politik di Nusantara, terutama di kawasan pesisir selatan dan tengah Kalimantan. Letaknya yang strategis di tepi Sungai Barito menjadikan Peran Kerajaan Banjar sebagai penghubung penting antara pedalaman Kalimantan dengan dunia luar, terutama dalam hal distribusi hasil bumi dan interaksi politik.
Artikel ini akan membahas secara mendalam peran Kerajaan Banjar dalam perdagangan dan politik Nusantara, serta warisan sejarahnya yang masih terasa hingga kini.
Awal Mula Berdirinya Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar bermula dari pengaruh Kerajaan Daha atau Negara Dipa yang sebelumnya menganut Hindu-Buddha. Pada awal abad ke-16, terjadi pergeseran kekuasaan ketika Pangeran Samudera yang merupakan keturunan kerajaan lama, dengan bantuan Kesultanan Demak, berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan Kesultanan Banjar. Ia kemudian memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah, yang menjadi sultan pertama Kerajaan Banjar.
Penerimaan Islam dan dukungan dari Kesultanan Demak memperkuat posisi Banjar sebagai kerajaan Islam di Kalimantan, serta membuka jalur interaksi politik dan dagang yang lebih luas di antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Letak Strategis dan Akses Sungai
Keunggulan geografis Kerajaan Banjar sangat mendukung peranannya dalam perdagangan. Terletak di sekitar Sungai Barito dan Martapura, kerajaan ini memiliki akses mudah ke pedalaman Kalimantan yang kaya akan hasil hutan dan tambang, serta jalur pelayaran ke wilayah pesisir dan luar negeri.
Sungai menjadi sarana transportasi utama, menghubungkan pedalaman dengan pelabuhan dagang di tepi laut. Hal ini memungkinkan Kerajaan Banjar menjadi pusat distribusi hasil bumi seperti rotan, damar, kayu ulin, emas, dan batu mulia ke daerah lain, termasuk Jawa, Makassar, dan bahkan Tiongkok.
Perdagangan Komoditas Unggulan
Dalam sektor ekonomi, Kerajaan Banjar sangat aktif memperdagangkan berbagai komoditas unggulan, antara lain:
- Kayu Ulin – Disebut juga kayu besi, sangat kuat dan tahan lama. Banyak digunakan dalam pembangunan rumah dan kapal.
- Rotan dan damar – Hasil hutan ini banyak diminati oleh pedagang dari luar negeri, terutama untuk bahan kerajinan dan bahan baku industri.
- Emas dan intan – Kalimantan Selatan terkenal akan kekayaan tambang emas dan batu mulia, yang menjadi komoditas ekspor utama.
- Lada – Salah satu rempah berharga tinggi pada masa itu, yang turut diperdagangkan ke berbagai kawasan.
Keberadaan pasar di pelabuhan dan aktivitas dagang internasional menjadikan Banjar sebagai titik penting dalam jaringan perdagangan maritim Nusantara.
Hubungan Dagang Internasional
Kerajaan Banjar menjalin hubungan dagang dengan berbagai bangsa, termasuk:
- Kesultanan Demak dan Mataram – Sebagai sesama kerajaan Islam di Jawa, hubungan dagang dan politik sangat erat.
- Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) – Hubungan ini penting karena Makassar merupakan pusat perdagangan Indonesia bagian timur.
- Belanda dan VOC – Pada abad ke-17, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) mulai masuk ke wilayah Kalimantan dan menjalin hubungan dagang dengan Banjar. Meskipun sempat terjadi kerja sama, konflik kepentingan juga muncul.
- Bangsa Cina dan Arab – Banyak pedagang dari Cina dan Arab berdagang di wilayah Banjar, membawa pengaruh budaya dan memperkuat ekonomi kerajaan.
Peran Politik Kerajaan Banjar di Nusantara
Selain perdagangan, Kerajaan Banjar juga memainkan peranan penting dalam politik regional Nusantara:
- Penyebaran Islam di Kalimantan
Sebagai kerajaan Islam pertama di Kalimantan Selatan, Banjar menjadi pusat dakwah Islam. Para ulama dan mubaligh menyebarkan Islam ke wilayah pedalaman hingga Kalimantan Tengah dan Timur. - Aliansi Politik dengan Kesultanan Lain
Banjar menjalin aliansi dengan Kesultanan Demak dan Mataram sebagai bagian dari jaringan kekuasaan Islam di Nusantara. Hal ini memperkuat kedudukannya dalam menghadapi ancaman eksternal, seperti Portugis dan Belanda. - Perlawanan terhadap Penjajahan Belanda
Setelah VOC dan kemudian Hindia Belanda berupaya menguasai perdagangan dan wilayah Kalimantan, Kerajaan Banjar melakukan berbagai perlawanan, termasuk perang besar seperti Perang Banjar (1859–1863) di bawah pimpinan Pangeran Antasari. - Pengaruh terhadap Kerajaan-Kerajaan Kecil
Kerajaan Banjar memiliki pengaruh politik terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Kalimantan, baik melalui hubungan vasal maupun pengaruh budaya dan agama.
Kemunduran dan Akhir Kerajaan Banjar
Pengaruh politik dan ekonomi Kerajaan Banjar mulai melemah sejak abad ke-18 karena tekanan dari Belanda. VOC yang awalnya berdagang, mulai ikut campur dalam urusan internal kerajaan. Setelah VOC bubar, Hindia Belanda melanjutkan ekspansi dan menghapus kedaulatan Kesultanan Banjar.
Puncak kemunduran terjadi ketika Perang Banjar meletus akibat penolakan rakyat terhadap intervensi Belanda. Meskipun perang ini menunjukkan semangat perlawanan yang besar, pada akhirnya Kesultanan Banjar berhasil ditaklukkan dan secara resmi dibubarkan oleh Belanda pada tahun 1860.
Baca juga: Jakarta dan Warisan Arsitektur Belanda: Dari Kota Tua hingga Gedung-Gedung Bersejarah
Warisan Sejarah Kerajaan Banjar
Hingga kini, jejak Kerajaan Banjar masih terasa dalam berbagai bentuk:
- Budaya Banjar
Bahasa Banjar, arsitektur rumah adat (rumah bubungan tinggi), dan tradisi seperti baayun maulid, masih lestari di Kalimantan Selatan. - Islam sebagai agama mayoritas
Dakwah dan pendidikan Islam yang diperkuat pada masa Kesultanan Banjar menjadikan Islam sebagai agama dominan di wilayah tersebut. - Situs Sejarah
Masjid Sultan Suriansyah dan makam para sultan masih dijaga sebagai situs cagar budaya. - Identitas lokal
Masyarakat Kalimantan Selatan masih memandang Kesultanan Banjar sebagai simbol kejayaan dan identitas daerah.
Kesimpulan
Kerajaan Banjar memiliki peran sentral dalam perdagangan dan politik Nusantara, khususnya di kawasan Kalimantan dan sekitarnya. Posisi strategis, kekayaan alam, serta hubungan diplomatik yang luas menjadikan Banjar sebagai pemain penting dalam sejarah Indonesia.
Sebagai kerajaan Islam yang progresif, Banjar tidak hanya menyebarkan agama tetapi juga menjadi penggerak ekonomi kawasan. Meski akhirnya jatuh ke tangan penjajah, semangat perlawanan dan warisan budayanya tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa peran utama Kerajaan Banjar dalam perdagangan Nusantara?
Kerajaan Banjar berperan sebagai pusat perdagangan hasil bumi Kalimantan seperti rotan, kayu ulin, intan, dan emas ke berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
2. Siapa pendiri Kerajaan Banjar?
Pendiri Kerajaan Banjar adalah Pangeran Samudera, yang setelah masuk Islam bergelar Sultan Suriansyah.
3. Apa penyebab utama runtuhnya Kerajaan Banjar?
Runtuhnya Kerajaan Banjar disebabkan oleh intervensi dan tekanan politik serta militer dari Belanda, terutama setelah Perang Banjar.
4. Apakah masih ada peninggalan sejarah Kerajaan Banjar yang bisa dikunjungi?
Ya, beberapa peninggalan seperti Masjid Sultan Suriansyah, makam sultan-sultan Banjar, dan rumah adat Banjar masih dapat dikunjungi di Kalimantan Selatan.
5. Bagaimana pengaruh Islam dalam pemerintahan Kerajaan Banjar?
Islam menjadi dasar pemerintahan dan hukum di Kesultanan Banjar serta menjadi sarana diplomasi dan penyebaran agama ke wilayah pedalaman Kalimantan.
Referensi:
- Sartono Kartodirdjo. (1984). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500–1900. Jakarta: Gramedia.
- Ricklefs, M.C. (2001). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Stanford: Stanford University Press.
- Poesponegoro & Notosusanto. (1982). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III dan IV. Jakarta: Balai Pustaka.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
- https://banjarmasin.tribunnews.com/
- https://www.banjarmasin.go.id/