Home ยป IPS Kelas 7 ยป Peran Interaksi Sosial Disosiatif dalam Perubahan dan Dinamika Sosial di Indonesia
Posted in

Peran Interaksi Sosial Disosiatif dalam Perubahan dan Dinamika Sosial di Indonesia

Peran Interaksi Sosial Disosiatif dalam Perubahan dan Dinamika Sosial di Indonesia (ft.istimewa)
Peran Interaksi Sosial Disosiatif dalam Perubahan dan Dinamika Sosial di Indonesia (ft.istimewa)

Interaksi sosial merupakan inti dari kehidupan masyarakat. Dalam proses ini, individu dan kelompok saling memengaruhi, berkomunikasi, dan membentuk struktur sosial yang dinamis. Interaksi sosial terbagi menjadi dua bentuk utama, yaitu interaksi sosial asosiatif (kerja sama, akomodasi, akulturasi) dan interaksi sosial disosiatif (persaingan, kontravensi, dan konflik). Bagaimana Peran Interaksi Sosial Disosiatif dalam Perubahan dan Dinamika Sosial di Indonesia?

Selama ini, interaksi sosial disosiatif sering dianggap sebagai sumber perpecahan. Padahal, dalam banyak kasus, interaksi disosiatif justru menjadi pendorong perubahan sosial, perbaikan sistem, dan kemajuan masyarakat. Di Indonesia, dengan keberagaman budaya, etnis, agama, dan tingkat ekonomi, interaksi disosiatif memainkan peran penting dalam membentuk dinamika sosial dari masa ke masa.

Artikel ini akan membahas secara mendalam peran interaksi sosial disosiatif dalam perubahan sosial, disertai contoh nyata, analisis dampak, dan manfaat bagi masyarakat Indonesia.


Pengertian Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi yang mengarah pada pertentangan atau perbedaan, baik secara halus maupun terbuka, antara dua pihak atau lebih. Bentuknya mencakup:

  • Persaingan (competition)
  • Kontravensi (contravention)
  • Konflik (conflict)

Interaksi disosiatif tidak selalu negatif. Dalam konteks tertentu, persaingan atau konflik dapat mendorong inovasi, memunculkan perubahan, atau memperbaiki tatanan sosial yang sebelumnya tidak ideal.


Peran Interaksi Sosial Disosiatif dalam Perubahan Sosial di Indonesia

1. Mendorong Inovasi dan Kemajuan Teknologi

Persaingan merupakan motor utama penggerak inovasi. Dalam dunia modern, kompetisi yang sehat mendorong individu, organisasi, dan negara mencari cara baru untuk lebih maju.

Contoh nyata:

  • Persaingan antar perusahaan ojek online (Gojek, Grab). Karena kompetisi, layanan menjadi lebih cepat, pembayaran digital semakin berkembang, fitur keamanan meningkat, dan harga layanan menjadi lebih terjangkau.
  • Persaingan sekolah favorit yang membuat institusi pendidikan berlomba meningkatkan kualitas guru, fasilitas, hingga metode pembelajaran berbasis teknologi.

Melalui persaingan disosiatif, masyarakat diuntungkan karena mendapatkan kualitas layanan yang lebih baik.


2. Memperbaiki Kebijakan Publik Melalui Kritik dan Kontravensi

Kontravensi seperti kritik, protes damai, atau ketidaksetujuan merupakan indikator bahwa masyarakat peduli terhadap lingkungannya. Kritik yang konstruktif membuat pemerintah atau lembaga memperbaiki kebijakan.

Contoh nyata:

  • Protes warga terhadap kebijakan pembangunan tanpa musyawarah, yang kemudian membuat pemerintah daerah melakukan revisi dan sosialisasi ulang.
  • Gerakan masyarakat menolak sampah impor yang mendorong pemerintah membuat regulasi lebih ketat terkait impor limbah industri.

Kontravensi memaksa pemangku kepentingan untuk mendengar suara publik dan melakukan perubahan positif.


3. Mengungkap Masalah Sosial yang Tersembunyi

Konflik sering muncul ketika ada masalah yang sudah lama terpendam. Dengan adanya konflik, masalah tersebut terangkat ke permukaan sehingga dapat diselesaikan.

Contoh nyata:

  • Konflik guru dan kepala sekolah terkait dana BOS mengungkap adanya penyimpangan administrasi yang selama ini tidak diketahui.
  • Konflik warga dengan perusahaan tambang membuka fakta mengenai pencemaran lingkungan yang selama ini ditutup-tutupi.

Dengan demikian, konflik menjadi alat untuk โ€œmembersihkanโ€ masalah sosial dan memperbaiki tatanan masyarakat.


4. Mendorong Perubahan Budaya dan Cara Pandang Baru

Persaingan nilai dan kontravensi antargenerasi sering memunculkan perubahan budaya, terutama terkait gaya hidup, pendidikan, dan cara berpikir.

Contoh nyata:

  • Pertentangan antara konservatisme dan nilai-nilai modern di kalangan anak muda dan orang tua memunculkan budaya kompromi baru, seperti cara berpakaian yang tetap sopan namun lebih praktis.
  • Konflik terkait peran perempuan dalam pekerjaan dan pendidikan mendorong lahirnya gerakan kesetaraan gender di Indonesia.

Perubahan tersebut tidak terjadi tanpa adanya โ€œgesekanโ€ dalam interaksi sosial.


5. Memperkuat Identitas dan Solidaritas Kelompok

Konflik antar kelompok seringkali memperkuat solidaritas internal. Kelompok menjadi semakin solid dan terorganisir dalam menghadapi tantangan.

Contoh nyata:

  • Komunitas lokal memperkuat identitas budaya ketika menghadapi ancaman komersialisasi adat.
  • Solidaritas masyarakat meningkat saat menghadapi konflik agraria atau bencana alam.

Solidaritas ini kemudian menjadi fondasi penting dalam pembangunan sosial.


6. Meningkatkan Kualitas Demokrasi

Dalam demokrasi, perbedaan pendapat adalah hal wajar. Kontravensi seperti debat publik, kritik media, dan oposisi pemerintah justru menjadi bagian penting dalam menjaga demokrasi tetap hidup.

Contoh nyata:

  • Kritik terhadap kebijakan publik di media sosial memaksa pemerintah lebih transparan.
  • Persaingan antar calon pemimpin membuat masyarakat lebih selektif dalam memilih.

Interaksi disosiatif yang sehat membantu menciptakan pemerintahan yang lebih responsif dan akuntabel.

Baca juga: Ekonomi Berkelanjutan: Mengelola Kegiatan Ekonomi yang Ramah Lingkungan


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.