Tradisi dan Upacara
Pengaruh Hindu-Buddha juga terlihat dalam berbagai upacara adat dan tradisi masyarakat Sunda pada masa itu. Beberapa contoh:
- Upacara pernikahan dan kematian yang mengikuti tata cara Hindu-Buddha, seperti pembakaran jenazah.
- Ritual pemujaan dewa-dewa dan leluhur dilakukan pada waktu-waktu tertentu di pura atau tempat suci.
- Hari-hari besar keagamaan seperti Galungan, Kuningan, atau Waisak kemungkinan besar sudah dikenal di masyarakat.
Perpaduan dengan Kepercayaan Lokal
Meskipun ajaran Hindu-Buddha menjadi agama resmi, masyarakat Sunda tidak meninggalkan kepercayaan lokal mereka. Justru, terjadi proses sinkretisme, yakni pencampuran antara ajaran baru dan tradisi lama.
Contoh sinkretisme:
- Dewa Hindu seperti Dewi Sri (dewi padi) dikaitkan dengan kepercayaan lokal akan roh penunggu sawah.
- Tempat keramat, gunung, dan mata air tetap dianggap sakral, meski dipadukan dengan konsep dewa Hindu atau Bodhisattwa.
Warisan Hindu-Buddha dalam Budaya Sunda Kini
Hingga kini, banyak aspek budaya Sunda yang masih menyimpan jejak Hindu-Buddha, antara lain:
- Bahasa dan sastra Sunda yang masih menggunakan istilah Sansekerta.
- Seni tari dan gamelan yang masih menampilkan kisah Mahabharata dan Ramayana.
- Tradisi upacara adat seperti Seren Taun yang mengandung unsur persembahan dan pemujaan terhadap kekuatan alam.
Kesimpulan
Pengaruh Hindu-Buddha telah membentuk banyak aspek kehidupan di Kerajaan Sunda, mulai dari struktur pemerintahan, sistem kepercayaan, seni budaya, hingga nilai-nilai sosial. Walaupun Kerajaan Sunda akhirnya mengalami perubahan besar dengan datangnya Islam pada abad ke-16, jejak Hindu-Buddha tetap hidup dalam budaya masyarakat Sunda hingga kini.
Pengaruh Hindu-Buddha dalam Budaya dan Kepercayaan Kerajaan Sunda. Warisan ini menunjukkan bagaimana ajaran luar bisa berpadu secara harmonis dengan budaya lokal, menciptakan identitas budaya yang khas dan bertahan lintas zaman. Studi terhadap pengaruh Hindu-Buddha di Kerajaan Sunda bukan hanya penting bagi sejarah, tetapi juga memberi pemahaman mendalam tentang jati diri bangsa Indonesia yang plural dan toleran.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Kapan pengaruh Hindu-Buddha mulai masuk ke wilayah Kerajaan Sunda?
Pengaruh Hindu-Buddha mulai masuk sejak masa Kerajaan Tarumanegara (abad ke-4โ7 M), dan diteruskan oleh Kerajaan Sunda yang berdiri setelahnya.
2. Apakah Kerajaan Sunda merupakan kerajaan Hindu atau Buddha?
Kerajaan Sunda secara umum menganut agama Hindu, terutama aliran Siwa dan Wisnu. Namun, terdapat pula pengaruh Buddha, khususnya di kalangan rohaniawan dan cendekiawan.
3. Apa bukti arkeologis pengaruh Hindu-Buddha di Sunda?
Beberapa buktinya adalah Candi Cangkuang (Garut), Situs Batujaya (Karawang), prasasti-prasasti beraksara Pallawa, serta patung-patung dewa Hindu-Buddha.
4. Apakah budaya Sunda sekarang masih terpengaruh Hindu-Buddha?
Ya, banyak tradisi, bahasa, dan kesenian Sunda masih memuat unsur-unsur Hindu-Buddha, seperti kisah Ramayana dalam seni tari dan penggunaan istilah Sansekerta.
5. Bagaimana masyarakat Sunda menerima pengaruh Hindu-Buddha?
Masyarakat Sunda menyerap ajaran Hindu-Buddha secara sinkretik, menggabungkannya dengan kepercayaan lokal seperti pemujaan roh leluhur dan alam.
Referensi
- Ekadjati, Edi S. Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Historis. Pustaka Jaya, 1995.
- Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
- Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Editions Didier Millet, 2006.
- Wikipedia Bahasa Indonesia. Kerajaan Sunda
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat. Situs Candi Cangkuang dan Sejarah Hindu di Tanah Sunda.
- Balai Arkeologi Bandung. Laporan Penelitian Situs Batujaya dan Warisan Buddha di Jawa Barat.
Temukan artikel sejarah Nusantara lainnya yang menggali lebih dalam tentang budaya, agama, dan politik masa lalu hanya di platform ini.
