IPS Kelas 10Sejarah

Pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat

Pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat, dan dengan demikian menghadapkan para pemimpin Indonesia pada suatu masalah yang berat. Karena sekutu tidak menaklukkan Indonesia, maka kini terjadi suatu kekosongan politik, pihak Jepang masih tetap berkuasa namun telah menyerah, dan tidak tampak kehadiran pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka.

Rencana bagi kemerdekaan yang disponsori pihak Jepang kini tampaknya terhenti, dan pada hari berikutnya gunseikan telah mendapat perintah khusus supaya mempertahankan keadaan politik yang ada sampai kedatangan pasukan Sekutu.

Sukarno, Hatta, dan generasi tua ragu-ragu untuk berbuat sesuatu dan takut memancing konflik dengan pihak Jepang. Namun tidak demikian dengan golongan pemuda, mereka melihat kondisi ini adalah kesempatan emas untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat. Para pemimpin pemuda menginginkan suatu pernyataan kemerdekaan secara dramatis di luar kerangka yang disusun oleh pihak Jepang, dan dalam hal ini mereka didukung oleh Sjahrir. Akan tetapi, tak seorang pun berani bergerak tanpa Sukarno dan Hatta.

Maeda ingin melihat pengalihan kekuasaan secara cepat kepada generasi tua, karena merasa khawatir terhadap kelompok pemuda yang dianggapnya berbahaya maupun pasukan Jepang yang kehilangan semangat.

Pertemuan kaum muda di Rengasdengklok

Pada tanggal 16 Agustus pagi, Hatta dan Sukarno tidak ditemukan di Jakarta. Pada malam harinya mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda ke garnisun Peta di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak utara jalan raya ke Cirebon, dengan dalih melindungi mereka bilamana meletus suatu pemberontakan Peta dan Heiho.

Ternyata tidak terjadi satu pemberontakan, sehingga Sukarno dan Hatta segera menyadari bahwa kejadian ini merupakan suatu usaha memaksa mereka supaya menyatakan kemerdekaan di luar rencana pihak Jepang, tujuan ini mereka tolak.

Maeda mengirim kabar bahwa jika mereka dikembalikan dengan selamat, maka ia dapat mengatur agar pihak Jepang tidak menghiraukan bilamana kemerdekaan dicanangkan.

Pada malam itu Soekarno dan Hatta sudah berada di rumah Maeda di Jakarta. Mendengar jaminan Maeda, Soekarno dan Hatta, malam itu juga merancang pernyataan kemerdekaan Indonesia.

Kaum muda menginginkan agar pernyataan bahasa yang digunakan dramatis dan berapi-api, tetapi golongan tua menginginkan menggunakan bahasa yang lebih bersahaja.

Akhirnya dengan alasan untuk menghormati Maeda (Jepang), supaya tidak menyakiti perasaan Jepang serta agar tidak mendorong terjadinya kekerasan maka disetujuilah pernyataan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang tenang dan bersahaja.

Gambar 85a. Ilustrasi pertemuan kaum muda dan kaum tua di Rengasdengklok untuk persiapan kemerdekaan (ilustrasi foto/istimewa)

Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jum’at jam 10.00 pagi Soekarno, didampingi Moh. Hatta dan beberapa orang dari generasi muda membacakan pernyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.

Setelah pembacaan pernyataan kemerdekaan, dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lahirlah negara Republik Indonesia.

Baca juga Tanggal 9 Juli 1942 Sukarno ditarik dari Sumater oleh Jepang

Proklamasi kemerdekaan ini selanjutnya disebarluaskan melalui kantor berita yang ada ke berbagai pihak terkait dengan berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia.

Sementara itu, tentara sekutu tidak mengetahui perkembangan yang sedang terjadi di Indonesia, sehingga ketika dia datang ke Indonesia dengan tujuan untuk penyerahan kekuasaan dari Jepang kepada sekutu, ternyata kedatangannya disambut dengan perlawanan sengit dari bangsa Indonesia.

Membaca Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button