Nasakom, singkatan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme, adalah konsep politik yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950-an hingga pertengahan 1960-an. Konsep ini bertujuan untuk menyatukan tiga kekuatan politik utama di Indonesia dalam satu wadah guna menciptakan persatuan nasional. Mengapa Nasakom Gagal? Namun, meskipun memiliki tujuan idealis, Nasakom pada akhirnya gagal dan menyebabkan ketegangan politik yang berujung pada peristiwa besar dalam sejarah Indonesia.
Artikel Mengapa Nasakom Gagal? akan membahas faktor-faktor utama yang menyebabkan kegagalan Nasakom, dampaknya terhadap Indonesia, dan mengapa konsep ini tidak dapat bertahan lama.
Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Nasakom
1. Ketidakseimbangan Kekuasaan dalam Nasakom
Salah satu kelemahan utama Nasakom adalah tidak adanya keseimbangan antara tiga elemen yang ada. Dalam praktiknya, Partai Komunis Indonesia (PKI) mendapatkan dukungan besar dari Soekarno, sehingga memicu kecemburuan dan ketidakpuasan dari kelompok nasionalis dan agama. PKI diberikan ruang lebih luas dalam berbagai kebijakan pemerintahan, sementara kelompok agama dan nasionalis merasa tersisih.
2. Konflik Internal antara Kelompok Nasakom
Meskipun konsep ini bertujuan untuk menyatukan berbagai kekuatan politik, pada kenyataannya perbedaan ideologi di antara kelompok-kelompok tersebut sulit dijembatani:
- Kelompok Nasionalis (terutama PNI) memiliki visi kebangsaan yang berfokus pada pembangunan ekonomi dan persatuan tanpa dominasi kelompok tertentu.
- Kelompok Agama (seperti Nahdlatul Ulama dan Masyumi) menginginkan Indonesia tetap mempertahankan identitas Islam yang kuat, yang bertentangan dengan paham komunisme.
- Kelompok Komunis (PKI) berusaha memperluas pengaruhnya di berbagai sektor, termasuk militer dan organisasi massa, yang menimbulkan ketegangan dengan dua kelompok lainnya.
Ketegangan ini semakin meningkat dan menyebabkan polarisasi dalam pemerintahan maupun masyarakat.
3. Ketidakstabilan Politik dan Ekonomi
Pada era Nasakom, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang parah akibat inflasi tinggi, penurunan produksi dalam negeri, dan kebijakan ekonomi yang tidak stabil. Nasakom gagal memberikan solusi konkret terhadap masalah ekonomi, yang membuat rakyat semakin kecewa dengan pemerintahan Soekarno.
Di sisi lain, ketidakstabilan politik akibat persaingan antara PKI, TNI, dan kelompok Islam semakin memperburuk keadaan. Kondisi ini menciptakan situasi yang semakin sulit untuk dikendalikan.
Baca juga: Serangan Umum 1 Maret 1949: Strategi, Dampak, dan Signifikansi dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
4. Meningkatnya Pengaruh PKI dan Ketegangan dengan Militer
PKI, sebagai salah satu pilar dalam Nasakom, semakin kuat dan mencoba memperluas pengaruhnya di berbagai sektor, termasuk TNI. PKI mendorong pembentukan Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan petani yang bersenjata, yang memicu ketegangan dengan militer (TNI AD). Konflik ini akhirnya memuncak dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI), yang menjadi titik balik bagi kejatuhan Nasakom.
5. Reaksi Keras dari Militer dan Orde Baru
Setelah peristiwa G30S/PKI, TNI di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto mengambil tindakan tegas terhadap PKI dan para pendukungnya. PKI dibubarkan, dan konsep Nasakom pun dianggap gagal total. Soekarno kehilangan dukungan dari militer, yang menyebabkan kekuasaannya melemah dan akhirnya berujung pada peralihan ke Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.