IPS Kelas 10Sosiologi

Masyarakat yang memiliki karakteristik dengan corak produksi budaya asia

ADVERTISEMENT

Masyarakat yang memiliki karakteristik dengan corak produksi budaya asia, pemilikan budak dan feodal, pembagian kelas-kelas dalam masyarakat dipertajam dengan adanya intervensi negara yang membagi penduduk menjadi kasta-kasta dan lapisan yang turun temurun. 

Sebagai contoh di India kuno, masyarakat-masyarakat terbagi ke dalam 4 kasta yakni Brahmana (keluarga bangsawan pemuka agama), Ksatria (bangsawan petinggi militer), Waisya (masyarakat kampung), dan Sudra (lapisan masyarakat yang paling rendah yakni orang-orang yang disingkirkan dari komunitasnya).

Pembagian kasta ini dibenarkan oleh agama Hindu. Pemeluk agama ini meyakini bahwa Dewa Brahma menciptakan kaum Brahmana dari mulutnya, Ksatria diciptakan dari tangannya, Waisya diciptakan dari pahanya, sementara Sudra yang paling rendah diciptakan dari kaki sang Dewa.

Dalam masyarakat pemilikan budak (di Yunani kuno, Romawi) dan dalam masyarakat feodal, penduduk di bagi dalam tingkatan-tingkatan, dimana hukum yang berlaku mengatur hak serta kewajiban masing-masing tingkatan.

Lapisan-lapisan tersebut dibentuk berbasiskan pembagian kelas, akan tetapi ia tidak sepenuhnya berkaitan dengan hal itu, karena lapisan-lapisan/tingkatan-tingkatan tersebut juga memunculkan hirarki kekuasaan dan hak-hak istimewa dalam dunia hukum. 

Masyarakat yang memiliki karakteristik, selama berlakunya relasi produksi tertentu format pembagian kelas yang ada masih menyisakan hal-hal peninggalan corak produksi lama atau juga menyambung cikal bakal corak produksi yang baru. Keadaan seperti inilah yang mampu menjelaskan keberadaan kelas-kelas non-fundamental atau kelas-kelas transisional (kelas antara).

Kelas sosial Masyarakat Asia

Dalam masyarakat asia, didalam sistem produksi didapatkan adanya para budak (terutama bekerja pada sektor-sektor kerja kerumahtanggaan non produktif), pegawai-pegawai rendahan (juru tulis), pedagang-pedagang kecil dan lintah darat, atau mereka yang bekerja sebagai tukang ransum.

Selanjutnya, para bangsawan lokal yang mengumpulkan/menarik upeti dari penduduk kampung, mencoba mendapatkan legalitas pemilikan tanah yang mereka kuasai di wilayah kekuasaan mereka, dengan demikian mereka mendapatkan keabsahan untuk menarik upeti dari penduduk.

Akan tetapi dengan adanya perkembangan penguasaan tanah pribadi secara besar-besaran, maka hal tersebut memperlemah kemampuan negara yang selama ini menjalankan fungsi ekonomi seperti kontrol terhadap penggunaan air dan proyek-proyek irigasi.

Hal itu terjadi karena pemerintah pusat tidak bisa lagi mempertahankan proyek-proyek umum yang mengakibatkan keruntuhan kekuasaannya. Sementara produksi pertanian merosot tajam, maka petani tak sanggup membayar upeti kepada tuan-tuan tanah lokal. Situasi ini biasanya berakibat pada munculnya krisis politik berupa pemberontakan kaum tani yang bermuara pada jatuhnya dinasti yang berkuasa.

Buruh atau tukang salah satu kelas sosial yang ada pada masyarakat (ilustrasi foto/Liputan6.com)

Kelas sosial masyarakat feodal

Dalam masyarakat feodal, juga terdapat kelas-kelas sosial yang terdiri dari para tukang yang terhimpun dalam perkumpulan-perkumpulan (gilda) dan perusahaan-perusahaan kaum pedagang, dan sebagainya yang tinggal di daerah perkotaan.

Para tukang di gilda-gilda itu lalu menjadi penghisap. Sementara orang-orang yang magang pada mereka berfungsi sebagai pekerja-pekerja yang tereksploitasi. Para tuan tanah besar yang menggunakancara-cara kapitalis dan pra-kapitalis dalam menghisap kaum tani pun masih bisa dijumpai (masih bertahan lama) dalam masyarakat kapitalis.

Baca juga Struktur Sosial dan Hubungan Sosial Didalam kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat

Di sebagian besar negara-negara kapitalis, juga dapat dijumpai keberadaan kelas-kelas non-fundamental borjuis kecil yang terdiri dari kaum tani, para tukang, pedagang kecil dan para pemilik alat-alat produksi kecil. Jumlah mereka amatlah besar dan berperanan penting dalam perjuangan politik.

Secara ekonomis, kelas borjuis kecil ini menempati posisi di antara borjuasi dan proletariat. Keberadaan mereka sebagai pemilik alat-alat produksi secara pribadi menjadikan mereka lebih dekat ke borjuasi (meski tak sama dengan para kapitalis umumnya, mereka ini juga mempekerjakan/mengupah orang lain, yaitu berdasarkan ikatan kerja personal), namun mereka juga mempunyai ikatan dengan kaum proletar karena juga mengalami penindasan modal. 

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button