Home » Ekonomi » Masalah Ekonomi Makro yang Dihadapi Pemerintah
Masalah Ekonomi Makro yang Dihadapi Pemerintah

Masalah Ekonomi Makro yang Dihadapi Pemerintah

Masalah Ekonomi Makro yang Dihadapi Pemerintah. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia menghadapi berbagai masalah ekonomi makro. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan Kesempatan Kerja/Tingkat Employment

Idealnya perekonomian harus dijaga agar jangan timbul pengangguran. Pengangguran merupakan gejala yang tidak diinginkan oleh masyarakat mana pun, tetapi dalam praktiknya tidak dapat kita hilangkan sama sekali. Jika tingkat pengangguran masih di bawah 4%, masih dapat dikatagorikan full emplo ment. Tabel berikut menunjukkan tingkat pengangguran di Indonesia.

Tabel. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur dan Desa Kota Tahun 2005 (Sumber: www.nakertrans.go.id)

2. Meningkatkan Kapasitas Produksi Nasional

Bagi negara-negara yang masih berkembang, usaha peningkatan kapasitas produksi nasional merupakan keharusan. Hal tersebut diupayakan dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatkan Pendapatan Negara

Tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan jumlah barang dan jasajasa yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut berjumlah banyak. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan sekaligus dapat dicapai jika permasalahan nomor 1 dan 2 dapat diatasi.

4. Menstabilkan Situasi Perekonomian

Kestabilan di sini meliputi kestabilan tingkat pendapatan, kesempatan kerja, kestabilan tingkat harga, dan kestabilan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Jika hal tersebut belum tercapai maka perekonomian Indonesia akan sulit berkembang karena dapat menimbulkan keengganan investor menginvestasikan modalnya di Indonesia.

5. Menyeimbangkan Neraca Pembayaran Luar Negeri

Dari segi tinjauan ekonomi murni baik neraca pembayaran luar negeri yang defisit maupun yang surplus bertendensi menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan. Akan tetapi, dari segi politik neraca pembayaran yang surplus lebih diinginkan daripada neraca pembayaran yang seimbang. Persoalannya pada saat ini neraca pembayaran luar negeri Indonesia masih defisit, jadi baik secara ekonomi maupun politik hal tersebut tidak menguntungkan.

6. Pemerataan Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan nasional yang lebih merata umumnya dianggap sebagai distribusi pendapatan yang adil. Distribusi pendapatan yang tidak merata mempunyai tendensi menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang akhirnya berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan politik.

Perekonomian di Indonesia masih lebih banyak berputar di Indonesia bagian Barat, dan pemerintah sedang berupaya untuk memeratakan pembangunan di daerah Indonesia bagian Timur. Di perkotaan pun dapat kita lihat bahwa tidak sedikit gedung-gedung atau komplek perumahan mewah berdampingan dengan daerah kumuh. Hal tersebut dapat menjadi salah satu ciri kesenjangan ekonomi yang masih terjadi di Indonesia.

Jika ditinjau dengan menggunakan pendekatan perhitungan ekonomi Model Kurva Lorentz adalah model yang digunakan secara luas pada pendekatan perhitungan kesenjangan/ketidakmerataan distribusi pendapatan pada suatu daerah/negara tanpa harus mengetahui keadaan ekonomi dari daerah/negara tersebut dan untuk menentukan besarnya kesenjangan distribusi pendapatan tersebut diturunkan secara visual suatu indikator ekonomi yakni angka koefisien Gini yang menunjukkan skala kesenjangan distribusi pendapatan. Lebih jelasnya akan dipelajari di bab berikutnya pada materi pendapatan nasional.

7. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Setiap negara senantiasa mengharapkan agar perekonomian yang dicapai mengalami peningkatan secara terus-menerus. Peningkatan perekonomian tersebut akan memupuk investasi serta kemampuan teknik produksi agar hasil produksi terus meningkat. Jika hasil produksi meningkat dan pendapatan masyarakat meningkat maka perekonomian mengalami pertumbuhan.

Ciri-ciri negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi menurut Economic Commission for Asia and Far East (ECAFE) adalah sebagai berikut.

  1. Negara tersebut mengalami peningkatan GNP atau pendapatan per kapita dari tahun ke tahun (Flow Output Approach).
  2. Negara tersebut mengalami peningkatan investasi potensial (Level of Living Approach).
  3. Di negara tersebut ditemukan sumber-sumber produktif dan dapat didayagunakan dengan lebih baik (Stock of Resources for Productive Asset Approach).

Baca juga Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional

Beberapa hal yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja.
  2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.
  3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural.

Tapi di sisi lain, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2008 akan mencapai 6,2–6,8 persen. Ini berarti lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,7–6,7 persen.

Baca juga Standar moneter yang digunakan indonesia saat ini

Optimisme tersebut, menurut Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, didukung oleh pencapaian kondisi makro ekonomi Indonesia hingga triwulan pertama yang terus membaik. Hingga triwulan kedua pertumbuhan diperkirakan mencapai 5,9 persen, ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi kEuangan dan Perbankan DPR di gedung parlemen, Jakarta, Senin (21/5).

Meski optimis dengan pertumbuhan ekonomi tahun depan, Burhanuddin mengatakan, bank sentral tetap mempertahankan asumsi pencapaian inflasi sebesar lima plus minus satu persen. Tekanan inflasi kami perkirakan akan masih tetap tinggi, katanya. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top