Home » Sejarah » Kerajaan Sriwijaya: Kejayaan Maritim dan Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara
Posted in

Kerajaan Sriwijaya: Kejayaan Maritim dan Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara

Kerajaan Sriwijaya: Kejayaan Maritim dan Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara (ft.istimewa)
Kerajaan Sriwijaya: Kejayaan Maritim dan Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar dalam sejarah Nusantara yang memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat pembelajaran Buddha dan memiliki kekuatan maritim yang luar biasa. Kejayaannya berlangsung selama beberapa abad, meninggalkan jejak sejarah yang signifikan dalam bidang budaya, politik, dan agama. Bagaimana peranan Kerajaan Sriwijaya: Kejayaan Maritim dan Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara?

Artikel ini akan mengulas secara lengkap mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya, mulai dari asal-usul, kejayaan maritim, peran dalam penyebaran agama Buddha, hingga faktor-faktor yang menyebabkan kemundurannya.


Asal-Usul dan Letak Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad ke-7 Masehi dan berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatra Selatan. Nama “Sriwijaya” berasal dari bahasa Sanskerta: Å›rÄ« berarti “cahaya” atau “kemegahan”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”.

Informasi tentang keberadaan Sriwijaya sebagian besar diketahui dari prasasti-prasasti kuno, seperti Prasasti Kedukan Bukit (683 M), Prasasti Talang Tuwo (684 M), dan catatan perjalanan dari Tiongkok serta catatan I-Tsing, seorang biksu Buddha dari Tiongkok yang singgah di Sriwijaya selama perjalanannya ke India.

Letak geografis Sriwijaya yang strategis di Selat Malaka memberikan keuntungan besar dalam perdagangan maritim internasional. Kerajaan ini menjadi penghubung antara pedagang dari India, Tiongkok, Arab, dan kawasan Asia Tenggara lainnya.


Kejayaan Sebagai Kerajaan Maritim

Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang memiliki kekuatan laut yang sangat besar. Dengan armada kapal yang kuat dan penguasaan atas jalur-jalur perdagangan laut, Sriwijaya berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dari Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Jawa bagian barat.

Beberapa strategi yang digunakan Sriwijaya dalam mempertahankan kekuasaan maritimnya antara lain:

  • Mengontrol selat penting seperti Selat Malaka dan Selat Sunda.
  • Menguasai pusat-pusat pelabuhan, menjadikannya sebagai tempat transit dan perdagangan.
  • Membangun aliansi dengan kerajaan-kerajaan kecil dan memberi perlindungan kepada pedagang asing.

Kekuatan militer laut Sriwijaya juga digunakan untuk memperluas wilayah kekuasaan dan menjaga stabilitas kawasan. Hal ini memungkinkan kerajaan untuk menarik pajak dan upeti dari wilayah-wilayah taklukannya, menambah kekayaan kerajaan.


Pusat Pembelajaran dan Penyebaran Agama Buddha

Salah satu ciri utama Sriwijaya adalah perannya sebagai pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Catatan I-Tsing menunjukkan bahwa Sriwijaya memiliki banyak vihara (biara Buddha) dan menjadi tempat belajar bagi para biksu dari berbagai wilayah.

Beberapa alasan mengapa Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha:

  • Letaknya strategis sebagai tempat persinggahan sebelum melanjutkan perjalanan ke India.
  • Dukungan penuh dari kerajaan terhadap perkembangan ajaran Buddha.
  • Tersedianya pusat pendidikan agama yang menarik para pelajar dan biksu dari Tiongkok dan negara lain.

Dalam Prasasti Nalanda (India), disebutkan bahwa raja Sriwijaya, Balaputradewa, membangun asrama di Universitas Nalanda untuk para pelajar dari Sriwijaya. Ini menunjukkan hubungan intelektual dan spiritual yang erat antara Sriwijaya dan pusat-pusat agama Buddha di India.


Hubungan Internasional dan Diplomasi

Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik yang kuat dengan berbagai negara, termasuk Tiongkok, India, dan kekaisaran lain di Asia. Catatan dinasti T’ang mencatat bahwa utusan dari Sriwijaya sering mengunjungi Tiongkok membawa hadiah dan melakukan perdagangan.

Beberapa bentuk hubungan internasional Sriwijaya:

  • Diplomasi dagang: Menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan lain.
  • Aliansi budaya dan keagamaan: Mengirim biksu dan pelajar ke India serta menjalin kerja sama pendidikan.
  • Pengiriman utusan diplomatik ke Tiongkok secara rutin.

Kebijakan luar negeri ini memperkuat posisi Sriwijaya sebagai kekuatan besar di Asia Tenggara dan mendukung stabilitas internal melalui kerja sama dengan kekuatan asing.

Baca juga: Alasan Soekarno Mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar)


Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial masyarakat Sriwijaya diwarnai oleh budaya maritim dan ajaran Buddha. Masyarakat terbagi dalam beberapa kelas, mulai dari bangsawan, pendeta, pedagang, hingga petani dan nelayan.

Ciri khas budaya Sriwijaya antara lain:

  • Karya seni dan arsitektur yang bercorak Buddha, meskipun sebagian besar bangunannya kini sulit ditemukan karena terbuat dari kayu.
  • Bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa digunakan dalam prasasti, menunjukkan tingkat intelektual yang tinggi.
  • Keberagaman budaya karena interaksi dengan berbagai bangsa melalui perdagangan.

Sriwijaya menjadi pusat peradaban yang multikultural, mencerminkan pengaruh India, Tiongkok, dan lokal Nusantara.


Kemunduran dan Keruntuhan Sriwijaya

Kejayaan Sriwijaya tidak berlangsung selamanya. Beberapa faktor menyebabkan kemunduran kerajaan ini, antara lain:

  1. Serangan dari Kerajaan Chola (India) pada abad ke-11. Ekspedisi militer Chola menghancurkan pelabuhan-pelabuhan penting Sriwijaya.
  2. Munculnya pesaing baru seperti Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Malaka yang menguasai jalur perdagangan laut.
  3. Perubahan jalur perdagangan karena berkembangnya pelabuhan-pelabuhan baru.
  4. Kelemahan internal dan desentralisasi kekuasaan menyebabkan Sriwijaya kehilangan kendali atas wilayah-wilayah taklukannya.

Pada akhirnya, sekitar abad ke-13, kekuasaan Sriwijaya benar-benar melemah dan posisinya digantikan oleh kerajaan-kerajaan lain di Sumatra dan Semenanjung Malaya.


Warisan Sriwijaya dalam Sejarah Indonesia

Kerajaan Sriwijaya: Kejayaan Maritim dan Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara. Meskipun telah runtuh, pengaruh Sriwijaya tetap terasa dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa warisan penting dari Sriwijaya antara lain:

  • Warisan maritim dan perdagangan yang menjadi inspirasi bagi kekuatan-kekuatan maritim selanjutnya seperti Majapahit dan Kesultanan Malaka.
  • Peninggalan prasasti dan catatan sejarah, seperti Prasasti Kedukan Bukit, menjadi sumber penting bagi sejarawan.
  • Pengaruh budaya dan agama Buddha yang masih terlihat pada peninggalan arkeologis dan tradisi lokal.

Sriwijaya menjadi bukti bahwa Nusantara pernah menjadi pusat kekuatan dunia, bukan hanya secara politik, tetapi juga secara intelektual dan spiritual.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Di mana letak pusat Kerajaan Sriwijaya?

Pusat Kerajaan Sriwijaya berada di wilayah Palembang, Sumatra Selatan, yang strategis di jalur perdagangan Selat Malaka.

2. Apa yang membuat Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim?

Sriwijaya menguasai jalur-jalur perdagangan laut, memiliki armada kapal yang kuat, dan mengendalikan pelabuhan-pelabuhan penting di Asia Tenggara.

3. Mengapa Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha?

Karena Sriwijaya menyediakan tempat belajar, biara, dan mendukung penuh perkembangan ajaran Buddha, menarik para pelajar dari Tiongkok dan negara lainnya.

4. Apa penyebab utama runtuhnya Sriwijaya?

Faktor utama runtuhnya adalah serangan dari Kerajaan Chola, munculnya kerajaan-kerajaan pesaing, dan melemahnya kekuasaan internal.

5. Apa warisan budaya Sriwijaya yang masih ada hingga kini?

Warisan Sriwijaya dapat ditemukan dalam bentuk prasasti, tradisi keagamaan, dan semangat maritim yang masih dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.


Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.